Merawat singa kreatif di tengah wabah Covid-19 menjadi tantangan bagi insan guru, tak terkecuali guru Muhammadiyah. Berikut kolom Ichwan Arif, guru Spemdalas—nama populer SMP Muhammadiyah 12 GKB, Gresik.
PWMU.CO – Ketika pemerintan—-juga Pimpinan Pusat Muhammadiyah—menginstruksikan mengganti kegiatan belajar mengajar KBM secara daring (dalam jaringan), sekolah harus tetap memberikan pelayanan pembelajaran dengan kualitas yang sama, meskipun tidak ada pembelajaran secara tatap muka.
Guru sebagai fasilitator pembelajar tetap harus menjaga ruh pembelajaran daring ini. Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan menu pembelajaran secara mandiri.
Tidak sekadar mengirim LK (lembar kegiatan) atau materi dalam bentuk powerpoint dan PDF semata, tetapi guru harus memiliki menu dan strategi pembelajaran yang keren juga.
Hal ini sangat beralasan. Jangan sampai dengan kiriman materi dan soal tersebut, siswa malah terbebani atau tambah mengalami kebingungan. Pada akhirnya, semangat belajar mereka down. Padahal mereka sudah ‘di-lockdown‘ di rumah. Jangan ditambah down lagi.
“Mendingan sekolah dari pada mengikuti pembelajaran online secara mandiri di rumah.” Kira-kira begitu ungkapan yang muncul dar para siswa ketika mengalami beban belajar mandiri lebih berat bila dibandingkan dengan belajar secara normal di sekolah.
Buat Home Learning Menggembirakan
Home learning (belaja di rumah) dengan model KBM daring ini harus disikapi lebih kreatif oleh guru. Konsep sederhananya: buat home leaning yang menyenangkan, fun learning.
Kreativis itu bisa tercipta ketika kita dalam keadaan tertekan. Ide ‘gila’ yang mungkin belum dipikirkan orang lain akan bermunculkan. Ide itulah yang akan menjadi senjata tajam dalam menciptakan dalam pembelajarannya.
Guru harus mampu menjadikan kondisi ini sebagai peluang dan tantangan. Bukan malah sebaliknya, menyerah, pasrah, cuek, atau masak bodoh.
Guru diharap tidak mengalami phobia dalam memberikan home learning. Semua guru beramai-ramai memberikan tugas secara parsial, sendiri-sendiri. Dikirim ke siswa secara online bersama-sama dengan alasan ketercapaian target pembelajaran.
Pemberian home learning berupa penugasan bisa diterapkan sistem intergasi mata pelajaran. Satu tugas berwajah seribu, istilahnya.
Semisal, pelajaran bahasa Indonesia, sains, dan seni bisa diintegrasikan dalam penugasan. Siswa menulis teks eksposisi tentang wabah Corona, maka hasil kerja siswa bisa digunakan penilaian di sains.
Pelajaran IPS bisa bergandengan dengan bahasa Inggris. Menjelaskan materi konsumtif, siswa bisa menggunakan komunikasinya dengan bahasa Inggris. Maka, produk tugasnya bisa berupa video berdurasi pendek.
Pelajaran matematika membuat tabel atau grafik bisa berintegrasi dengan bahasa Indonesia. Kecakapan siswa dalam menjelaskan maksud dari isi tabel atau grafik bisa menjadi penugasannya.
Siswa membuat percobaan sederhana tentang bunga berwarna. Hasil percobaan bisa dipakai dalam penilaian sains biologi. Sedangkan ketika siswa menulis nama percobaan, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, dan hasil, ini sudah bisa masuk dalam rana pelajaran bahasa Indonesia: teks prosedur.
Penugasan Berbasis Produk dan Literasi
Integrasi dalam pemberian menu home learning ke siswa bisa diarahkan berbentuk produk atau karya. Mulai dari siswa membuat karya tulis, video berdurasi pendek 3-5 menit, animasi, sampai dengan membuat produk uji coba secara sederhana.
Selain meningkatkan motivasi, kreatif dan inovatif, model pembelajaran ini bisa mengajarkan kecakapan memecahkan masalah dari pada sekadar mengerjakan soal dalam bentuk pilihan ganda atau uraian.
Contoh, siswa membuat poster bertema Covid-19. Materi penugasan ini bukan milik pelajaran sains semata, ini juga ‘diakses’ untuk pelajaran seni, bahasa Indonesia, dan Inggris.
Ketika siswa mencari konsep dan konten isi, siswa akan berliterasi IT (information technology). Mereka akan mencari materi di internet. Dia akan membaca literatur, baik artikel berisi data maupun opini para tokoh atau ahli.
Dia akan memilih dan memilah konten isi yang sesuai. Satu, dua, tiga tulisan yang didapat, selanjutnya akan dia rangkum dan tulis ulang, baik berupa bahasa tulis dan gambar.
Pembuatan tugas berbasis karya pada hakikatnya adalah tahapan dalam belajar mengasah kepekaan siswa dalam olah pikir dan olah rasa.
Menjadikan Siswa sebagai Subjek Belajar
Dengan mengintergasi antarmata pelajaran yang berbasis produk dan literasi bisa memosisikan siswa sebagai subjek pembelajar.
Dia akan diajak bergerak dalam proses belajar secara mandiri. Mengasah kemampuan merancang dan menemukan sendiri. Dia akan memainkan jalan belajarnya sesuai SOP (standar operasional prosedur) yang diberikan guru dalam penugasan.
Karakter inilah bisa dijadikan sebagai pengikat wawasan dan pengetahuan yang sedang dipelajari siswa tersebut. Konsep keilmuannya semakin kuat menancap di otak.
Ketika tugas home learning tersebut menyentuh pada titik unsur menyenangkan, maka proses belajar mereka juga tidak terpaksa atau dipaksa. Siswa akan menjalaninya dengan penuh perasaan, sepenuh hati karena di tengah-tengahnya terdapat unsur happy.
Maka, tidak ada orangtua yang komplain gara-gara putra-putrinya merasa terbebani atau tugasnya semakin menumpuk. Harus donwload materi, soal, mengerjakan dengan batasan jam, selanjutnya menga-upload kembali jawabannya ke guru pengampunya.
Saya yakin guru-guru yakin memiliki ide-ide kreatif ini. Semakin berdiri dalam ‘tekanan’, maka jurus kreatif akan jadi jalan terbaik dalam menemukan solusi brilian.
Kondisi upnormal ini akan melahirkan ide-ide kreatif dalam proses home learing yang saat ini sedang diterapkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Ayo, kita merawat kreativitas karena ini adalah default (standar) kita sejak lahir. Kreatif itu bukan dipelajari tetapi terus dirawat sehingga DNA ini bisa menjadi solusi terbaik dalam rumah belajar kita ini.
Sebab sejatinya dalam diri seseorang itu ada dua singa. Keduanya berkelahi untuk saling mengalahkan. Kira-kira singa mana yang menang? Tentu, singa yang diberi makan dan dirawat.
Maka, mari kita merawat singa kreatif di tengah wabah Corona. (*)
Ichwan Arif adalah penulis buku Merawat Singa Kreatif The Power of Creative. Editor Mohammad Nurfatoni.