PWMU.CO – Gus Sholah, sapaan akrab KH Sholahuddin Wahid (77) pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang wafat setelah kritis usai operasi jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, Ahad (2/2/2020) pukul 20.55.
Jenazah KH Sholahuddin Wahid yang akrab dipanggil Gus Sholah dimakamkan di kompleks Tebu Ireng, Jombang setelah diterbangkan dari Jakarta, Senin (3/2/2020).
Putra Gus Sholah, Irfan Asy’ari Sudirman Wahid menjelaskan, ayahnya dimakamkan dekat makam Presiden Abdurragman Wahid alias Gus Dur, sang kakak. “Paling telat jam empat sore pemakamannya,” kata Ipang, sapaan akrab Irfan Wahid.
Ipang menjelaskan, di saat opname ayahnya masih menulis meskipun kesehatannya sudah menurun. Menulis di ponsel tentang perhatiannya pada masalah pendidikan di Pesantren Tebuireng, Jombang. “Pesan terakhir beliau terkait masalah Tebuireng, masalah pendidikan,” kata Ipang.
Salah satunya masalah SMA Pesantren Sains alias Trensains yang dibangun tahun 2014 di Desa Jombok Kec. Ngoro, di selatan Ponpes Tebu Ireng. Ketika Dr Agus Purwanto, dosen FMIPA ITS penggagas Trensains hadir takziyah di Tebu Ireng didatangi oleh Ipang menyampaikan pesan Gus Sholah.
“Ayah berpesan agar Trensains dilanjutkan,” kata Ipang kepada Gus Pur, sapaan Agus Purwanto. Gus Pur langsung menjawab, “Siap.”
Konsisten dengan Visi Kebangsaan
Sementara Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, Gus Sholah merupakan sosok yang rendah hati, bergaul luas dengan banyak kalangan, moderat, memiliki komitmen keislaman yang kuat, dan visi kebangsaan yang luas. Gus Sholah juga sangat konsens pada demokrasi dan hak asasi manusia dengan konsisten.
Ketika Pemilu 2019 Haedar Nashir mengatakan, intensif bertemu bersama banyak kalangan untuk menggalang moderasi dan tidak terlibat politik partisan agar ada kekuatan penyeimbang.
”Beliau tidak ingin Pemilu menjadi faktor pemecah belah dan berujung pada kegaduhan politik yang meruntuhkan persatuan, demokrasi, dan kebersamaan,” katanya seperti ditulis muhammadiyah.or.id.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menambahkan, Gus Sholah adalah salah satu ulama dan tokoh NU yang sangat dekat dengan berbagai kalangan, khususnya dengan Muhammadiyah. beberapa kali beliau mengisi dan menghadiri acara Muhammadiyah.
“Gus Sholah adalah sosok yang terbuka dan egaliter. Dalam bergaul, beliau tidak membedakan usia dan hangat dengan siapa siapa saja. Usia beliau sangat jauh di atas saya, bahkan seusia dengan ayah saya. Walau demikian, sepertinya tidak ada jarak antara saya dengan Gus Sholah,” kenang Mu’ti.
Mu’ti mengaku sering berdiskusi dengan almarhum terkait masalah umat dan bangsa. “Beliau sosok yang sederhana dan bersahaja. Inilah kepribadian yang membuat saya terkesan dan menjadi teladan bagi umat dan bangsa,” ujar Mu’ti.
“Secara pribadi dan atas nama PP Muhammadiyah saya menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Gus Sholah. Kami merasa sangat kehilangan. Semoga beliau husnul khatimah dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” katanya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto