PWMU.CO -Secara potensial Allah telah menetapkan umat Islam sebagai khairu ummah, umat terbaik, seperti termuat dalam surat Ali Imron : 110. Tetapi itu perlu aktualisasi bukan sekadar konsep.
Hal itu disampaikan oleh Prof Din Syamsuddin saat menyampaikan ceramah Khairu Ummah untuk Mewujudkan Dunia yang Berkeadaban pada Kajian Ramadhan 1440 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (19/5/19).
Din mengatakan, Allah menetapkan umat Islam punya kekuatan untuk menjadi khairu ummah di dunia ini. Tetapi di sekelilingnya akan merajalela kemungkaran. Bahkan kemungkaran itu sudah ada yang terorganisasi, seperti life style dan sejenisnya.
”Dunia baru yang kita cita-citakan adalah sebuah tatanan dunia yang bertumpu pada asas perdamaian, kesejahteraan, keadaban dan berbasis pada nilai moral dan agama. Kira-kira sama dengan baldatun toyibatun warobbun ghofur tapi dalam skala yang lebih luas,” ujar Din yang menjabat ketua Dewan Pertimbangan MUI.
Dunia baru seperti itu, sambung dia, harus diwujudkan bersama karena dunia sekarang ini disebut oleh pakar dengan istilah beragam. ”Salah satunya big disruption, yakni era gangguan besar dalam kehidupan. Terjadi pergeseran besar dari tata dunia lama ke dunia baru,” ujar Din.
Dia memaparkan, dulu peradaban dunia dikuasai oleh Barat, sekarang mulai bergeser ke Timur. Dikenal sebagai kebangkitan Asia Timur. ”Di dalamnya ada Republik Rakyat China (RRC) dengan One Belt One Road (OBOR). OBOR karena adanya dunia yang tak pasti maka mereka menginginkan kepastian,” terangnya.
Diceritakan, sebuah kelompok The Interaction Council yang terdiri mantan kepala negara dan kepala pemerintahan menyimpulkan, realitas kehidupan dunia ini telah terjadi kerusakan global yang bersifat kumulatif, disebabkan terlalu banyaknya kebebasan. Dunia terlalu liberalisasi.
Selain terjadi liberalisasi politik, kata dia, juga terjadi liberalisasi ekonomi dengan kapitalisme ekonomi global. ”Serta liberalisasi budaya sehingga begitu mudah arus orang, barang, jasa, tenaga kerja dan berbagai kepentingan antar negara,” ungkapnya.
Kalau melihat masalah nasional negara ketiga, ujar dia, maka memerlukan penyelesaian global, tidak bisa secara lokal. Semua ditengarai oleh sistem dunia yang sejatinya berpangkal pada liberalisasi. Dianggap memang ada desain yang membayangkan dunia sebagai orde baru dunia. ”Maka perlu terapi terhadap kerusakan dunia sekarang ini,” tegasnya.
Keadaan Indonesia tidak terlepas dari imbas dampak perkembangan global. Ternyata Indonesia belum siap. Indonesia bisa salah arah. ”Beberapa negara termasuk Jepang ketar-ketir dengan OBOR. Mereka cemas dengan politik luar negeri Indonesia yang mulai condong ke RRC,” ungkap Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Pondok Labu Jakarta ini.
Indonesia dan Islam harus berperan strategis untuk menjadi kekuatan penengah washatiyah. ”Saya melihat sangat urgent perwujudan khairu ummah. Maka perlu Muhammadiyah berperan tidak hanya pada tataran diskusi, tetapi terpenting penerapannya pasca kajian ini,” paparnya. (Sugiran)