PWMU.CO – Dengan cekatan, tiga lembar kain kafan itu digelar secara berlapis di atas tikar pandan. Di antara lapisan-lapisan itu ditaburi kapur barus. Lalu digulung dan diikat.
Ada enam orang yang terlibat. Mereka memakai seragam kaos orange bertuliskan Kifama GKB Gresik dengan celana panjang di bawah lutut. dilengkapi dengan masker, handscoon (sarung tangan lateks), dan apron (celemek dada plastik).
Sejurus kemudian jenazah dibawah ke tempat pemandian. Sekitar setengah jam proses pensucian itu berlangsung. Setelah itu jenazah dibawa kembali ke ruang tamu dengan kondisi sudah terbungkus kain kafan yang sisi terluarnya dilapisi tikar pandan. Lalu dimasukkan ke dalam keranda.
Begitulah kerja Kifama GKB Gresik saat menangani jenazah H Abdul Rozak—Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gresik—di rumah duka Jalan Ikan Kerapu Timur BP Kulon, Gresik, Sabtu (29/6/19). Mereka berkerja sangat cekatan alias cak-cek-cak-cek dalam bahasa orang Lamongan.
Sebelumnya, istri almarhum, Hj Nurfadlilah, meminta agar jenazah suaminya dirawat secara syar’i. Kepada aktivis Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Gresik Ria Pusvita Sari—yang saat itu ikut membesuk Abdul Rozak di Ruang ICU Rumah Sakit Semen Gresik—dia meminta bantuan untuk menghubungi tim di Muhammadiyah yang biasa menangani hal itu.
Secepat kilat Vita—sapaan guru SD Muhammadiyah Manyar—itu langsung menghubungi beberapa nomor. Pertama-tama, ia menghubungi Ketua Kwarwil Hizbul Wathan Jawa Timur Muhammad Harun Roesyiedh untuk menanyakan tim perawatan jenazah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gresik.
“Alhamdulillah tersambung, namun beliau sedang ada kegiatan di luar kota. Beliau kemudian memberi saya nomor telepon Pak Mohammad Sholihin dari PCM Gresik. Bahkan beliau bersedia membantu menghubunginya juga,” ujarnya.
Vita kemudian menghubungi tim perawatan jenazah PCM Gresik. Baru mau tekan tombol call di layar cellphone-nya, muncul panggilan masuk dari Sholihin. “Setelah saya terima, ternyata beliau sudah tahu informasi dari Pak Harun. Namun beliau meminta maaf karena posisi sedang di Yogya saat itu,” kisahnya.
Karena bingung, Vita kemudian kembali menghubungi Harun untuk bisa membantunya. Harun kemudian mencoba meminta bantuan kepada Zam Zam Fathoni alias Azam dan meminta Vita untuk berkomunikasi dengannya. “Kemudian saya minta tolong Pak Azam untuk menuju rumah Pak Djufri atau Pak Nanang Sutedja dari PCM GKB. Alhamdulillah akhirnya segera disiapkan timnya,” jelas Vita.
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik Muhammad Djufri terjun langsung memimpin proses perawatan jenazah. Ada pula Ketua Majelis Dikdasmen PCM GKB Nanang Sutedja. “Saya bagian yang nyetir ambulans,” ucapnya.
Usai melakukan kewajiban kifayah itu, Djufri menyampaikan sejarah bagaimana terbentuknya Kifama GKB Gresik. “Waktu itu didasari sulitnya mencari petugas yang mengurusi perawatan jenazah. Karena di kota cari modin sulit, tidak seperti di kampung. Sehinga pada tahun 1995 terbentuklah embrio yang mau dilatih untuk menangani perawatan orang yang sudah meninggal,” terangnya.
Djufri mengatakan, tim Kifama ini terbentuk terlebih dulu sebelum berdirinya PCM GKB Gresik yang diresmikan pada tahun 2000 oleh almarhum KH Abdurrahim Nur—Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim tahun 1987-2000.
Menurutnya tugas tim Kifamah ini termasuk mulia dan bermanfaat. “Di mana dalam menangani jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan, menjadi Imam, memberi sambutan sampai memakamkan jenazah. “Dengan ketentuan dan tata cara yang sudah disyariatkan oleh Rasululllah dan Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” jelasnya.
Dia menuturkan, berapapun jumlah orang yang meninggal saat itu, misalkan 15 sampai 30 jenazah, Kifamah GKB Gresik insyaallah siap dan sigap merawatnya.
“Pernah satu malam timnya merawat jenazah sampai tiga kali, tergantung wasiat yang sudah diminta jenazah kepada keluarga. Asalkan yang menggali kubur ada. Termasuk Ustadz Abdul Rozak ini pernah wasiat kepada saya kalau nanti meninggal, minta ditangani Kifama,” jelasnya.
Merawat jenazah, sambugnya tidak semua dalam kondisi jenazah bagus. Pernah ditemukan meninggal sudah tiga hari. “Tentunya dalam kondisi mayat sudah busuk dan tim Kifamah siap untuk mengurusnya,” cerita Djufri.
Dia menegaskan, untuk penanganan dan perawatan jenazah, tidak dipunggut biaya alias gratis. Karena Kifama sudah dapat donatur dari aghniya yang dikelola Lazismu. “Sampai sudah punya mobil dan kain kaffannya stock-nya sangat banyak dan tidak akan habis,” terangnya.
Nurfadlilah pun menyampaikan terima kasih pada DJufri. “Alhamdulillah jenazah Abah Rozak bisa dirawat secara syar’i,” ucap Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah Kecamatan Kebomas Gresik itu. (Slamet Hariadi)