PWMU.CO –Begitu pembawa acara mengumumkan pembukaan Fortasi 2019 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, tiba-tiba dari atap Sport Center meluncur lewat tali dengan gesit di hadapan siswa baru, Selasa (16/7/2019).
Atraksi repling yang dilakukan Asti Ananta, anggota pandu Hizbul Wathan Smamda Sidoarjo ini tentu bikin kejutan untuk semua orang di acara ini. Begitu kakinya menginjak tanah, Asti, gadis berkacamata ini langsung berlari menyerahkan gunting kepada pembawa nampan.
Selanjutnya gunting itu diserahkan kepada Kepala Sekolah Wigatiningsih yang bertindak sebagai pembina upacara. Wigati segera menuju benang putih yang membentang ke kanan dan ke kiri.
”Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, Fortasi 2019 saya nyatakan dibuka,” kata Wigati dengan lantang sambil menggunting benang putih. Begitu benang dipotong, sirene meraung-raung. Bersamaan dengan itu dari puncak gedung meluncur dua spanduk panjang membentang di sisi kanan dan kiri papan nama SMAMDA Sport Center. Spanduk itu bertuliskan FORTASI HEBAT.
Spanduk sisi kiri bertuliskan FORTASI, sisi kanan bertuliskan HEBAT. Dua spanduk berukuran 10 x 1,2 meter meluncur disertai dentuman meriam kertas dari puncak atap.
Melihat adegan ini semua orang terpukau. Langsung saja suara tepuk tangan membahana menyambut adegan kejutan ini. Tak lama kemudian dari samping dua spanduk tadi meluncur turun dua siswa lewat tali repling menggunakan teknik jumping atau lompat. Hanya tiga detik dari puncak atap keduanya sampai di tanah. Suara tepuk tangan semakin bergemuruh.
”Tadi sempat nervous, karena sudah biasa repling, ditambah kemarin sudah latihan medan, jadi saya bisa terjun dengan santai,” ujar Asti yang belajar di jurusan IPA.
Sementara Pulung dan Bintang yang terjun sesudahnya langsung bersyukur. ”Alhamdulillah kami bisa menunaikan tugas dengan baik. Ini jarak tertinggi yang pernah kami terjun. Sekitar 17 meter,” ujar Bintang Ramadhan yang aktif di kepanduan sejak SMP.
Senada dengan Bintang, Pulung langsung tersenyum. ”Enak. Asyik, Pingin nyoba lagi,” tutur pria dengan nama lengkap Pulung Firdaus sambil tersenyum.
Sementara Zainal Arifin, pembina HW yang mendampingi repling menuturkan, persiapan atraksi ini sangat singkat. Belum sepekan kami diberitahu konsep pembukaan yang menggunakan atraksi repling. ”Karena tembok tidak rata jadi agak menyulitkan anak-anak untuk terjun,” ujar pria yang akrab dipanggil Mas Minyak ini.
Selain faktor tembok, ketinggian dan angin juga menjadi pertimbangan. ”Kemarin saat pemasangan dan latihan anginnya agak kencang. Beruntung anak-anak sudah biasa latihan. Semua berjalan lancar,” lanjut pria yang gemar jalan-jalan ini.
Dalam sambutannya Kepala Sekolah Wigatiningsih MPd berpesan pentingnya budaya tertib di lingkungan Smamda. Ada 3T yang dilakukan oleh keluarga besar Smamda.
T pertama tertib ibadah. ”Sebagai siswa Smamda, harus menjadi teladan bagi siswa lain dalam beribadah. Berkaitan dengan shalat Duhur dan Ashar, misalnya. Siswa tidak perlu disuruh, semua berangkat ke masjid dari kesadaran diri, tidak harus disuruh-suruh,” tegasnya.
Kedua adalah tertib belajar. Menurut pendekar Tapak Suci ini, konsekuensi menjadi pelajar adalah belajar. ”Sebagai pelajar, harus istiqomah dalam belajar. Belajar jangan hanya saat akan ujian. Apalagi belajar kebut semalam. Tidak ada yang instan untuk menggapai kesuksesan,” tandasnya.
Ketiga adalah tertib berkegiatan. Menjadi siswa harus aktif dan bertanggungjawab terhadap apa yang ia lakukan. ”Ketika mengikuti kegiatan yang diprogamkan sekolah harus rajin dan aktif. Ini cara mengembangkan potensi. Jadi manfaatkan waktu sebaik mungkin di Smamda untuk meraih prestasi,” katanya.
Di sesi akhir, sebagai tanda dimulainya Fortasi, Wigatiningsih menyematkan pin kepada perwakilan peserta dan ditandai dengan petasan semprotan kertas. (R6, Hanafi)