PWMU.CO – Banyak orang yang miskin dan susah hidupnya karena salah memilih majikan. Karena itu dibutuhkan cara berpikir supranasional untuk mengatasinya.
Hal itu disampaikan Kepala Klinik Pendidikan MIPA (KPM) Cabang Surabaya-Jawa Timur Drs H M Arodhi dalam Pembinaan Guru dan Karyawan di Aula SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Sabtu (24/8/19). Ia hadir bersama Staf Divisi Pelatihan Abdul Aziz.
“Banyak hal di antara kita membutuhkan cara berpikir suprarasional menjadi bagian yang sangat mendasar untuk menyelesaikan berbagai problem dalam kehidupan kita,” ujarnya.
Arodhi mengatakan, biasanya ada banyak orang ketika menjalani kehidupan itu selalu murung, selalu merasa sudah berbuat apa saja tetapi tetap saja bermasalah.
“Rezeki kita itu kadang seret terus. Sudah diikhtiari kok masih seret. Seret dalam artian ya cukup sih, tapi tidak seperti yang lain, deras mengalirnya. Sementara saya kok sedikit-sedikit ya mengalirnya,” ujarnya di hadapan guru dan karyawan sekolah yang berlokasi di Jalan Amuntai 01 GKB Gresik tersebut.
Menurutnya, kita semua perlu berlatih bagaimana menata diri dengan mengubah cara berpikir. Ia kemudian menanyakan kepada peserta pembinaan, mengapa banyak guru dan karyawan yang hidupnya miskin dan susah.
“Kurang bersyukur, kurang ikhlas, tidak ingin mengubah gaya hidup, kurang hidup sederhana,” jawab beberapa guru saling bersahutan.
Menanggapi hal tersebut, Arodhi mengapresiasi dengan mengatakan semua jawaban itu sudah rasional. “Tapi belum suprarasional,” tegasnya disambut tawa para peserta.
Baginya, orang-orang itu masih miskin dan susah hidupnya karena mereka salah pilih majikan. “Kenapa mereka menjadi guru yang majikannya kepala sekolah dan yayasan yang miskin, bekerja pada perusahaan yang tidak kaya raya. Wong mereka juga butuh, ya wajar tidak bisa memberi lebih,” ungkapnya.
Pria asal Pasuruan itu menekankan, mengapa kita tidak bekerja pada Yang Maha Kaya sehingga apa pun yang kita butuhkan akan dipenuhi. “Coba, perusahaan mana di dunia ini yang memiliki aset sebanyak bumi dan isinya. Ada gak? Gak ada,” jelasnya.
Karena itu, Trainer Suprarasional di Read1 Human School (RHS) itu menegaskan, jika ingin sukses dan bahagia, maka satu-satunya majikan yang harus kita pilih adalah Allah. “Nah, sudahkah kita menjadikan Allah sebagai majikan kita? (Ada panggilan adzan) Allahu akbar Allahu akbar, sik sik ini nyelesaikan ini dulu,” kata dia mencontohkan hal yang umum terjadi, kemudian disambut tawa dan tepuk tangan semua peserta.
Tak hanya itu, contoh lain yang dijelaskan Arodhi, ada seseorang punya keahlian yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan di depan rumahnya. Dia digaji Rp 1 juta. Kemudian, jarak 200 meter dari tempat tinggalnya itu ternyata ada perusahaan baru yang juga membutuhkan karyawan dengan keahlian yang sama, tapi gajinya Rp 27 juta. “Kira-kira orang ini milih kerja di depan rumah atau yang 200 meter tadi?” tanya dia kepada peserta.
Sebagian besar peserta menjawab Rp 27 juta. “Berarti luar biasa cerdas akalnya. Apakah diri kita ini juga cerdas yang lainnya?” ucapnya sambil tersenyum.
Pertanyaan lanjutan yang diungkapnya adalah ketika adzan berkumandang Allahu akbar Allahu akbar dari masjid yang berjarak 200 meter dari rumah, kira-kira kita pilih shalat di masjid atau di rumah. “Bagaimana mungkin bisa cepat kaya, sudah disiapkan Allah 27 derajat, kan gak main-main gitu loh, nah ngambilnya satu derajat di rumah saja, itu pun diakhirkan,” tegasnya.
Pelatih Matematika Nalaria Realistik (MNR) Nasional itu mengingatkan, ini salah satu bagian mengapa kita masih sering miskin. “Lah gitu minta kaya raya, gitu minta bahagia, terus dari mana? Siapa yang membolak-balikkan hati, kan majikan kita, Allah,” tuturnya. (*)
Kontributor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.