PWMU.CO – Memasuki tahun ajaran baru, SD Muhammadiyah 1 (Muhida) Sidoarjo menggelar Masa Kasih Sayang (Makasa). Kegiatan rutin yang diadakan tiap tahun kali ini ada perbedaan. Jika Makasa selama ini untuk siswa, untuk tahun ini diperuntukkan bagi wali murid. Karena itu acara ini disebut juga “Kelas Orangtua”.
Kepala Sekolah Muhida Enik Chairul Umah, MSi, MPd menjelaskan bahwa Makasa adalah sarana silaturahim dan menjalin sinergi sekolah dan wali murid baru. “Keikhlasan orangtua memercayakan putra-putrinya kepada Muhida menjadi amanah yang akan ditunaikan sebaik mungkin,” kata Enik.
(Baca: 1520 Siswa Sekolah Rujukan Nasional Itu Sambut Ajaran Baru dengan Optimis)
Pada hari kedua Selasa (19/7) kemarin, Makasa mengambil tema “Pentingnya Sarapan dan Bekal Sehat untuk Buah Hati”. Bertindak sebagai nara sumber adalah dr Tjatur Prijambodo, MARS. “Putra-putri Bapak Ibu akan memasuki era baru pada kehidupannya,” kata Tjatur mengawali pembahasan tema. Direktur Jamkesda Jawa Timur ini selanjutnya memaparkan bahwa anak usia 6-12 tahun termasuk pada fase tumbuh kembang, sehingga diperlukan perhatian ekstra agar tumbuh kembangnya bisa optimal. “Anak yang sebelumnya 24 jam dalam ‘dekapan’ orang tua, kini harus menuntut ilmu dan bersosialisasi dengan lingkungan di luar rumah. Tentu akan ada perubahan teman bermain, pola pengasuhan termasuk pola makan,” jelas Tjatur.
Perubahan pola makan ini meliputi sarapan pagi, bekal makan, dan jajanan yang ditemui saat di lingkungan sekolah. Menurut dokter ayah dari 4 anak ini, orang tua perlu membekali anak ke sekolah dengan makanan dari rumah. “Apakah bapak-ibu kerepotan menyiapkan sarapan dan bekal makan Ananda?” tanya Tjatur yang dijawab, “Ya”secara serempak oleh audiens. Tapi dokter ini mengingatkan meski sedikit merepotkan, tapi bekal sarapan dari rumah dianggap lebih baik dan sehat. “Butuh kepedulian dan perhatian dari orangtua. Karena salah satu kunci sukses anak adalah kesehatan optimal yang didapatkan dari sarapan dan bekal yang sehat pula,” tutur dia.
(Baca juga: Orientasi 767 Siswa Baru Ini Tempati Gedung Sekolah Senilai Rp 28,8 Miliar)
Menurut Tjatur, ada 3 manfaat yang didapatkan apabila menyiapkan sarapan dan bekal secara mandiri dari rumah, “Pertama, mendidik anak agar tidak boros sehingga bisa mengalihkan uang jajan menjadi tabungan.” Yang kedua, kata Tjatur, mendekatkan hubungan anak dan orangtua. Akan timbul empati anak pada orangtua dan melahirkan ‘bumbu’ kasih sayang,” tutur dia. “Ketiga, akan terhindar dari gangguan kesehatan,” urai Tjatur.
Ketua Badan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba PWM Jawa Timur ini menjelaskan, untuk sarapan dan bekal sehat, tentu ada syarat yang harus diperhatikan. “Harus memenuhi unsur gizi (karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin). Variasi menu dan penampilan untuk menghindari rasa bosan dan malas membuka kotak bekal makanan juga harus diperhatikan,” ungkap Tjatur.
Selanjutnya, kata Tjatur, harus sesuai dengan organ pencernaan anak. Maka sebaiknya tekstur makanan harus lunak. “Hindari daging potongan besar. Juga hindari bumbu beraroma tajam, seperti cuka, cabai, dan lada,” tambah Tjatur.
(Baca juga: Datangkan Alumni dari Prancis untuk Beri Motivasi Siswa Baru)
Makanan bekal anak ke sekolah juga harus disesuaikan dengan aktivitas anak. Menurut Tjatur, jika anak bersekolah kurang dari 5 jam maka cukup dibekali dengan snack ukuran kecil-sedang. Sedangkan jika lebih 5 jam maka sebaiknya dibekali kudapan/makanan ringan. “Terakhir, bahan, proses pembuatan, alat masak dan kotak kekal harus bersih.”
Di sesi akhir, suami Trinil Anies ini menjelaskan bahwa manfaat sarapan di antaranya membuat tubuh tidak cepat lelah dalam beraktivitas, menjadikan otak lebih waspada dan berpikir lebih cepat. “Manfaat sarapan juga dapat memperkuat daya ingat dan konsentrasi, mencegah sakit maag dan menghindari makan tak terkontrol,” kata Tjatur. (MN)