PWMU.CO – Prof Dr Haedar Nashir MSi merupakan pemimpin Muhammadiyah yang benar-benar menghibahkan tenaga, pikiran, dan gagasan dari waktu ke waktu, dari hari ke hari untuk persyarikatan.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Drs H A Dahlan Rais MHum dalam acara Pengukuhan Guru Besar Haedar Nashir di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) (Kamis,12/12/19).
“Tentu saja Muhammadiyah merasa bangga. Hari ini kader terbaiknya memperoleh pengukuhan sebagai guru besar. Kami tahu persis bahwa beliau memimpin Muhammadiyah tidak kenal waktu,” tuturnya.
Dahlan Rais mengaku sering merasa kasihan dengan Haedar Nashir dengan segala kesibukannya namun tetap mampu menyelesaikan tugas pengabdiannya dengan baik. “Ini menjadi contoh bagi warga Muhammadiyah untuk gigih menuntut ilmu,” tegasnya.
Adik kandung Amien Rais tersebut menceritakan pernah memiliki kenangan bersama Haedar Nashir ketika berkunjung ke suatu daerah namun Haedar merasa gelisah karena disediakan ruangan satu kamar untuk bersama.
“Bukan karena apa-apa. Namun beliau gelisah karena setiap saat, kemana pun, beliau tidak pernah lepas dari laptop. Kesempatan-kesempatan yang ada selalu beliau gunakan untuk menulis dan menulis,” kenangnya.
Maka, imbuhnya, kami merasa takzim, dengan berbagai kesibukan, beliau tetap mampu meraih gelar tertinggi di UMY.
Menurut Dahlan Rais acara pengukuhan guru besar Haedar Nashir ini menjadi sangat luar biasa dan berbeda dengan yang lain.
“Pidato pengukuhan yang amat bagus. Logis, lugas dan berbeda dengan yang lain karena yang ditulis benar-benar up to date. Menjadi penjelasan dan solusi untuk mencari penyelesaian masalah dari yang kita hadapi saat ini,” jelasnya.
Mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dahlan Rais mendoakan agar Haedar Nashir selalu sehat sehingga dapat meniru tokoh-tokoh Muhammadiyah yang hadir.
“Pak Haedar tetap jaga kesehatan. Agar dapat seperti Buya Syafii Maarif yang sudah berusia 84 tahun namun masih bisa menghadiri kegiatan-kegiatan persyarikatan. Juga seperti Prof Malik Fajar, Pak Sudibjo Markus, yang sudah tidak muda lagi namun langkahnya masih tegap,” pesannya disambut tepuk tangan hadirin. (*)
Kontributor Nely Izzatul. Editor Mohammad Nurfatoni.