PWMU.CO – Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (FGM) menyelenggarakan Diklat Pembelajaran Berorienterasi High Order Thinking Skill (HOTS) di Hotel Lor Inn Surakarta, Kamis (29/11/2019).
Sebanyak 350 guru Muhammadiyah dari berbagai daerah, mulai Aceh, Sumatera, Kalimantan, Ambon, Jawa, dan daerah lainya hadir untuk mengikuti kegiatan bertema ‘Revolusi Guru Muhammadiyah Berkemajuan Menjawab Tantangan Masa Depan Abad 21’ ini.
Kegiatan tersebut menghadirkan dua nara sumber dari LPMP (Lembaga penjaminan mutu pendidikan) Yogyakarta yaitu Widyaningtyas Sistaningrum SE MM dan Drs Suharji MPd.
Suharji menyampaikan substansi pembelajaran HOTS tidak hanya terbatas pada pembuatan soal. Tapi, memberikan pengalaman pembelajaran kepada siswa sehingga dapat berpikir kritis.
“Banyak yang mengira HOTS hanya saat membuat soal atau ulangan. Tapi bagaimana cara guru membuat otak anak bisa berpikir encer dengan level kognitif secara berlapis,” jelasnya.
Widyaisywara LPMP DIY ini menyampaikan terdapat tiga cara guru melakukan pembelajaran berbasis HOTS yaitu melatih siswa dengan pertanyaan how dan why, melatihkan melalui soal kontekstual dengan soal cerita, dan mendesain pembelajaran yang memuat keterampilan 4C, literasi dan PPK (penguatan pendidikan karakter).
Namun, menurutnya ada hal esensial lainnya yang harus dihadirkan selama guru mengajar yakni menghadirkan hati dan perasaan dalam memberikan layanan prima kepada siswa. “Jadi guru tidaklah mudah karena mengimplementasikan HOTS tetap harus menghadirkan hati dan perasaan,” katanya.
Sementara itu Widyaningtyas menjelaskan dalam mendesain pembelajaran berbasis HOTS muatan karakter akan melekat dengan sendirinya. Dia juga menegaskan untuk membentuk siswa kritis dan kreatif bisa terpotret dari jenis buku yang biasa dibaca oleh siswa dan guru.
“Pingin anaknya kritis dan kreatif?” tanyanya kepada peserta.
“Gurunya yang harus literate dulu,” jawabnya
Menurut Widya cara murid belajar dalam kelas merupakan dampak dari cara mengajar guru. Bila siswa tingkat pengetahuan hanya pada tahap faktual saja, maka tingkat berpikir anak masih rendah. Maka perlu ditingkat hingga pada level konspetual, prosedural hingga di metakognitif.
“Bila anak tidak punya pengetahuan dan skill yang lebih, maka generasi Indonesia ini hanya mencetak pekerja. Sehingga kemampuan berkolaborasi, berargumentasi itu penting, pastinya dengan wawasan pengetahuan yang luas dan berpikir secara integratif,” jelasnya.
Walau pelatihan ini berjalan hingga larut malam. Namun, peserta terlihat antusias dan semangat. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa dan suasana pelatihan yang menggembirakan.
Guru dari SD Muhammadiyah 4 Terpadu Samarinda Kalimantan Timur Zainal Arifin MPd merasakan peroleh ilmu dan wawasan yang bermanfaat dalam peningkatan kemajuan pembelajaran disekolahnya. “Banyak manfaat yang didapatkan dari pelatihan ini, meski waktunya terbatas tapi banyak hal baru yang di dapatkan,” katanya
Dia berharap ke depan FGM baik yang di daerah, provinsi, atau pusat dapat tetap menyelenggarakan kegiatan serupa untuk meningkatkan kemampuan dan kemajuan guru Muhamamdiyah dengan mengadakan penyusunan buku atau bahan ajar.
Sementara itu, perwakilan dari Jawa Timur Erna Ahmad MPd menyampaikan materi pembelajaran HOTS ini semakin jelas dan detail. Ke depan guru dari SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik ini akan segera menindaklanjuti kegiatan dari PP FGM ini dengan mengimbaskan kepada guru-guru di lingkungan Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik yang terdiri SD Muh 1 GKB, SD Muh 2 GKB, SMP Muh 12 GKB dan SMA Muh 10 GKB serta sekolah lain sekitarnya.
“Kami akan segera mengimbaskan materi dari Diklat PP FGM ini dengan melakukan Internal House Training (IHT) bersama empat sekolah Mugeb School, sekalian kami akan menggandeng Pustekom untuk memperkuat pembelajaran basis IT yang sudah ada,” tuturnya
Selain diklat pembelajaran dengan topik Desain Pembelajaran HOTS, PP FGM juga menggandeng Pustekom untuk memberikan wawasan dan penguatan dalam pemanfaatan rumah belajar.Kemdikbud.go id sebagai salah satu sumber dan sarana pembelajaran digitalisasi khususnya di sekolah-sekolah Muhammadiyah se-Indonesia.(*)
Kontributor Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post