PWMU.CO – Hadits innamal a’malu binniyati dari Rasulullah yang diriwayatkan dari Umar bin Khaththab sangat populer diucapkan orang. Menjadi dasar hukum perbuatan seseorang itu tergantung dari niat atau motif.
Sebenarnya hadits ini cukup panjang matannya. Berlatar belakang peristiwa hijrah. Bahkan ruhnya hijrah. Kisah kaum muslim yang pindah ke kota Yatsrib demi mempertahankan keimanan. Perjalanan panjang dalam bayangan ancaman pembunuhan orang-orang Mekkah.
Ternyata di masa itu di antara kaum muslimin yang benar-benar niat berhijrah demi kepentingan agamanya, ada penumpang gelap hijrah. Orang-orang yang mempunyai niat lain. Motif mencari keuntungan pribadi. Yaitu mengejar perempuan dan mencari pekerjaan.
Begitulah yang terjadi di antara kaum muhajirin yang tiba di Madinah ada seorang lelaki berhijrah hanya demi mengejar Ummu Qais, perempuan yang ingin dinikahinya.
Melihat namanya perempuan ini boleh jadi seorang janda karena nama itu panggilan untuk ibu yang mempunyai anak bernama Qais. Lelaki tadi kemudian dikenal dengan sebutan Muhajir Ummi Qais.
Hadits Niat
Perkara ini kemudian dilaporkan kepada Rasulullah yang juga sudah datang ke Madinah. Mendengar laporan ini Rasulullah lantas bersabda.
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
Sesungguhnya amal itu dengan niat. Dan sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang diniatkan. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasulnya maka hijrahnya sampai kepada Allah dan Rasulnya. Dan barangsiapa berhijrah karena mencari keduniaan atau wanita yang hendak dinikahi maka hijrahnya mendapatkan apa yang diniatkan.
Begitulah hadits innamal a’malu binniyati. Hijrah bukanlah perjalanan mengungsi. Tapi perjalanan untuk menyelamatkan akidah Islam ke tanah harapan. Migrasi ini tidak hanya melelahkan, juga penuh tekanan karena di bawah ancaman, kejaran dan siksaan kaum kafir Quraisy.
Mereka meninggalkan rumah dan harta benda, berpisah dengan sanak kerabat, untuk memulai kehidupan baru dari nol. Modalnya hanya keyakinan dan kepasrahan kepada Allah dan Rasulnya.
Hijrah sangat berbeda dengan migrasi orang Eropa ke benua Amerika untuk mencari emas. Juga berbeda dengan pelayaran orang Eropa ke Asia untuk menemukan kebun rempah-rempah. Migrasi orang Eropa itu menciptakan kolonisasi dan penindasan terhadap warga pribumi.
Tapi hijrah di fase awal dakwah Islam ini meleburkan kaum muhajirin dan anshar di Madinah. Menciptakan tatanan masyarakat baru yang egaliter berdasarkan Islam. Masyarakat tanpa membedakan ras, keturunan, warna kulit, kaya dan miskin. Tatanan baru ini kelak menjadi kekuatan besar yang mampu mengubah wajah dunia. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto