PWMU.CO – Tidak boleh seorang presiden, gubernur, atau bupati ketika ada pertemuan atau ambil rapot anaknya di sekolah terus bilang, aku presiden atau gubernur. Mereka adalah wali murid. Tidak ada yang perlu diistimewakan. Guru tidak boleh keder atau takut.
Inilah petikan dari tausiah Dr Taufiqullah MPd di Masjid Taqwa SMPM 12 GKB dalam Gerakan Shalat Suhub Berjamaah (GSSB) yang dilaksanakan oleh tim Sinergi Al Islam Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gresik Kota Batu (GKB), Sabtu (31/8/19).
Dalam ceramah dengan tema ‘Tugas Seorang Guru’, dia memberikan penguatan karakter guru, khususnya guru Muhammadiyah. Guru, menurutnya, harus punya pendirian. Tidak perlu takut dengan hukum kalau apa yang dilakukan dan dilaksanakan itu sudah sesuai.
“Tidak perlu menangis ketika berada di balik jeruji besi, ketika kita mengajarkan kebaikan, kejujuran, dan kedisiplinan pada siswa. Guru ketika mengajarkan kedisiplinan dan sesuai dengan aturan yang ada di tata tertib sekolah ya itu harus ditegakkan,” paparnya.
Ustadz Taufiq, sapaan akrabnya, menjelaskan kalau di sekolah Muhammadiyah GKB ini ada siswa yang orangtua jadi presiden, bupati, atau oran tua yang memiliki jabatan lain, tidak ada yang diistimewakan. Semuanya sama. Mereka harus ‘tunduk’ pada sekolah dan guru.
“Tidak ada siswa yang orangtuanya presiden mendapat perhatian lebih. Kalau sudah di sekolah jabatan orangtua sudah hilang, tinggal yang ada adalah wali siswa. Guru tidak perlu ragu dan takut dengan jabatan orangtua. Semuanya sama,” ujarnya.
Ustadz Taufiq memberikan penegasan bahwa guru harus memiliki titik fokus dalam mengajar. Keberadaan orangtua adalah mitra. “Mereka bukan memberikan intervensi tetapi rekan untuk meningkatkan kualitas belajar,” ujarnya. (*)
Kontributor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.