PWMU.CO – Jangan paksakan the new normal ketika krisis masih berlangsung dan kurva Covid-19 belum melandai. Jika tidak ingin berubah menjadi the new normal kritis.
Pesan tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2005-2015 Din Syamsuddin saat menjadi moderator Sarasehan Kebangsaan ke-20 Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (PIM). Kegiatan yang bertema: The New Normal Indonesia: Apa Maksudnya, Sudahkah Waktunya, Apa Agenda Semestinya? itu digelar via Zoom, Sabtu (30/5/20).
Prof Din Syamsuddin MA menilai the new normal life dalam tingkat apapun, baik negara, masyarakat, hingga diri sendiri adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan. “Karena kehidupan manusia harus terus-menerus mengalami dinamika. Lewat penyesuaian diri, penyempurnaan, dan perubahan yang tentu ke arah yang lebih baik,” ujarnya.
Penyesuaian dan perubahan itu, lanjut Din, berupa keadaan yang tidak baik menjadi baik. Dari keadaan baik menjadi lebih baik. Itulah the new normal. “Untuk konteks Indonesia, yang harus kita cita-citakan, sesungguhnya baik sebelum ada krisis maupun ada krisis, kita harus jalan terus,” papar Din.
Jangan Paksakan The New Normal
Namun Din menggarisbawahi di Indonesia, infrastruktur kehidupan di masyarakat, baik sosial, ekonomi, kesehatan, dan lain sebagainya tidak cukup memadai. Ketika ditimpa pandemi Covid-19 menjadi porak-poranda dan perlu waktu untuk merekonstruksi dan memperbaikinya.
Sementara faktor penyebab Covid-19 masih berlangsung, yang ditandai belum adanya kurva menurun, masih meninggi. “Maka the new normal bisa kita lakukan, kalau Covid-19 itu sudah terselesaikan. Ketika dipaksakan, sementara krisis masih berlangsung, maka the new normal akan menjadi the new normal kritis,” jelasnya.
Oleh karena itulah, menurutnya, rancangan The New Normal tetap harus dilakukan. Namun tidak harus dimulai sebelum krisis ini berlalu. “Satu hal penting dalam the new normal itu harus mempertimbangkan dan meletakkannya pada kepentingan nasional. Bukan kepentingan golongan, kelompok, orang-per orang,” ungkap Din.
Dengan demikian, lanjut Din, maka kesejahteraan rakyat perlu diperhatikan. Kebersamaan sejati mutlak diperlukan. “Tidak ada interest kepentingan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan,” ujar dia.
Dalam sarasehan kebangsaan virtual tersebut menghadirkan para tokoh nasional pimpinan dan anggota PIM. Mulai dari dosen senior Universitas Indonesia Chusnul Mar’iyah PhD hingga Rektor Universitas Airlangga Prof Dr Mohammad Nasih. (*)
Penulis Darul Setiawan. Co-Editor Mohammad Nurfatoni.