PWMU.CO – Zikir dan fikir adalah dua kegiatan yang tidak bisa terpisahkan. Karena zikir sendiri adalah kegiatan berpikir tinggi. Dr Abd. Mu’ti saat menjadi narasumber dalam Kajian Ramadhan 1437 H, Sabtu (11/6) di DOME Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mengatakan bahwa dalam aktivitas berpikir reflektif.
Pada kesempatan tersebut, Dr. Abdul Mu’ti didaulat sebagai pemateri dalam panel 1 dengan tema Harmoni Fikir-Zikir dalam Al-Quran dan Neuro Sains. Dua pemateri lain dalam panel 1 tersebut adalah Dr. dr. Taufik Pasiak dan Dr. Saad Ibrahim. Sedangkan yang menjadi moderator adalah Dr. dr Sukadiono.
(Baca: Bangsa Indonesia Gagal Berpuasa dan Eksploitasi Alam)
Terkait harmoni fikir-zikir dalam perspektif Al-Quran, Dr. Abdul Mu’ti mengatakan bahwa zikir adalah aktivitas berpikir tertinggi telah dituangkan dalam Al-Quran Surat Ali-Imron ayat 135.
“Pernyataan bahwa zikir adalah aktivitas berpikir tertinggi sudah dijelaskan dalam Al-Quran. Jadi, Islam pun mendukung bahwa zikir dan berfikir itu tak bisa dipisahkan,” terang Mu’ti.
(Baca: Ketum PP Muhammadiyah Launching 4 Buku dalam Kajian Ramadhan)
Lebih lanjut, Mu’ti menjelaskan, dalam aktivitas berzikir ada proses berpikir berupa evaluasi, perencanaan, dan eksekusi. Dengan demikian, zikir yang benar akan memberikan pencerahan dalam berpikir.
“Kalau hanya sekedar berzikir, tanpa menghadirkan Zat Yang Maha Kuasa, maka hal itu akan sia-sia saja. Tapi, jika zikir kita benar, maka pemikiran kita akan tercerahkan. Untuk itu, zikir dan fikir harus selalu harmoni,” terang Mu’ti. (ilmi)