Ketua RT lalu melaporkan hal itu pada Kepala Dusun (Kasun) Jimus, Suwadi. Tetapi laporan itu tidak ditanggapi dengan baik. Benar kata Sukimin, Kasun seolah mengizini perusakan itu. “Jarno ae ambekno dudu urusanku (Biarkan saja, itu bukan urusan saya),” kata Suwadi.
Melihat laporan Ketua RT tidak ditanggapi Kasun, Kardi mendatangi Kasun. Ia minta agar Kasun melihat perusakan tersebut. Tapi Kasun bergeming. Ia tetap tak mau datang. Merasa tidak ditanggapi, Kardi berinisiatif melaporkan peristiwa keruskan itu langsung pada Syaeroji, Kepala Desa (Kades) Pule. Kades merespon. Ia membuat surat. Pada Kardi ia titipkan surat itu untuk diberikan pada Kasun Sutikno. Dengan surat tersebut Kasun baru mau datang ke rumah Kades.
Sementara itu di lokasi masjid, keenam orang perusak sudah mulai menjebol dinding masjid yang terbuat dari bambu dengan linggis. Ketua PRM Pule, Suyono, yang datang di lokasi juga berusaha mengingatkan. Tapi tidak dihiraukan sama sekali. Ia sangat khawatir jika masjid dirusak sampai roboh. Ia coba peringatkan sekali lagi, “Lek Sarem kendel mawon, sedoyo niku sarwo tatanan seng sae, soale masjid niki taksih diginaaken tiang katah lo (Pak Sarim, tolong hentikan perusakan, semua bisa dimusyawarahkan dengan baik. Masjid ini masih digunakan untuk ibadah masyarakat).”
(Baca juga: Tentara Ini Jadi Ketua Ranting Muhammadiyah dan Wakafkan Rumah-Tanahnya untuk Dakwah)
Sarim kukuh pada perbuatannya. “Mboten saget, poko’e sampun kulo tekati, niki sing terakhir (Tidak bisa dihentikan, ini sudah menjadi tekad saya yang terakhir),” katanya. Suyono merasa kewalahan. Ia meminta salah seorang remaja mushala bernama Muhamad Suhadak untuk mengawasi barang-barang yang ada dalam masjid. Ia khawatir barang-barang itu ikut dirusak.
Kecurigaan Suyono banar. Sukimin dan Sarim memberanikan diri masuk masjid tanpa bersuci terlebih dahulu dan memporak-porandakan barang-barang yang sudah tertata rapi. Inilah kesaksian Suhadak. “Saudara Sukimin memperlakukan Alquran kita suci umat Islam dengan cara yang tidak etis,” katanya. Menurut Suhadak, Alquran itu diambil, dilemparkan, dan diinjak-injak. Sesudah itu Alquran tersebut dicampur berserakan dengan bahan bekas bangunan masjid.
Tentang bukti otentik kronologi peristiwa bisa didownload di link berikut: Surat kesaksian Muhamad Suhadak
Suhadak juga melihat bagaimana perangkat ibadah yang suci (rukuh dan sajadah) mereka campur dengan barang-barang bekas yang tidak dijamin kesuciannya. “Perusak itu sama sekali tidak menghormati kesucian tempat ibadah,” kata Suhadak. Menurutnya empat orang yang masuk masjid, tidak melepas sandalnya. Dan tiga lainnya tidak bersandal dan tidak bersuci terlebih dahulu. “Saya sempat memeringatkan tapi tidak dihiraukan justru saya dibentak-bentak,” tutur Suhadak. Mereka mengambil jam dinding secara paksa dan menendang podium sampai roboh. Baca sambungan hal 3 …