Penjelasan ahli soal Corona pada anak disampakan oleh Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt, ahli mikrobiologi klinis di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
PWMU.CO – Di Indonesia sampai dengan Senin (13/4/2020) dilaporkan jumlah pasien yang terpapar Covid-19 adalah 4.557 orang. Sedangkan jumlah penderita yang meninggal tercatat 399 orang. Data ini menunjukkan tingkat mortalitas (kematian) infeksi Covid-19 sebesar 8,75 persen.
Sementara itu Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, memaparkan risiko kematian pasien Covid-19 pada usia 40-49 adalah 0,4 persen; 50-59 tahun 1,3 persen; 60-69 tahun 3,6 persen; 70-79 tahun 8 persen; dan usia 80 tahun ke atas 14,8 persen. Bagaimana dengan anak-anak?
Berikut penjelasan ahli soal Corona pada anak yang disampakan Prof Maksum Radji, yang juga Pembina Pondok Babussalam Socah, Bangkalan, Madura, Senin (13/4/20).
Ketahanan Tubuh Anak dan Balita dari Infeksi Covid-19
Berdasarkan data yang dilansir oleh Worldometers, anak-anak lebih tahan terhadap infeksi Virus Corona dibandingkan dengan orang dewasa.
Risiko kematian yang berumur 10-19 tahun adalah 0.2 persen dan yang berumur 0-9 tahun tingkat mortalitasnya sangat kecil. Walaupun demikian, telah dilaporkan beberapa kasus anak-anak masih terinfeksi.
Berdasarkan laporan yang dilansir British Broadcasting Corporation (BBC) pada tanggal 1 April 2020, pada dasarnya anak-anak lebih tahan. Dari data itu diketahui Covid-19 lebih menyebabkan penyakit parah atau fatal pada orangtua dan lansia dari pada pada anak-anak.
Prof Andrew Pollard dari Universitas Oxford, menyatakan, pada awal pandemi, diperkirakan bahwa anak-anak tidak terinfeksi, tetapi belakang ini sudah dilaporkan kasus-kasus infeksi pada anak-anak.
Hanya saja ketika terinfeksi, mereka mendapatkan gejala yang jauh lebih ringan. Di Amerika Serikat juga telah dilaporkan ada kasus infeksi pada anak. Seperti dilaporkan tempo.co, seorang bayi berusia 6 pekan meninggal karena Covid-19.
Mengapa Covid-19 pada Anak Berbeda dari Dewasa?
Inilah yang sangat menarik perhatian bagi para peneliti. Andrew Pollard, dari Oxford Vaccine Group, menyebutkan sekalipun anak-anak dengan kondisi medis yang sangat serius—yang menggunakan terapi imunosupresif atau sedang dalam perawatan kanker—ternyata mereka jauh lebih tahan dari pada orang dewasa.
Namun demikian, seorang gadis berusia 12 tahun dari Belgia dan seorang anak lelaki berusia 13 tahun dari London, Inggris, dilaporkan meninggal. Keduanya merupakan korban termuda di Eropa.
Seorang anak berusia 14 tahun di China juga dilaporkan telah meninggal setelah terinfeksi Virus Corona. Di Indonesia, seperti yang dilansir oleh laman tempo.co, pada tanggal 14 Maret 2020 dilaporkan dua orang balita meninggal korban Covid-19.
Sehubungan dengan inilah maka para pemerhati kesehatan mengimbau agar anak-anak di Indonesia harus mendapat perhatian dan dilindungi dari wabah Covid-19 ini.
Gejala Umum Covid-19 pada Anak
Menurut Graham Roberts dari University of Southampton, Covid-19 cenderung menimbulkan efek terhadap saluran nafas bagian atas dari anak-anak. Yaitu hidung, mulut, dan tenggorokan. Tidak berdampak pada saluran nafas bagian bawah, yaitu paru-paru. Sehingga tidak menimbulkan pneumonia,sebagaimana pasien Covid-19 dewasa.
Salah satu faktor mengapa pada anak-anak Covid-19 lebih banyak mempengaruhi saluran nafas bagian atas? Ternyata diduga erat hubungannya dengan proses mekanisme masuknya Virus Corona ini ke dalam tubuh penderita.
Faktor yang mungkin bisa menjelaskannya, virus ini membutuhkan protein spesifik pada permukaan sel (reseptor) untuk masuk ke bagian dalam sel hospes.
Berdasarkan berbagai temuan, Virus Corona penyebab Covid-19 ini diketahui menggunakan reseptor Angiotensin Converting Enzyme II (ACE-2) untuk masuk ke dalam sitoplasma sel hospes.
Para peneliti berasumsi bahwa mungkin saja anak-anak memiliki reseptor ACE-2 lebih sedikit di saluran nafas bawah (paru-paru) daripada di saluran nafas atas mereka.
Oleh karena itu efek yang ditimbulkan oleh infeksi virus Covid-19, pada anak-anak adalah infeksi saluran nafas bagian atas saja.
Hal inilah yang menjelaskan mengapa anak-anak yang terinfeksi Virus Corona tampaknya lebih menyerupai keluhan flu daripada pneumonia. Ini penjelasan ahli soal Corona pada anak.
Pengaruh Kekebalan Tubuh
Faktor lain mengapa anak-anak tidak menunjukkan gejala yang parah ketika terinfeksi oleh virus Covid-19, adalah adanya perbedaan respon kekebalan tubuh dalam melawan virus penyebab Covid-19.
Pada orang dewasa yang kritis, terjadi respon kekebalan tubuh terhadap infeksi Virus Corona yang terlalu tinggi dan berlebihan. Sehingga menimbulkan apa yang disebut dengan cytokine storm atau badai sitokin.
Munculnya respon badai sitokin ini ternyata justru dapat menyebabkan kegagalan multi-organ. Pada anak-anak, di mana sistem kekebalan tubuhnya belum matang, dianggap tidak menimbulkan badai sitokin, sehingga tidak menimbulkan kerusakan organ yang parah seperti pada kasus orang dewasa.
Walaupun hipotesis ini belum dibuktikan pada Covid-19, namun berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan, menyebutkan respon imun pada anak-anak terhadap infeksi virus yang sekerabat dengan virus penyebab Covid-19—yang menimbulkan wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pada tahun 2003— membuktikan bahwa anak-anak tidak memberikan respon sitokin yang berlebihan.
Walaupun demikian para peneliti mengatakan kemungkinan masih ada faktor lain yang belum bisa dijelaskan secara rinci. Namun proporsi anak-anak yang kritis akibat infeksi Virus Corona ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa.
Terutama orang dewasa yang lebih tua dengan penyakit penyerta yang kronis. Sebagian besar anak-anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sama sekali, meskipun mereka dinyatakan sebagai pembawa virus.
Anak dengan Gejala Ringan Bisa Menularkan?
Justru ini merupakan masalah penting dalam upaya mencegah penularan virus Covid-19. Banyak yang berasumsi anak-anak berisiko rendah dan tidak perlu khawatir tentang mereka.
Tapi jangan lupa anak-anak yang terinfeksi Covid-19, juga merupakan salah satu mata rantai sumber penularan.
Covid-19 ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang yang tidak terinfeksi melalui kontak langsung; melalui droplet orang yang terinfeksi (dihasilkan melalui batuk dan bersin), dan menyentuh permukaan yang terkontaminasi oleh virus.
Anak-anak yang terinfeksi Virus Corona dengan gejala sangat ringan atau tanpa gejala dapat menularkan infeksi tersebut kepada orang lain, terutama anggota keluarga dan kerabat yang lanjut usia.
Bayi Lebih Rentan
Berdasarkan data korban Covid-19 pada anak, khususnya di China, menunjukkan bahwa anak usia dini, terutama bayi, lebih rentan terhadap Covid-19 dari pada kelompok usia anak lainnya.
Kasus penyakit yang parah atau kritis dilaporkan pada satu dari 10 bayi. Proporsi ini menurun secara dramatis, manakala anak-anak berusia lima tahun atau lebih, di mana proporsi yang parah atau kritis hanya 3-4 persen.
Graham Roberts dari Universitas Southampton, mensenyalir ada kemungkinan pada anak-anak prasekolah, saluran nafas mereka lebih rentan dibandingkan anak yang lebih tua dalam melawan infeksi, sehingga mereka lebih banyak yang dirawat di rumah sakit.
Bagaimana dengan Remaja?
Pada remaja, di mana proses pematangan sistem kekebalan tubuh meningkat, maka pola angka kesakitannya mendekati pola pada umur dewasa.
Namun demikian, perlu diingat bahwa kita masih berspekulasi dalam mencoba memahami sifat dari Virus Corona jenis baru yang menyebabkan Covid-19.
Kita melihat pola kesakitan korban hanya berdasarkan aspek epidemiologi, di mana pada beberapa laporan penelitian, seperti di China misalnya, tidak ada kematian yang dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia di bawah 9 tahun.
Sedangkan satu-satunya kematian pada anak di bawah 19 terjadi pada anak berusia 14 tahun. Pada 1 April 2020, sebagaimana yang dilansir pada laman bbc.com, di Inggris juga telah dilaporkan kematian seorang anak berusia 18 tahun akibat Covid-19.
Bisakah Menyerang Bayi Baru Lahir?
Selama pandemi Covid-19 ini ada beberapa laporan dari beberapa negara tentang bayi yang tertular, termasuk di Indonesia.
Kasus infeksi yang dikonfirmasi pada bayi baru lahir antara lain di Wuhan dan di London. Belum diketahui apakah bayi-bayi ini tertular sewaktu di dalam rahim atau setelah dilahirkan. Dalam kasus tersebut, ibu mereka dinyatakan positif Covid-19.
Namun demikian belum diketahui secara pasti apa dampak infeksi virus ini terhadap ibu yang sedang hamil.
Seperti sifat virus yang sekerabat dengan peyebab Covid-19—yaitu yang menjadi penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS)—Virus Corona dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, dan pertumbuhan bayi yang buruk.
Untuk mengantisipasi efek virus Covid-19 pada ibu hamil maupun bayinya, para peneliti menganjurkan agar wanita hamil berhati-hati dan mengikuti anjuran physical distancing hingga 12 pekan.
Cara Lindungi Keluarga dari Virus Corona
Untuk tindakan pencegahan penularan Covid-19, anjuran yang diyakini paling tepat adalah, mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir selama 20 detik, physical and social distancing. Juga mendisinfeksi permukaan benda-benda atau peralatan rumah tangga, yang mungkin mengandung virus.
Melakukan hal-hal yang dianjurkan saat bertemu orang yang datang ke rumah, termasuk para pengantar barang, dan menggunakan masker, serta berdiam diri di rumah, merupakan langkah yang tepat.
Jika berada di area umum, dan jika menyentuh sesuatu, makan jangan menyentuh wajah sebelum mencuci tangan dengan baik.
Dari anjuran-anjuran itu physical distancing adalah cara yang seringkali gagal untuk melindungi lansia dan kerabat yang rentan agar tidak terinfeksi oleh anak-anak.
Dipahami bahwa memang sulit mencegah interaksi kebersamaan antara anak-anak dengan kakek nenek, dan orangtuanya dalam keluarga.
Risikonya sangat tinggi bagi lansia, terutama mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya.
Jauhkan Anak dari Kakek-Nenek
Oleh sebab itu, menjauhkan anak-anak dari kakek-neneknya adalah hal yang dianjurkan Dan ditaati untuk dilakukan.
Memisahkan anak-anak, yang tampaknya sehat dari kerabat yang lebih tua, mungkin merupakan tindakan berlebihan yang membuat anak dan anggota keluarga menjadi sedih.
Namun perlu diingat bahwa sebagian besar anak yang terinfeksi Virus Corona hanya menunjukkan gejala yang ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Namun, mereka masih dapat menularkan virus kepada anggota keluarga lainnya. Sehingga upaya memisahkan mereka yang terinfikasi positif Covid-19 dengan para orangtua terutama yang berusia lanjut merupakan langkah yang bijak.
Jelaslah bahwa wabah virus Covid-19 ini dapat menyerang semua tingkatan umur, walaupun tingkat kematiannya berbeda-beda pada setiap golongan umur.
Marilah senantiasa meningkatkan kewaspadaan, dengan berikhtiar dan mengikuti anjuran yang telah digariskan oleh pemerintah, agar wabah ini tidak semakin merebak.
Berdiam di rumah dan tidak keluar jika tidak benar-benar penting. Seraya banyak berdoa, beristighfar, dan bersedekah, semoga Allah senantiasa melindungi kita dari wabahCovid-19 ini.
Semoga penjelasan ahli soal Corona pada anak ini bermanfaat! (*)
Kontributor Isrotul Sukma. Editor Mohammad Nurfatoni.