PWMU.CO-Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lakarsantri Surabaya menggelar pengajian, buka puasa dan pembagian sembako, Ahad (26/5/2019). Acara bertempat di MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan dihadiri seluruh warga Muhammadiyah.
Ketua PCM Lakarsantri Siswanto menjelaskan, lewat kegiatan ini supaya keberadaan Muhammadiyah di wilayah ini dirasakan manfaatnya oleh warga. ”Setiap tahun kita minimal sekali mengadakan bakti sosial dan membagikan sembako kepada warga,” tuturnya.
Ramadhan tahun ini terkumpul 150 paket sembako, kata Siswanto. Pembagiannya diserahkan kepada Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) yang berhubungan langsung dengan warga. ”Baksos kali ini juga kerja sama dengan MIM 28,” tuturnya.
Sementara pengajian jelang berbuka diisi oleh konsultan pendidikan Drs Ahmad Hariyadi MSi membahas memanfaatkan gadget untuk pendidikan anak.
Ahmad Hariyadi pertama kali mengajak jamaah untuk memahami persepsi dulu tentang pengalaman menggunakan gadget itu menguntungkan atau merugikan. ”Bagi saudara yang punya bisnis online, pasti mengatakan gadget itu menguntungkan,” ujarnya.
Namun, sambung dia, kalau yang pengalaman anaknya kecanduan gadget sehingga menghabiskan uang saku dan tidak mau belajar pasti mengatakan gadget merugikan.
”Kesamaan pandangan tentang gadget ini diperlukan agar paham sisi menguntungkan dimana atau merugikannya di posisi mana,” tuturnya.
Gadget bisa berupa HP, smartphone, laptop, tablet dan sejenisnya, sambung dia, harus diakui bermanfaat memudahkan bisnis, mengerjakan tugas, mudah dapat informasi, mudah komunikasi dengan medsos seperti WA, FB, Twitter, Instagram.
”Karena paham manfaatnya ini maka gunakan gadget mengajarkan kepada siswa untuk mencari informasi yang diperlukan saat belajar,” ujarnya.
”Orangtua harus mencari pengalaman memakai gadget agar bisa cerita kepada anak,” papar dia. ”Tapi masalahnya banyak orangtua yang justru kalah pengalaman dengan anak soal teknologi ini. Akibatnya omongan orangtua yang ketinggalan zaman itu dianggap hoax,” tambahnya.
Sisi lain, ujar dia, gadget juga punya dampak negatif. Seperti mengganggu kesehatan mata dan punggung. Mata anak yang sering fokus ke layar HP bisa menjadi rabun jauh atau minus. Sedangkan punggung bisa membungkuk.
”Dampak negatif lainnya kecanduan dan cenderung bersikap individualistis,” katanya. Bagaimana anak-anak tidak individualistis karena semua kebutuhan bisa diakses lewat online. Butuh makan, minum, transportasi, sepatu, baju, apa pun yang diinginkan cukup pencet HP, gak pakai lama pesanan datang. ”Layanan online yang pesan antar ini menjadikan anak gak butuh orang lain sehingga individualistis,” tandas mantan kepala SMP Al Hikmah ini.
Untuk mengatasi hal ini, menurut Ahmad, harus ada figur model di antara orangtua untuk ditiru. ”Orangtua harus menjadi model bagi anak,” katanya.
Sebagaimana Allah telah menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Seperti disebut dalam surat Al Ahzab : 21. Laqod kana lakum fii rasulillahi uswatun hasanah. ”Umat Islam itu mencontoh Rasulillah. Para sahabat dimarahi Nabi pun tetap cinta kepada Nabi karena sosoknya yang memang dicintai,” katanya.
Dulu, sambung dia, figur kepala sekolah begitu berwibawa. Ada kepala sekolah lewat menjadikan suasana kelas jadi hening. ”Sekarang tata nilai hubungan guru, kepala sekolah dengan siswa sudah berupa. Egaliter dan komunikatif,” ujarnya.
Untuk optimalisasi fungsi gadget dalam pendidikan anak, dia menyarankan memakai pendekatan behavioristik. ”Ciptakan yang nyaman agar anak mau melakukan sesuatu yang dikehendaki orangtua. Sebaliknya kurangi kenyamanan agar anak tidak melakukan sesuatu yang dibenci orangtua,” jelasnya.
Misalnya, jika anak sudah kecanduan HP sehingga lupa belajar maka cabut Wifi. Stop uang pulsa. Tindakan ekstrem sita HP.
”Tapi bisa juga lewat pendekatan konstruktif. Syaratnya orangtua dan anak harus bersedia dialog. Ngobrol membuat kesepakatan dan syarat,” tandasnya. (sgp)