Mesin Jahit Fatmawati Tersimpan di Bengkulu ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO yang mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati Soekarno beberapa tahun lalu.
PWMU.CO – Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tak bisa dilepaskan dari Fatmawati, istri Soekarno sang proklamator.
Fatmawati dikenal sebagai penjahit Bendera Pusaka Merah Putih yang dikibarkan saat pembacaan teks Proklamasi 17 Agustus 1945. Dan mesin jahit tangan yang dia gunakan menjahit bendera bersejarah itu kini tersimpan di Rumah Ibu Fatmawati Soekarno, di Jalan Fatmawati No 10 Bengkulu.
Di rumah panggung yang terbuat dari kayu yang kini jadi cagar budaya itu, dipajang dua mesin jahit. Menurut Marwan, sang penjaga rumah tersebut, salah satu mesin jahit itu asli. Artinya yang benar-benar dipakai oleh Fatmawati untuk menjahit Bendera Pusaka Merah Putih.
“Waktu itu menjahitnya di Jakarta, karena beliau tinggal di sana bersama Bung Karno setelah menikah,” jelas Marwan setahun lalu, tepatnya Sabtu (16/2/2019).
Kain Pemberian Jepang
Dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno dijelaskan, menjahit bendera merah putih itu pada Oktober 1944 memakai mesin jahit itu saat di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Waktu itu sepulang dari pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Fatmawati sedang hamil tua mengandung anak pertama Guntur.
Pada tahun itu Jepang sudah menjanjikan kemerdekaan dan membolehkan penggunaan simbol-simbol kebangsaan Indonesia seperti bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Fatmawati ingin menjahit bendera merah putih. Di zaman itu susah mencari kain. Karena semua barang dikuasai tentara Jepang. Rakyat miskin saja sampai pakai karung goni untuk baju. Dia lantas meminta Chaerul Basri, anak buah Hitoshi Shimizu, kepala Sendenbu (kantor propaganda Jepang) agar memintakan kain untuk bendera.
Setelah menelepon gudang, Shimizu mendapatkan kain katun merah dan putih di gudang dekat Jalan Pintu Air, depan Bioskop Capitol. Kain itu diambil Basri lantas diberikan Fatmawati. Dua gulung kain merah dan putih dipotong menjadi bendera ukuran 2×3 meter.
Menjahit bendera itu selama dua hari dikerjakan pelan-pelan dengan mesin jahit tangan merek Singer. Dokter tak membolehkan menggenjot mesin jahit pakai kaki karena hamil tua. Fatmawati menuturkan, menjahit bendera itu dengan berurai air mata saking harunya.
Setelah bendera jadi lalu disimpan di lemari. Setahun kemudian Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mendadak diumumkan 17 Agustus 1945 di depan rumahnya. Pagi-pagi ada orang bertanya-tanya mana benderanya untuk upacara proklamasi, Fatmawati teringat menyimpan bendera lalu mengambilnya. Bendera itulah yang dikibarkan oleh Latif Hendraningrat saat proklamasi.
Baca sambungan di halaman 2: Kebaya Fatmawati