PWMU.CO– Warga Rohingya di Rakhine dan Chin tidak tahu ada wabah corona yang mendunia. Ini akibat keputusan pemerintah Myanmar memutus akses internet selama setahun di wilayah ini.
Demikian laporan pekerja kemanusiaan kepada Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International yang disiarkan abcnews, Jumat (10/7/2020).
Sejak konflik di provinsi itu, pemerintah memadamkan internet di sejumlah kawasan sehingga memutus Warga Rohingya dari akses ke informasi penting, termasuk tentang virus corona.
Sembilan kota di negara bagian Rakhine dan Chin telah terputus dari akses seluler sehingga berdampak pada sekitar satu juta orang yang tinggal di zona konflik terutama mayoritas orang Rohingya.
”Myanmar telah mengalami pemadaman internet selama setahun. Beberapa warganya masih tidak tahu ada pandemi,” kata Wakil Direktur HRW Asia Phil Robertson di akun twitternya.
Ia mengatakan, diperkirakan ada puluhan ribu orang berada di kamp-kamp pengungsian yang seringkali merupakan inkubator ideal untuk penyebaran cepat penyakit namun mereka tidak tahu soal wabah corona.
”Hanya beberapa orang saja di kamp pengungsian yang mengetahui tentang covid-19 ini,” kata seorang pekerja kepada Amnesty International. Dia mengestimasi hanya 5 persen saja yang mengerti jika virus ini berbahaya.
Tahu dari TV
Seorang warga dari Minbya menyampaikan kepada Amnesty International, mereka tahu tentang covid-19 dari TV, koran, dan siaran parabola ilegal, tetapi tidak memiliki akses yang termutakhir dari internet.
”Saya khawatir karena di saat perang kami masih dapat bersembunyi di hutan, tapi kami jelas tidak bisa lari dan bersembunyi dari virus,” katanya.
”Rasanya kami seperti buta dan tuli, dan tidak ada seorang pun yang melaporkan apa yang terjadi di Minbya,” ujarnya lagi.
Phil Robertson mengatakan, pemadaman internet telah didesain untuk membuat orang-orang di Rakhine dan komunitas internasional buta informasi tentang konflik yang terjadi di sana.
“Pemerintah sudah berlaku tidak adil dengan memutus orang-orang ini dari informasi tentang wabah covid-19,” tuturnya.
Angka penularan covid-19 di Myanmar tercatat sangat rendah. Hanya 316 kasus dan 6 kematian. Data ini menimbulkan banyak pertanyaan, termasuk soal pengetesan dan kualitas sistem kesehatan. (*)
Editor Sugeng Purwanto