Jihad Ramadhan: Badar, Andalusia, dan Covid-19 ditulis oleh Prima Mari Kristanto, warga Muhammadiyah yang tinggal di Kota Lamongan.
PWMU.CO – Ramadhan tahun 1441 Hijriah ini sebagai ibadah shaum yang ke-1440 sejak turunnya perintah puasa tahun ke-2 Hijriah.
Sejak dari “sononya”, Ramadhan seperti lekat dengan aktivitas jihad—baik dalam memerangi hawa nafsu maupun jihad dalam arti perang pengerahan persenjataan dan pasukan.
Perang Badar, clash fisik pertama kaum Muslimin dengan kaum Quraisy terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Bulan Ramadhan kemudian seperti menginspirasi sahabat dan umat berikutnya dalam menggelorakan semangat jihad.
Tidak terkecuali dalam penaklukan Andalusia tahun 92 Hijriyah atau tahun 711 masehi. Pasukan pimpinan Thariq bin Ziyad bahkan diberangkatkan dari ibukota propinsi Afrika utara sejak bulan Sya’ban di tahun yang sama.
Dua belas ribu pasukan menyusuri pantai utara Afrika menuju Ceuta, titik pemberangkatan terdekat menuju Andalusia. Selanjutnya sebagaimana kisah gemilang kemenangan di Badar, Thariq bin Ziyad bersama gubernur Musa bin Nushair serta Tharif bin Malik sang intelijen, sukses menjalankan misi Futuhiyah Al Islamiyah di Andalusia yang sekarang dikenal sebagai wilayah Spanyol dan Portugal.
Futuhiyah Al Islamiyah sebagai wasilah dakwah sesuai kebutuhan zamanmya yang masih diwarnai dengan pengerahan kekuatan pasukan dan persenjataan. Adapun peperangan itu sendiri sebagai misi pembebasan wilayah Andalusia dari kebodohan dan penindasan penguasa dzalim.
Perang Lawan Covid-19
Ramadhan kali ini kaum Muslimin dihadapkan pada pendemi Covid-19 sejak akhir tahun 2019. Seolah-olah bersama Ramadhan tahun ini, kaum muslimin hendak diajak bernostalgia dengan hakikat Ramadhan masa awal Islam yang penuh perjuangan dan pengorbanan.
Tetapi jihad atau perang kali ini bukan berperang layaknya pasukan Rasulullah di Badar atau pasukan Thariq bin Ziyad di Andalusia ribuan tahun yang lalu.
Perang kali ini bisa disebut jihad intelektual menghadapi Covid-19. Sebagaimana pernah disampaikan oleh Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) kepada Pemerintah RI melalui Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi cc Menteri Perhubungan ad interim Luhut Binsar Pandjaitan tentang semangat maqasid syariah bab hifdhun nafs (menjaga nyawa manusia) dalam penanganan Covid-19.
Maka tidak berlebihan kiranya semangat menghadapi Covid-19 ini baik secara pribadi, bersama keluarga, kolega maupun bersama-sama disamakan dengan jihad fi sabilillah sebagaimana semangat di Perang Badar dan Andalusia.
Innamal amalu bi-niyat. Maka jangan sampai niat bersungguh-sungguh melawan penyebaran Covid-19 sekadar mengikuti anjuran pemerintah.
Mari menyambut Ramadhan 1441 Hijriah di tengah pendemi Covid-19 dengan gembira, penuh semangat dan kewaspadaan, serta niat baik semoga benar-benar mampu mengurangi dampak pendemi Covid-19 di bumi Indonesia.
“Allah tidak membebani seseorang sesuai dengan kesanggupannya,” demikian tersurat dalam al-Baqarah ayat 286.
Semoga Allah SWT memasukkan warga Islam Berkemajuan bersama umat Islam lainnya sebagai umat terbaik yang sanggup mengurangi dampak Covid-19.
Selayaknya umat Islam sebagai pemilik maqasid syariah menjadi terdepan dalam menjaga nyawa, harta, keturunan, agama dan akal sehat masyarakat di tengah pendemi Covid-19 kali ini.
Wallahu alam bi ash shawab. Marhaban Yaa Ramadhan 1441 Hijriyah.
Editor Mohammad Nurfatoni.