PWMU.CO – Selain keluarga, lembaga yang diharapkan bisa menjadi tampat memperbaiki akhlak remaja adalah masjid. Persoalannya, kini masjid dirasakan kurang nyaman bagi para remaja sehingga banyak di antara mereka yang tidak betah berlama-lama di masjid.
Hal itu disampaikan aktivis dakwah Ir Misbahul Huda saat memberi kajian dengan tema “Pendidikan Anak di Era Digital” di Masjid Attaqwa, Wisma Sidojangkung Indah, Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik Jawa Timur, Ahad (5/6) lalu.
(Baca: Tugas Mendidik Anak pada Ayah, Bukan Ibu apalagi Sekolah dan Jihad di Bidang Pendidikan adalah Salah Satu Fokus Muhammadiyah dalam Mengurus Umat)
“Masjid harus lebih menarik dari warkop yang sekarang ada wifi-nya itu,” kata Huda, panggilan karibnya. Penulis buku Mission Ini Possible ini prihatin melihat warkop-warkop penuh dengan remaja. “Saya sering mengelus dada begitu melihat remaja pada nongkrong di warkop sampai dini hari,” katanya. Huda bercerita, sebagai mubaligh yang dijadwalkan mengisi ceramah subuh di berbagai masjid di Kota Surabaya, ayah 6 anak ini sering harus keluar rumah sebelum subuh. Saat itulah ia banyak menjumpai para remaja masih kongkow-kongkow di beberapa warkop.
(Baca juga: Drone Ciptaan Dosen UMM Ini Terinspirasi Surat Arrahman dan Generasi Z di Mata Pengusaha dan Politisi Sukses Masfuk)
Oleh karena itu, Penasehat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gayungan Surabaya ini menyarankan pada para takmir masjid untuk kreatif mengelola masjid agar nyaman bagi para remaja. “Masjid jangan sampai kalah oleh warkop. Selain menyediakan jaringan internet gratis, masjid juga bisa menyediakan kopi. Insyaallah para remaja jadi krasan di masjid,” kata Huda sambil mewanti-wanti agar penggunaan internet tetap harus dikontrol untuk hal-hal yang positif.
(Baca juga: Orang Tua Jangan Merasa Aman dengan Perpu Kebiri dan Pentingnya Pendidikan Agama di Tengah Godaan Setan Global)
Mantan Direktur Utama JP Book ini menyarankan agar masjid bisa menyediakan semacam gazebo lengkap dengan koleksi buku untuk kongkow-kongkow para remaja di masjid. Ia yakin, dengan cangkrukan di masjid, para remaja menjadi terkontrol. “Di situ para remaja bisa baca buku sambil ngopi atau mengakses informasi bermanfaat dari internet,” katanya.
Selain sarana itu, Huda menghimbau pada takmir untuk membuat kajian yang menarik minat kalangan remaja. “Bagaimana bentuknya, itu PR para takmir. Intinya, masjid harus menjadi tempat berkumpulnya para remaja, seperti remaja desa tempo dulu,” ujar pria asli Takeran Magetan ini.
(Baca juga: Peneliti UMSurabaya: Perilaku Seks Remaja SMP Memprihatinkan)
Dalam kajian kali ini, Huda membeberkan sejumlah kasus kejahatan yang dilakukan oleh para remaja, termasuk yang melibatkan anak-anak. Seperti pemerkosaan, bahkan yang disertai dengan pembunuhan. Untuk itu Huda mengajak para orang tua kembali memerhatikan anak-anaknya agar tidak terjerumus pada, bukan lagi kenakalan, melainkan kejahatan remaja. (Nurfatoni)