Hidangan Spiritual Sepekan ditulis oleh Ali Murtadlo, jurnalis senior di Surabaya.
PWMU.CO-Luar biasa ghirah (spirit) beragama kita. Mulai Rabu lalu, HP saya kebanjiran pesan berpuasa. Dari grup keluarga, senam, kampus, masjid, SMA Pacitan, dan masih banyak lagi.
Semuanya mengingatkan: hidangan spiritual sepekan puasa. Mulai Kamisan kemarin. Lalu, Jumat hari ini. Namanya tasua. Dari tis’a yang artinya sembilan. Maksudnya adalah puasa 9 Muharam. Perintah Nabi agar membedakan puasa orang Yahudi dan Nasrani yang hanya setiap 10 Muharam.
Kata Nabi, ditambahi satu hari agar berbeda. Nabi sendiri belum melaksanakannya. Sebab begitu memerintahkannya, Nabi sudah wafat terlebih dahulu.
Lalu, puasa Asysyura, 10 Muharram. Yang disebut sebagai puasa sehari menghapus dosa setahun. Karena Assyura inilah Muharrom disebut sebagai syahrullah, bulannya Allah. Lalu, ada 11 Muharam. Ada yang menyarankan puasa, ada yang tidak. Saya temasuk yang tidak, karena sudah mengambil “pembedanya” pada 9 Muharam hari ini.
Senin, puasa sunnah lagi. Seninan. Sedangkan Selasa, Rabu, Kamis berturut-turut tiga hari karena bertepatan dengan ayyamul bidh, puasa tengah bulan hijriah: 13, 14, 15 Muharram.
Puasa Perbaiki Sel Tubuh
Yang luar biasa adalah semangat teman-teman menyantap hidangan puasa sunnah selama sepekan ini. Saat tahajud pagi tadi, selain diingatkan ”wayahe-wayahe” juga ”jangan lupa sahur tasua”.
”Alhamdulillah, saya, suami, anak-anak, cucu yang kelas 4 SD sudah memulai puasa sejak Kamisan kemarin. Begitu juga asisten rumah tangga kami. Rasanya, semangat sekali dan luar biasa bahagianya melihat anak cucu termasuk ART ikut puasa. Benar-benar kebahagiaan yang tak ternilai,” kata teman kampus saya yang seorang notaris di Surabaya.
Yang juga luar biasa teman-teman senam saya. Meski dia aktif woro-woro lewat grup untuk berpuasa, dia tetap masih aktif senam. Termasuk saat syukuran 17 Agustusan lalu yang bertepatan dengan Seninan. Meski ada pesta tetap saja, makanannya dibawa pulang. ”Saya eman ninggal Seninan Pak,” kata anggota senam yang guru besar di Unesa ini.
Tapi ada juga anggota grup yang santai. ”Saya ikut Gus Baha’ saja, puasa Assyura saja. Tidak tasua maupun 11 Muharram,” kata teman saya lewat WA-nya.
Kalau saya bertambah semangat puasa setelah mendapatkan buku dari teman Cowas (Konco Lawas JP Group) Mas Rudi yang badannya turun dari 92 kg menjadi di bawah 70 kg karena rajin puasa Daud (sehari puasa sehari tidak) dan rajin sepedaan tiap pagi.
Buku berjudul Panduan Optimalisasi Kondisi Metabolik untuk Mencegah Fatalitas Covid 19 ini, merekomendasikan puasa untuk meningkatkan imunitas tubuh menghadapi corona. Buku yang ditulis delapan dokter dan dua ahli kesehatan ini, menyarankan kita untuk melakukan intermittent fasting (IF). ”IF memberikan waktu kepada tubuh beristirahat dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Inilah yang disebut proses autofagi,” tulis buku itu.
Fungsinya menurunkan kadar kolesterol, kadar insulin, dan mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular (jantung).
Itulah dahsyatnya puasa. Itulah esensinya beragama. Bukan memberatkan umatnya, tapi justru menyehatkannya. Mari menikmati hidangannya sepekan ini. Salam!
Editor Sugeng Purwanto