Abdul Hamid BKN Santri Kiai Dahlan yang Mulitalenta, ditulis oleh M. Anwar Djaelani, peminat biografi tokoh dan penulis enam buku.
PWMU.CO – Abdul Hamid BKN berasal dari Kauman Yogyakarta. Nama dia, Abdul Hamid BKN, memang unik karena di bagian belakang ada singkatan BKN. Ternyata, itu bukan gelar tapi sekadar singkatan.
BKN singkatan dari Bin Kartoirono. Hal itu merujuk kepada fakta Abdul Hamid adalah putra dari Kartoirono, seorang tokoh di Kauman Yogyakarta.
Santri KH Ahmad Dahlan
Mari kita ikuti berbagai jejak langkah Abdul Hamid BKN yang tergolong istimewa. Pertama, Abdul Hamid BKN adalah salah seorang santri atau kader KH Ahmad Dahlan di masa awal-awal.
Santri KH Ahmad Dahlan seangkatannya adalah KRH Hajid, H. Sujak, HM Mochhtar, H. Wasool Jakfar, dan lain-lain. Mereka bergabung dalam organisasi Fathul Asrar wa Miftahus Sa’adah (FAMS), sebuah jamaah pengajian yang dibina oleh KH Ahmad Dahlan sebelum Muhammadiyah berdiri.
Dapat ditambahkan, Abdul Hamid BKN bersaudara dengan Dalhar BKN. Terkait sebagian jejak Dalhar BKN, bahwa dia pernah sukses memimpin SMP Puteri Muhammadiyah Yogyakarta pada periode 1944–1947 (di kemudian hari, sekolah ini menjadi SMP 2 Muhammadiyah Yogyakarta).
Dalam periode kepemimpinan Dalhar BKN, SMP Puteri Muhammadiyah mendapat kemajuan pesat. Di antara indikatornya, pada waktu diperiksa oleh Bagian Inspeksi SMP Muhammadiyah Jawa Tengah yang berkedudukan di Semarang, dinyatakan sekolah tersebut berhak memeroleh subsidi penuh.
Bantuan, terutama dalam pelajaran ilmu pasti yang pada waktu itu dipegang oleh Bapak Ziad (Bapak Mukam), Ibu Dauchah, dan Ibu Badriuyah Solihin. Bagian Inspeksi SMP Muhammadiyah Jawa Tengah menyatakan kepuasannya atas hasil pendidikan SMP Puteri Muhammadiyah Yogyakarta.
Tetapi, sayang karena pada 1947 terjadi kevakuman tenaga pimpinan di sekolah-sekolah Muhammdiyah, maka terpaksa Dalhar BKN ditarik dari SMP Puteri Muhammadiyah, untuk diserahi tugas memimpin Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Selanjutnya, pimpinan SMP Puteri Muhammadiyah diserahkan kepada H. Abdulgani Dwidjosuparto.
Mendirikan Hizbul Wathan
Kedua, di Muhammadiyah, secara khusus Abdul Hamid BKN ikut mendirikan Kepanduan Muhammadiyah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Hizbul Wathan (HW).
Pada 1921, HW resmi didirikan di bawah pengawasan Bagian Sekolah dalam jajaran Hoofdbestuur (HB)—kini Pimpinan Pusat (PP)— Muhammadiyah.
Dalam struktur HW pertama, Abdul Hamid BKN menjabat sebagai bendahara. Pengurus lainnya: H. Mochtar (Ketua), KRH Hadjid (Wakil Ketua), Soemodirdjo (Sekretaris), dan Siradj Dahlan (Biro Oganisasi).
Adapun secara umum, Abdul Hamid BKN aktif di HB Muhammadiyah. Pada 1923 Abdul Hamid BKN mendapat amanah sebagai Kepala Pengarang (Pemimpin Redaksi) majalah bulanan Bintang Islam. Tetapi setahun kemudian, 1924, Abdul Hamid BKN pindah ke Jakarta dan posisi Kepala Pengarang Bintang Islam diserahterimakan kepada H. Fachrodin.
Hal lain, Abdul Hamid BKN adalah Ketua di Bagian Taman Pustaka pada 1925. Lalu, pada 1926, jabatan itu diserahterimakan kepada Ahmad Badar dan Abdul Hamid BKN menempati posisi sebagai Wakil Ketua.
Abdul Hamid BKN pernah aktif di bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO, belakangan: PKU) Muhammadiyah yaitu pada 1936–1949. Pernah aktif pula di Madrasah Mu’allimiin Yogyakarta. Juga, pernah menjadi Direktur Percetakan Persatuan.
Jejak dakwah Abdul Hamid BKN memang panjang. Saat Mas Mansur menjadi Ketua HB Muhammadiyah pada 1937–1942, Abdul Hamid BKN dipercaya sebagai bendahara. Aktivitas lain, Abdul Hamid BKN tercatat berkali-kali aktif di kepanitiaan muktamar Muhammadiyah.
Seorang Wakil Rakyat
Ketiga, Abdul Hamid BKN politisi yang pernah menjadi wakil rakyat. Memang, di antara aktivitas hidup Abdul Hamid BKN adalah aktif di bidang politik. Dia turut mendirikan Partai Islam Indonesia (PII) dan dipercaya sebagai bendahara.
Sementara, ketuanya Mr. Sukiman Wiryosanjoyo dan Wiwoho Purbohadijoyo. Pengurus inti lainnya, antara lain KH Mas Mansur, KH Kahar Muzakkir, Prof KH Farid Ma’ruf, Prof RH Ahmad Kasmat Bahuwinangun SH, dan Wali Alfattah.
Belakangan, Abdul Hamid BKN menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta pada 1945. Ia juga aktif di Partai Masyumi dan menjadi Ketua DPRD-DIY dari Masyumi. Pada pemilu 1955 Abdul Hamid BKN menjadi Ketua Panitia Pemilihan Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Perintis PSSI
Keempat, Abdul Hamid BKN memiliki andil besar dalam pendirian Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Awalnya, di lingkungan Muhammadiyah, Abdul Hamid BKN adalah salah satu pendiri dan pemain dari Persatuan Sepakbola Hisbul Wathan (PSHW).
Salah satu hasil rintisan Abdul Hamid BKN dalam memajukan sepakbola adalah berupa lapangan sepakbola Asri di Kuncen, Wirobrajan, Yogyakarta. Lapangan itu pada mulanya difungsikan sebagai arena shalat hari raya.
Kemudian, PSHW memanfaatkan lapangan tersebut untuk keperluan mendidik generasi muda lewat permainan sepakbola. Adapun nama Asri sebenarnya singkatan dari Arena Shalat Riraya. Tanah ini merupakan pemberian dari Kraton Yogyakarta (Sultan Ground).
Bagaimana dengan peran Abdul Hamid BKN dalam pembinaan sepakbola di tingkat nasional? Pada 19 April 1930, Abdul Hamid BKN bersama Ir Suratin mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Abdul Hamid BKN wafat pada 6 Juli 1977 di rumahnya Jalan Haji Agus Salim 7 Yogyakarta. Semoga segenap langkah Almarhum yang multitalenta itu selalu bisa menginspirasi kita. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 2 Tahun ke-XXV, 4 September 2020/23 Muharam 1442 H.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.