PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr H Abdul Mu’ti MEd mengatakan, Pilkada 2020 merupakan momentum penting dan strategis bagi penguatan kepemimpinan di daerah. Oleh karena itu Muhammadiyah perlu memberikan perhatian yang serius.
“Warga Persyarikatan dapat berpartisipasi lebih aktif dalam pilkada karena kita menyadari bahwa transformasi kader Muhammadiyah di politik ini masih relatif terbatas,” ujarnya kepada PWMU.CO sesaat sebelum menjadi pemateri pada Pengajian Sang Surya Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Probolinggo, di Hall Lila Catering, Selasa (3/9/19).
“Kalau misalnya ada kader-kader yang punya potensi untuk bisa tampil, maka peluang itu perlu dipersiapkan sebaik-baiknya. Bisa melalui komunikasi politik dengan partai-partai di tingkat lokal yang memang punya kans yang lebih besar dibanding perseorangan. Tentu ini penguatan dari peran kebangsaan Muhammadiyah lewat jalur politik,” ujarnya.
Dia berharap warga Muhammadiyah menjadi pemilih yang kritis dan aktif. Menurutnya, kritis itu memberikan pilihan sesuai dengan idealisme, menjauhi bentuk-bentuk pragmatisme, dan kemudian berusaha untuk memilih berdasarkan kompetensi dan program-program yang secara rasional dan realistis ditawarkan untuk masing-masing calon.
“Perlu untuk membangun suasana politik yang kondusif, dengan jalan saling menjaga persatuan dan saling menghormati perbedaan. Karena memang sangat mungkin Pilkada 2020 itu masih ada pengaruhnya dari sisa-sisa Pileg dan Pilpres 2019,” ujarnya.
Saya menengarahi, sambungnya, masih ada residu politik yang memang cukup kuat sehingga sehingga pilkada ini harus dipersiapkan sebaik-baiknya.
Dia berharap jangan sampai kita terpecah belah. Persatuan bangsa di daerah jangan terkoyak hanya karena beda pilihan. “Pilkada itu penting, tapi bukan segala-galanya. Oleh karena itu partisipasi kritis aktif itu diperlukan,” pesannya.
Mu’ti yakin warga Muhammadiyah mempunyai kemampuan dan tradisi yang cukup baik dalam konteks ini. “Dan ini mudah-mudahan menjadi bagian dakwah kita kepada masyarakat,” tuturnya.
Menurut dia, dalam banyak kasus, calon yang maju pilkada membutuhkan dana besar, tetapi tidak semuanya seperti itu. “Artinya tetap masih ada ruang untuk kita melaksanakan pilkada yang berkualitas. Baik kualitas dari sisi penyelenggara maupun para calon yang ada,” jelasnya.
Mu’ti menegaskan, kita tidak boleh menyerah pada keadaan dan tidak boleh juga tunduk pada apa yang selama ini dianggap sebuah kelaziman. “Ini bagian dari kita membangun idealisme yang memang tidak mudah tapi dalam beberapa kasus itu bisa dilakukan,” imbuhnya.
Jika tanpa calon
Dia menyerahkan, ketika di suatu daerah tidak mengusung calon, maka tetap ada peran politik yang bisa dilakukan. Pertama sebagai opinian maker. “Yakni menjadi kelompok yang senantiasa menyampaikan gagasan-gagasan dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan,” terangnya.
Kedua adalah political lobby. Yaitu melakukan lobi-lobi politik sebagai bagian dari kita membangun komunikasi dan menyampaikan aspirasi melalui jalur-jalur yang konstitusional. “Apakah itu lewat parpol, lewat pemerintahan atau lewat lembaga-lembaga konstitusional lainnya,” tegasnya.
Ketiga, lanjut Mu’ti, peran sebagai political pressure. Maknanya di mana kita bisa melakukan upaya-upaya tekanan politik tetapi tentu dengan cara-cara yang tetap mencerminkan karakter Muhammadiyah dan senantiasa berlandaskan akhlakul karimah.
Menurut dia, kalau tidak ada yang bisa maju maka Muhammadiyah bisa mengambil peran politik dalam tiga bentuk tadi. “Sehingga partisipasi politik warga Muhammadiyah itu memang lebih banyak dihitung dari segi kualitas sumber daya manusia (SDM) yang kita miliki daripada kuantitas suara yang kita miliki,” jelasnya.
Menurut dia, ini juga sebuah kekuatan tersendiri sehingga memang kita harus tetap berada pada level yang bersifat strategis dalam politik kebangsaan. “Artinya kita tidak perlu membawa Muhammadiyah kepada wilayah politik praktis yang pragmatis. Kita tetap berada pada jalur dakwah dan politik kebangsaan, walaupun mungkin juga ada anggota atau kader kita yang maju sebagai calon,” ujarnya. (*)
Kontributor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.