PWMU.CO – Tokoh Aisyiyah DIY Hj Ismiyatun Daromi wafat pada Rabu (20/5/2020) pukul 06.18 wib di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Keluarga Besar Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kehilangan sesepuhnya. Yakni Hj Ismiyatun Daromi SAg atau yang populer dipanggil Bu Is.
Kakak dari Ketua MDMC Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah H Budi Setiawan ST dan ibunda dari Herman Dody ini sempat sakit dan dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Dia salah satu tokoh pengembangan Aisyiyah di Kota Yogyakarta. Keluarga besarnya adalah aktivis Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Maka Hj Ismiyatun Daromi sampai akhir hayatnya masih berjuang membesarkan Aisyiyah.
Bukan Sekedar Konco Wingking
Menurut Herman Dody, sebelum meninggal Hj Ismiyatun Daromi sempat menyampaikan sampai sekarang masih ada pandangan budaya, perempuan sekadar konco wingking alias teman di belakang.
“Perempuan itu tidak sekadar konco wingking, bisa di tengah dan di depan. Selain itu perempuan bisa berkiprah di mana saja,” ungkapnya menirukan pesan ibunya.
Guna menyelamatkan generasi yang akan datang, lanjutnya, mengingat anak-anak adalah generasi bangsa yang sangat potensial untuk kemajuan suatu bangsa. Dan terlebih lagi bagi kemajuan dunia Islam, maka munculah pemikiran ibu untuk merintis usaha mendidik anak-anak dengan pendidikan Aisyiyah Bustanul Athfal (TK Aisyiyah).
Guru TK Aisyiyah
“Waktu itu banyak anak-anak yang memerlukan layanan pendidikan. Dan Hj Ismiyatun pada tahun 1963-1966 mengawali aktivitasnya sebagai guru di TK ABA Kauman Yogyakarta. Kemudian mengembangkan TK ABA Dukuh Yogyakarta (1966-1977),” kisahnya.
Selain mengasuh TK Aisyiyah, sambungnya, dia juga mengajar di SD Negeri Suryodiningratan 1 Yogyakarta (1977-1982), SMPN 10 Yogyakarta (1982-1994), SMK Muhammadiyah 4 Yogyakarta (1994-1998), dan SMKN 4 Yogyakarta (1998-2002).
“Ibu yang merupakan istri dari H Daromi Hajir SH selalu bergerak agar peran Aisyiyah terekspos secara maksimal dan Aisyiyah dapat memberikan sumbangsih yang besar untuk kemajuan bangsa,” ungkapnya.
Aktivis Nasyiatul Aisyiyah
Hj Ismiyatun Daromi lahir di Yogyakarta, 25 Juli 1944 dan ber-NBM 589.475. Pada 1950-1956 sudah aktif di Nasyiatul Aisyiyah (NA), yang diawali anggota Djami’atul Athfal, Tajimilul Akhlaq, Dirosatul Banat dan anggota Taman Nasyiatul Aisyiyah di RRI Nusantara II Yogyakarta.
“Tahun 1956-1963 anggota PRNA Kauman, PCNA Gondomanan, Tholabussadah (TS) Kauman. Dan tahun 1959-1965 sebagai dzawil qurba Pimpinan Pusat Aisyiyah yang tugasnya membantu kepanitiaan Muktamar Aisyiyah di Yogyakarta (1959) sebagai sub sidang,” jelasnya.
Perumus AD-ART NA
Selain itu, lanjutnya, pada 1965-1968 menjadi Wakil Bendahara II PPNA dan anggota Majelis Pengajaran Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Yogyakarta serta pengurus Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA).
“Beliau merupakan tokoh perumus Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Nasyiatul Aisyiyah (NA). Juga anggota PPNA Departemen Penerangan dan Kaderisasi, anggota Majelis Pendidikan dan Kebudayaan PDA Yogyakarta/PWA DIY serta anggota PRA Minggiran Yogyakarta,” imbuhnya.
Menurut Herman Dody masa kecil almarhumah dilalui di Kampung Kauman Yogyakarta. Pernah menjadi anggota Sidang Tanwir Muhammadiyah mewakili PPNA (1975-1976), Wakil Ketua III PPNA dan anggota Sidang Tanwir Muhammadiyah dan Aisyiyah mewakili PPNA (1978-1985).
Pernah Menjabat Ketua PWA DIY
“Tahun 1985-1990 menjabat Wakil Ketua PPNA, dilanjut Sekretaris III PP Aisyiyah Majelis Tabligh (1990-1995), Ketua BPK PWA DIY dan anggota BPK PWM DIY,” rincinya.
Pernah pula, sambungnya, menjadi divisi mubalighat PP Aisyiyah Majelis Tabligh (1995-2000), Wakil Ketua PWA DIY (2000-2005), Ketua PWA DIY (2005-2010), serta Wakil Ketua PWA DIY di BKOW DIY dan Forum PAUD DIY.
‘Hingga akhir hayatnya dia diamanahi sebagai Penasihat PWA DIY, anggota Griya Lansia Aisyiyah DIY, Divisi Penguatan Pengajian PP Aisyiyah Majelis Tabligh dan anggota Biro Organisasi PP Aisyiyah.
Tokoh Aisyiyah DIY Hj Ismiyatun Daromi meninggal dunia. Semoga Allah SWT menempatkan beliau di surga-Nya. (*)
Penulis Affan Safani Adham. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.