Sehat kok Pakai Masker, Ini Kata Ahli? Artikel ini ditulis oleh Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt, Guru Besar Farmasi Universitas Indonesia (UI).
PWMU.CO – Pemerintah saat ini telah mengambil langkah tegas yang mengharuskan masyarakat untuk menggunakan masker non-medis, terus menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menegaskan hal tersebut merupakan kunci untuk mencegah semakin merebaknya wabah pandemi virus Covid-19.
Selain itu pemetintaH menekankan pentingnya untuk berdiam DI rumah, serta menghilangkan kebiasaan menyentuh wajah, mulut, hidung, bila tangan tidak bersih.
Di lapangan, ternyata masih banyak orang yang tidak mendengarkan imbauan pemerintah itu. Bahkan tidak jarang yang menolak menggunakan masker karena merasa dalam kondisi sehat. Merasa jauh dari jangkauan infeksi Covid-19.
Apakah sebenarnya latar belakang imbauan pemerintah, mewajibkan penggunaan masker bagi seluruh masyarakat di Indonesia?
Berikut penjelasan Prof Maksum Radji —Pembina Pondok Babussalam Socah, Bangkalan, Madura, pada PWMU.CO, Senin (13/4/20)—kenapa sehat kok pakai masker.
Menggunakan Masker Imbauan WHO
Anjuran pemerintah tersebut berdasarkan imbauan WHO (World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia) yang menyatakan sangat penting bagi semua orang untuk menggunakan masker.
Walaupun sebelumnya, WHO hanya mengharuskan pemakaian masker bagi orang-orang yang sakit saja, dan tidak perlu bagi orang yang sehat.
Imbauan ini berdasarkan beberapa temuan baru bahwa kemungkinan Virus Corona dapat ditularkan melalui udara. Walaupun hal ini masih kontroversial, namun untuk kehati-hatian imbauan itu perlu dilakukan.
Sebagaimana informasi yang dilansir laman npr.org pada 3 April 2020 yang lalu, Josh Santarpia dari University of Nebraska Medical Center—yang mempelajari sifat biologis dari aerosol—menyatakan dapat mendeteksi partikel kecil, lendir, atau air liur yang keluar dari mulut seseorang dan bergerak di udara, melalui instrumen yang mampu melihat partikel aerosol.
Sehingga dapat dilihat dengan jelas partikel yang dikeluarkan seseorang, dan dihirup oleh orang lain yang berjarak sekitar dua meter, yang berada di sekitarnya.
Berdasarkan beberapa bukti awal tersebut penularan melalui udara ini mungkin saja terjadi. Walaupun demikian, para peneliti masih terus melakukan percobaan lebih lanjut guna membuktikan apakah virus Covid-19 benar-benar dapat “ditularkan” secara airborne. Karena jawabannya akan memiliki dampak nyata terhadap apa yang harus dilakukan untuk menghindari infeksi ini.
Penelitian lainnya juga dilakukan dengan menggunakan alat dustbuster, untuk menyedot sampel udara dari 11 ruang isolasi yang menampung 13 orang yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19, yang semuanya memiliki berbagai gejala ringan.
Dari sampel udara tersebut, para peneliti menemukan sidik jari genetik virus Covid-19. Walaupun konsentrasinya dinyatakan benar-benar sangat rendah.
Adakah Penelitian Lain yang Mendukung?
Anjuran WHO agar menggunakan masker tentu tidak terlepas dari masukan para tim ahli. Sebuah komite ahli independen yang dibentuk oleh National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine dalam menanggapi pertanyaan dari Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi Gedung Putih Amerika Serikat, telah mempertimbangkan bahwa virus penyebab Covid-19, kemungkinan bisa disebarkan melalui percakapan selain tetesan bersin dan batuk.
Penelitian yang dilakukan saat ini, mendukung kemungkinan bahwa SARS-CoV-2 dapat disebarkan melalui bioaerosol dari pernafasan pasien.
Pada penelitian tentang sifat bioaerosol, dinyatakan bahwa partikel halus ini yang dipancarkan ketika seseorang bernafas yang dapat melayang di udara selain droplet yang dihasilkan melalui batuk dan bersin.
Bahkan virus dalam partikel itu dapat hidup. Walaupun para peneliti masih belum mengeatahui, berapa banyak partikel yang perlu dihirup untuk membuat seseorang menjadi sakit.
Peneliti lainnya, Linsey Marr, seorang ilmuwan aerosol di Virginia Tech, mengatakan penularan melalui inhalasi virus di udara sedang terjadi. Namun dia mengatakan, sejauh ini para ahli kesehatan telah mengabaikan kemungkinan penularan Virus Corona ini melalui udara.
Oleh sebab itu dengan memperhatikan aspek kehati-hatian, sangat dianjurkan untuk menggunakan masker non-medis bagi masyarakat untuk mengurangi laju penyebaran virus Corona.
Apakah Kepastian Virus Corona Menular melalui Udara?
Salah satu informasi bahwa penularan virus penyebab Covid-19 kemungkinan melalui udara adalah berdasarkan penelitian yang diterbitkan bulan Maret 2020 di New England Journal of Medicine. Penelitian ini menggambarkan secara eksperimental tentang sifat aerosol yang membawa virus SARS-CoV-2 di laboratorium.
Dilaporkan bahwa virus dalam aerosol tetap hidup dan infeksius selama periode percobaan, yang berlangsung selama tiga jam.
Namun demikian, WHO menyatakan penelitian tersebut adalah menggunakan alat yang tidak mencerminkan kondisi batuk manusia yang sedungguhnya. Karena percobaan ini adalah menggunakan aerosol yang diinduksi secara eksperimental.
Akan tetapi para peneliti berpendapat kondisi yang mereka gunakan dalam studi laboratorium itu sebenarnya kurang menguntungkan bagi virus untuk bertahan hidup dibandingkan dengan dunia nyata.
Jadi, kemungkinan besar virus itu dapat bertahan hidup lebih baik dalam kondisi nyata di alam. Karena manusia pada dasarnya dapat menghasilkan droplet yang bisa mengering dalam ukuran yang sama dengan ukuran partikel yang diuji dalam penelitian tersebut.
Rekomendasi yang Harus Diperhatikan?
Dengan mencermati hasil-hasil penelitian terbaru dan pendapat para ahli, secara umum, anjuran untuk social distancing dan physical distancing, berdiam di rumah, serta keharusan memakai masker non-medis bagi masyarakat tentu merupakan anjuran yang tepat dan penting untuk kita lakukan dalam menyikapi motif baru penyebaran Covid-19 ini.
Perlu diperhatikan bahwa jika cukup banyak orang berkumpul di ruangan yang memiliki sedikit ventilasi, mungkin saja droplet dan partikel yang dikeluarkan akan menumpuk di udara.
Mengingat apa yang sudah ketahui sejauh ini tentang virus ini, di mana dengan jarak dua meter dinyatakan tidak terjadi penularan. Tapi jika kita berada dalam ruangan atau di suatu tempat yang penuh orang, sekalipun sudah berjarak dua meter, maka cukup banyak virus yang terakumulasi di udara di lingkungan kita.
Apalagi dengan adanya potensi penularan virus Covid-19 oleh orang yang imunokompeten, yaitu orang telah positif terinfeksi, namun tanpa menunjukkan gejala.
Oleh sebab itu marilah kita ikuti anjuran untuk menjaga jarak, berdiam diri di rumah, menggunakan masker, bersikap optimis, dan mengonsumsi makanan yang halal dan bergizi guna meningkatkan daya tahan tubuh. Seraya memperbanyak berdoa kepada Allah, agar kita selamat dan terhindar dari wabah Covid-19.
Pertanyaan kenapa sehat kok pakai masker, terjawab sudah. (*)
Kontributor Isrotul Sukma. Editor Mohammad Nurfatoni.