PWMU.CO-Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Surabaya mengadakan rapat pleno karyawan bertempat di ruang serbaguna lantai 3 Jl KH Mas Mansyur 180-182 Surabaya, Sabtu (2/11/2019).
Rapat dibuka Ketua Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya (PDM) Kota Surabaya Ustadz Hari Purnomo SKM.
Dalam sambutannya Hari Purnomo mengatakan, seorang muslim itu pemimpin. Maka jadilah pemimpin yang adil. ”Al imaamul ‘aadil. Ini yang pertama menurut hadits riwayat Abu Hurairah,” katanya.
Pemimpin adil itu, kata dia, tidak membeda-bedakan. Pemimpin yang memberikan tupoksi sesuai bidangnya. ”Semua orang itu pemimpin nanti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Ketika diberikan tugas maka menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya,” ucapnya.
Kedua, sambung dia, wa syabbun nasyaa bi’ibaadatillaahi. Remaja yang tumbuh dan beribadah kepada Allah. “Hendaklah kita didik putra-putri kita agar bertakwa kepada Allah,” katanya.
Ketiga, wa rajulun qalbuhu mua’llaqun filmasaajidi. Orang yang hatinya selalu condong atau datang ke masjid.
Keempat, wa rajulaani tahabbaa fillahi ijtama’aa ‘alaihi watafarraqaa ‘alaihi. Dua orang yang selalu mencintai Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah.
Kelima, wa rajulani da’athu imraatun dzaatu manshibin wajamaalin, faqaala, innii ikhaafullaahu. Ketika seorang laki-laki dirayu oleh seorang wanita tetapi menolak karena takut kepada Allah.
“Dalam kondisi apapun, meskipun pas kepepet. Misalnya banyak utang tetapi tetap beriman kepada Allah, maka dia akan selamat. Selamat dunianya dan selamat akhiratnya,” papar anggota Korp Mubaligh Muhammadiyah (KMM) Kota Surabaya itu.
Keenam, wa rajulun tashaddaqa bishadaqatin fakhfaaha hattaa laata’lamu syimaaluhu maa tunfiqu yamiinuhuu. Seorang yang bersedekah tetapi menyembunyikannya.
“Ketika kita bersedekah jangan sampai kita mengatakan bahwa saya sudah bersedekah kepada si dia, karena itu akan menyakiti hati penerimanya,” ujarnya.
Ketujuh, sambungnya, walaupun dzakarallaaha khaaliyan fafaadhat ‘ainaahu, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu dia meneteskan air matanya. “Ini sangat sulit sekali dilakukan maka kita harus ikhlas dan ittiba’ mengikuti pola hidup para Rasul,” tambahnya. (*)
Penulis Habibie Editor Sugeng Purwanto