PWMU.CO-SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) Boarding School mengundang wali santri dalam pertemuan di Aula Nyai Walidah, Sabtu (13/7/2019).
Sebanyak 28 wali santri hadir yang anaknya dinyatakan diterima. Mereka berasal dari berbagai kota untuk mengikuti sosialisai program Smamda Boarding School tahun ajaran 2019/2020.
Kepala Smamda Wigatiningsih MPd mengatakan, program boarding school berangkat dari banyaknya siswa dari luar kota yang indekos di sekitar sekolah.
”Daripada ngekos, maka kami mengadakan program boarding ini. Selain sebagai tempat istirahat, asrama juga sebagai tempat transfer pengetahuan agama. Apalagi perkembangan zaman yang semakin cepat ini, kadang generasi kita mengesampingkan keilmuan ukhrowi,” katanya.
Dia berharap ada sinergi antara sekolah dan wali santri, sehingga dalam proses pendidikan asrama, orang tua bisa merasakan hasilnya. ”Semua program tidak akan berhasil jika kita tidak ada ada sinergi. bapak ibu kami undang ke sini untuk menyamakan satu tujuan,” sambungnya.
Ketua tim perumus program asrama Fuad Syukri Zain MEd mengatakan, ada tiga kompetensi yang menjadi fokus proses pembelajaran. ”Dalam satu tahun, para siswa fokus pada materi Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Tahfidh. Semua program ini dipantau. Setiap kamar sudah ada musyrif. Selain pendamping, musyrif juga sebagai fasilitator belajar,” ungkapnya.
Dalam proses pembelajaran pasti ada target. Fuad mengatakan, sudah menyusun target pencapaian sesuai bidangnya masing-masing. ”Misalnya tahfidh, kami menargetkan dalam satu tahun siswa hafal satu juz. Di kelas X ini atau tahun pertama, insya Allah santri bisa hafal dua juz. Juz 29 dan 30. Tahun kedua, juz 1 dan 2, tahun ketiga juz 3. Begitu juga untuk Bahasa Inggris dan Bahasa Aab, semua ada target pencapaiannya. Minimal menguasai public speaking,” ungkapnya.
Sementara Wakasek Kurikulum Alful Musrifah MPdmenjelaskan, ada perbedaan dengan kelas fullday school reguler. ”Untuk yang mengambil program asrama, proses pembelajaran di sekolah sampai pukul 13.00. Setelah itu siswa bisa kembali ke asrama untuk istirahat,” jelas ibu tiga anak ini.
Diterangkan, memang ada pengurangan jam, seperti pelajaran olahraga. Biasanya tiga jam pelajaran, untuk asrama cukup dua jam. Begitu juga untuk kesenian dan beberapa mapel yang lain. ”Kebijakan ini bukan bermaksud menyederhanakan pelajaran, tapi siswa bisa belajar sendiri,” katanya. (Hanafi)