PWMU.CO – Tiga tahun belajar menulis jurnal, tak membuat Dr Yudhi Arifani MPd putus asa. Usahanya untuk terus membaca dan menelaah sendiri, membuatnya semakin mencintai penelitian. Hal tersebut diceritakannya saat memberi materi “Meneliti Itu Asyik” di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Jalan Amuntsi No 1 Gresik Kota Baru (GKB) Jumat (31/5/19).
Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) itu berkesempatan berbagi pengalaman meneliti dalam kegiatan pembinaan guru bertajuk “Strengthening Teacher’s Personality to Improve Learning Quality in 4.0 Era”. Diikuti 91 guru dan karyawan, pembinaan ini digelar di Aula SDMM. Mereka berasal dari lima lembaga pendidikan di Kecamatan Manyar, yaitu Play Group Tunas Aisyiyah Perumahan Pongangan Indah (PPI), TK Aisyiyah 36 PPI, SDMM, MI Muhammadiyah 1 Gumeno, dan MI Muhammadiyah 2 Karangrejo.
“Kenapa kok kita bilang asyik, padahal meneliti itu sengsara. Susahnya bukan main,” ujar Yudhi mengawali materinya. Ia mengaku tiga tahun belajar menulis jurnal untuk bisa masuk Scopus Q3. “Itu tiga tahun saya belajar dengan cara membaca, tanpa ada yang ngajari,” ungkapnya.
Pria kelahiran Blitar, 2 Oktober 1976 itu mengatakan, para peserta pembinaan guru ini beruntung sekali karena lingkungan sekolahnya sudah mengajarkan untuk mulai meneliti. “Jadi kita perlu melihat hal kecil di kelas, kemudian ditulis dan dipublikasikan,” ujarnya.
Ia kemudian menjelaskan manfaat sederhana dari sebuah penelitian. “Misalkan ada tujuh tipe jamur di dunia ini. Lalu ketika Bapak dan Ibu menanam jamur di rumah dan menemukan satu yang unik dan berbeda, kemudian dibagikan dalam jurnal, tentu artinya telah turut berkontribusi terhadap dunia,” jelasnya.
Yudhi mengatakan, kampusnya mempunyai wadah penulisan, wadah artikel, wadah penulisan buku, dan wadah hak cipta. “Jadi Bapak dan Ibu bisa punya sertifikat hak cipta dan lain-lain,” ujarnya.
Dan di perguruan ini, kata Yudhi, sangat membutuhkan subjek-subjek penelitian di PAUD, SDMM, bapak dan ibu guru, kepala sekolah, lingkungan sekolah, orangtua, dan lain-lain. “Itu kita sangat membutuhkan,” ujarnya.
Agar meneliti itu asyik, kata Yudhi, syaratnya hanya satu, yaitu membaca. “Tidak bisa tidak ini. Kalau di Alquran sudah jelas iqra’, itu kita wajib baca,” tegasnya.
Menurutnya, tanpa membaca tidak mungkin bisa menulis dan membuat inovasi pembelajaran. “Karena dari jurnal-jurnal international, itulah tempatnya orang-orang yang mempunyai inovasi mutakhir,” ujarnya.
Jadi orang hebat itu, lanjutnya, dilihat dari tulisan jurnalnya. “Itulah pusat inovasi,” tegasnya. Yudi mencontohkan, misal kita mau nulis persepsi orangtua. Jika orang yang menulis tema itu sudah ribuan, kita harus tahu celahnya di mana. “Syarat utama itu baca dan harus dijadikan hobi,” jelasnya.
Ia mengatakan, ada tiga tahapan awal menulis jurnal, yaitu baca, kritisi, dan ada celah apa di sana. “Nah celahnya itu yang kita teliti,” imbuhnya.
Kalau kita sudah hobi baca, kata Yudhi, hobi mengkritik tadi, lalu kita tuliskan potensi apa yang belum diangkat orang lain, itu sudah bisa senyum. “Senyum sendiri saya kalau nulis itu, karena senang sudah punya ide,” ujarnya.
Pentingnya meneliti itu dijelaskan Yudhi, salah satunya untuk bisa mendapatkan penghargaan. “Profesional jelas. Memajukan sekolah dengan inovasi itu penting, karena inovasi tanpa penelitian itu gak mungkin,” paparnya.
Selain itu, kata Yudhi, kita bisa menjadi expert (ahli). “Manfaat lainnya yang jelas membantu siswa dan memperbaiki metode penbelajaran,” tuturnya. (Vita)