PWMU.CO – Semangat mampu mengalahkan keterbatasan. Meski masih minim sarana prasarana, SMP Muhammadiyah 13 Campurejo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik tetap semangat menyiapkan akreditasi sekolah dengan semaksimal mungkin.
Kepala Hamas School—sebutan SMP Muhammadiyah 13 Campurejo—Nurul Wakhidatul Ummah mengatakan, memasuki usia tiga tahun ini, sekolahnya memang belum mempunyai ruang perpustakaan dan masih terbatas sarana prasarana. “Kita sangat terbatas dalam hal sarana prasarana, karena memang belum ada gedung sendiri. Insyaallah dua tahun lagi. Sekarang masih dalam proses pembebasan dan perluasan lahan,” ungkapnya.
Hal tersebut tak membuat Koordinator Perpustakaan Hamas School Nafiatul Fitrotin SPd lepas tangan. Ahad (30/6/19) dia menggelar acara Bedah Perpustakaan dengan menghadirkan pustakawan SMP Ma’arif Panceng Muhammad Sholihudin SIIP.
“Mumpung belum masuk kegiatan belajar mengajar, jadi bisa dioptimalkan untuk menggarap perpustakaan sekolah,” ujar Fida, sapaan akrab Nurul Wakhidatul Ummah. Ia mengatakan, Hamas School menjadi sasaran akreditasi sekolah tahun ini oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M).
Ketua Pelaksana Bedah Perpustakaan Muafillah Shofah SSi menambahkan, kegiatan ini untuk menyiapkan kelengkapan administrasi perpustakaan sekaligus menyongsong akreditasi mendatang. “Saya hadirkan pustakawan dan sekaligus koordinator perpustakaan yang sudah melaksanakan akreditasi,” ujar guru Matematika ini.
Setelah melihat sekeliling sekolah, Muhammad Sholihudin SIIP menyampaikan wawasan dan arahan mengenai seluk beluk perpustakaan terutama dalam hal akreditasi. Hal pertama yang ia sarankan adalah ruang perpustakaan. “Kalau terbatas ruangan, bisa diakali satu ruangan disekat menjadi dua atau tiga bagian, misalnya satu ruang dijadikan perpustakaan, UKS, dan BK,” ungkapnya.
Selain ruangan, pustakawan juga harus mengetahui dengan pasti jumlah koleksi buku dan jumlah siswa. “Jumlah koleksi buku harus sebanding dengan jumlah siswa,” tutur Koordinator Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Panggon Moco Gresik ini.
Dia menambahkan, untuk menyiasati jumlah koleksi buku yang tidak sebanding dengan siswa, pustakawan dapat menerapkan sistem baca buku di perpustakaan atau pinjam baca di kelas setelah mengisi buku pengunjung atau buku pinjam. “Koleksi buku yang harus disediakan sekolah adalah buku siswa, buku guru, dan buku penunjang,” jelasnya.
Untuk mengetahui detail koleksi buku, lanjutnya, baik jumlah keseluruhan buku maupun detail masing-masing buku, pustakawan harus menyiapkan buku induk perpustakaan. “Buku induk ini bisa dalam bentuk katalog online,” tambahnya.
Alumni Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan itu melanjutkan, kelengkapan administrasi yang juga penting adalah label buku, buku kunjungan, dan buku peminjaman. “Pelabelan ini bisa juga divariasi dengan warna yang berbeda.Tujuannya untuk memudahkan pencarian dan penataan,” ujarnya.
Dan yang tak kalah pentingnya, kata Sholihudin, harus ada program sekolah yang terkait dengan literasi dan prestasi siswa di bidang literasi. “Pengembangan kegiatan literasi ini berkaitan dengan standar tiga, yakni kompetensi lulusan,” ungkap pengajar muda Indonesia Mengajar angkatan X ini. (Nafi/Fillah)
Discussion about this post