Putusan kemerdekaan Indonesia disampaikan oleh Marsal Hisaiki Terauci di kota Dalat, Vietnam. Sukarno, Hatta, dan Radjiman diundang menerima putusan itu.
PWMU.CO-Tanggal 9 Agustus 1945, ketua dan wakil ketua PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Sukarno dan Mohammad Hatta berangkat ke Dalat, Vietnam.
Kepergian itu memenuhi undangan Marsal Terauci, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara. Ikut juga Dr Radjiman Widyodiningrat, bekas ketua BPUPK.
Mohammad Hatta dalam buku Sekitar Proklamasi menceritakan, perjalanan dari Jakarta singgah di Singapura. Menginap semalam di sini. Esok siang 10 Agustus naik pesawat ke Saigon. Mendarat di lapangan terbang yang jauh dari kota. Diteruskan naik mobil. Tengah malam sampai di kota Saigon.
Besoknya 11 Agustus jelang tengah hari berangkat lagi naik pesawat terbang ke Dalat.Tiba di kota ini menginap lagi semalam. Baru keesokan harinya 12 Agustus pukul 10 pagi rombongan ini diterima Marsal Terauci dalam suatu upacara sederhana.
Dia lalu mengucapkan pidato singkat yang diartikan oleh penerjemah, intinya berbunyi: Pemerintah Agung di Tokyo telah memutuskan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Melaksanakan kemerdekaan Indonesia itu diserahkan kepada PPKI.
Setelah itu Marsal Terauci dan pembesar Jepang lainnya memberi selamat kepada utusan Indonesia. Pertemuan diakhiri dengan minum teh dan makan kue. Acara penting ini memakan waktu tak lebih dari satu jam.
Di tengah obrolan minum teh Bung Karno bertanya kepada Marsal Terauci. ”Apakah PPKI dapat melaksanakan tugasnya sekitar 25 Agustus 1945?”
”Itu terserah kepada tuan-tuan,” jawab Terauci.
Bung Hatta hari itu merasa bahagia karena putusan pemerintah Jepang tentang kemerdekaan Indonesia disampaikan pas di hari kelahirannya. Tapi dia sembunyikan kebahagiaan itu. Fokus pada tugas pokoknya.
Sovyet Serbu Manchuria
Usai pertemuan utusan kembali ke Saigon. Sore hari di penginapan, Letkol Nomura datang. Sambil duduk dia bercerita, Sovyet telah mengumumkan perang kepada Jepang dan menyerbu Manchuria. ”Anda tak perlu khawatir pertahanan Jepang sangat kuat di sana. Siap menangkis serangan itu,” katanya.
Kemudian mereka bicara teknis pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Setelah pembicaan cukup, dia pamit pergi. Bung Karno dan Bung Hatta posisi Jepang sudah terjepit. Di utara Sovyet menyerbu, di selatan pasukan AS juga mendarat menguasai beberapa pulau sebagai serangan balasan terhadap Hawaii.
Dua orang ini berkesimpulan tak lama lagi pertahanan Jepang runtuh. Keadaan cepat berubah. Karena itu sesampai di Jakarta untuk mempercepat kerja PPKI menyusun UUD dan pembentukan pemerintah pusat dan daerah. Setelah itu melaksanakan kemerdekaan.
Tanggal 13 Agustus tiba di Singapura dan menginap di sini sebelum terbang ke Jakarta esok hari. Di sini dijamu makam malam oleh panglima tentara di Singapura. Esok pagi 14 Agustus sewaktu hendak berangkat ke lapangan terbang bertemu dengan anggota PPKI dari Sumatra Mr Teuku Hasan, Dr Amir, dan Mr Abas.
Dr Amir bertanya kepada Hatta,”Apa benar Rusia telah menyerbu Manchuria. Hatta lalu menjelaskan sesuai informasi dari Letkol Nomura.
”Kalau begitu nasib Jepang sudah dekat selesai. Kita harus lekas menyatakan kemerdekaan supaya jangan terlambat,” tukas Mr Amir. ”Penjajahan Jepang ini harus yang terakhir.” Mereka sepakat segera menyelesaikan tugas PPKI tanpa debat panjang dan segera pulang membentuk pemerintah daerah.
Mendarat di Lapangan Udara Kemayoran pukul 11 disambut oleh pembesar Jepang di Jakarta. Ada Gunseikan (kepala pemerintah militer/kepala staf tentara), Sumobuco (gubernur), dan anggota PPKI lainnya yang sudah lengkap datang di Jakarta. Rakyat juga menunggu keputusan pemimpinnya dengan meneriakkan,”Indonesia Merdeka.”
Bung Karno lantas diminta berpidato yang dipenuhinya. ”Kalau dahulu saya berkata, sebelum jagung berbuah Indonesia akan merdeka, sekarang saya dapat memastikan Indonesia merdeka sebelum jagung berbunga,” teriak Bung Karno disambut tepuk tangan riuh.
Dari Kemayoran, Gunseikan Jenderal Yamamoto mendesak supaya kami ke Istana dulu karena ditunggu Saiko Sikikan (panglima tertinggi) . Rombongan disambut hangat dan menerima ucapan selamat telah menerima keputusan Pemerintah Agung di Tokyo. Diminta PPKI segera menjalankan tugasnya melaksanakan putusan kemerdekaan Indonesia. (*)
Editor Sugeng Purwanto