PWMU.CO– Pilot India Shri Bijayananda Patnaik berjasa membantu Indonesia dalam perang kemerdekaan tahun 1947. Biju Patnaik, panggilannya, dengan pesawat Dakota berani menembus blokade pasukan Belanda untuk mengirim logistik, obat-obatan, dan pejabat untuk misi tertentu.
Salah satu pejabat Indonesia yang diselundupkan dengan pesawat Dakotanya adalah Wakil Presiden Mohammad Hatta. Tujuannya ke India bertemu pemimpin Partai Kongres Nasional Jawaharlal Nehru. Saat itu status India masih negara dominion Inggris.
Dalam buku Bung Hatta Menjawab, diceritakan, bulan Juni 1947, Bung Hatta turun ke Sumatera untuk memobilisasi rakyat menghadapi serangan Belanda. Tatkala di Bukit Tinggi, datang dua pucuk surat dari Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin.
Surat Bung Karno memerintahkan agar dia pergi ke India menemui Nehru meminta bantuan senjata dan dukungan diplomasi dunia untuk memperkuat perjuangan kemerdekaan kita.
Kemudian datang pesawat Dakota dengan pilot India Biju Patnaik bersama perwira AURI Adisucipto. Patnaik berusia 31 tahun, pengusaha dermawan yang mengantarkan sendiri obat-obatan ke Yogya. Dia punya perusahaan Kalinga Airline dengan 12 pesawat Dakota.
Perjalanan ke India
Waktu itu pesawatnya mendarat di lapangan terbang kecil bekas Jepang di Gadut. ”Bung Karno yang meminta Patnaik menjemput saya untuk dibawa ke India bertemu Nehru. Tapi ini misi rahasia. Jangan sekali-kali tersiar keluar,” kata Bung Hatta.
Patnaik itu dekat dengan Nehru. Seakan-akan anaknya yang sewaktu-waktu boleh bertemu dengan Nehru. Bung Hatta bersahabat dengan Nehru sejak mahasiswa. Sering bertemu dalam konferensi pemuda dunia.
Untuk misi ini Bung Karno sudah menyiapkan paspor. Patnaik memberikan paspor itu. ”Nama saya ditulis Abdullah, co-pilot,” tuturnya.
Maka diam-diam Bung Hatta terbang ke New Delhi, India. Kunjungannya ke Sumatera berhenti dulu. Pesawat Dakota berhenti semalam di Malaka. Menginap di hotel sebuah pulau dekat pantai Malaka. Ke hotel harus naik perahu motor.
Orang-orang di hotel merasa aneh ketika Patnaik meminta kamar dan layanan VVIP untuk co-pilotnya. Tapi tak ada orang yang bertanya mencari tahu lebh jauh tentang ini.
Besoknya terbang ke Rangun Birma. Mulai terasa panasnya daratan negara ini. Waktu menginap di sini, tak ada kamar ber-AC. Bung Harta tidur dengan hembusan kipas angin. Hari berikutnya dilanjutkan ke Calcuta. Semalam menginap di sini. Esok hari terbang lagi menuju New Delhi.
Bertemu Nehru
Mendarat di New Delhi, datang menjemput Dubes RI Dr Soedarsono. ”Saya menginap di Constitution House di Delhi tempat perumusan Undang-Undang Dasar India,” cerita Bung Hatta.
Untuk menjaga kerahasiaan Nehru tidak diberitahu apa-apa sebelumnya. India sudah diambang pintu kemerdekaan. Hanya militer dan pertahanan masih di tangan Inggris di samping hubungan luar negeri.
Besok pagi pukul 9.00, Hatta menemui Nehru setelah memberitahukan ada tamu dari Indonesia. Dia kaget dan menanyakan kenapa tak memberi kabar dulu. ”Saya jelaskan misi rahasia ini dan meminta nama saya jangan sampai tersiar,” tutur Hatta.
Hatta menjelaskan, Belanda tampaknya bersiap-siap hendak menyerang RI. Karena itu butuh bantuan senjata untuk menghadapi situasi tersebut. Dia juga sampaikan terima kasih atas bantuan Patnaik hingga bisa ke New Delhi.
Nehru yang waktu itu dicalonkan menjadi perdana menteri menyatakan menyesal belum bisa memberi bantuan senjata. Sebab kekuasaan militer dan senjata masih dipegang Inggris. Dia menjanjikan bantuan diplomasi internasional di PBB, konferensi dunia, dan pers.
Dia menawarkan Hatta menginap di rumahnya. Tapi Hatta menolak demi menjaga kerahasiaan misinya. Kalau menginap di rumah Nehru pasti ada orang tahu keberadaannya. Pembicaraan pertama berlangsung dua jam. Berikutnya setiap hari keduanya bertemu selama lima hari.
”Tiap datang kami berbincang dalam berbagai masalah perjuangan kemerdekaan,” cerita Bung Hatta. Di rumah itu Hatta diberi satu kamar untuk baca-baca meskipun tidak menginap. Setelah mengobrol, Hatta masih berada di situ ketika Nehru pergi ke parlemen atau tempat lain sesuai jadwal kesibukannya.
Berbohong kepada Gandi
Suatu kali Nehru membawa Hatta menemui Mahatma Gandi. Tetap diperkenalkan sebagai Abdullah, co-pilot. Setengah jam berada di rumah Gandi merasakan hidupnya yang sederhana, jujur, tinggi budinya, berwibawa, rakyat menghormatinya.
Sewaktu pulang, Hatta mendengar kabar Gandi marah kepada Nehru setelah tahu co-pilot itu adalah Wakil Presiden RI. ”Saya sudah ajarkan you berkata yang benar-benar. Now you are a liar,” ucap Gandi kepada Nehru.
Rupanya Nehru benar-benar memegang permintaan Hatta agar merahasiakan dia dan kedatangannya termasuk kepada Bapak India, Mahatma Gandi.
Setelah misi ke India selesai, Patnaik mengantarkan balik Hatta ke Indonesia. Berhenti di Calcuta untuk ovel haul mesin pesawatnya. Mampir lagi di Rangun, Birma. Kemudian mendarat di Pekanbaru. Jalan darat lewat Bangkinang dan Payakumbuh, Hatta kembali menuju Bukit Tinggi. Lawatannya di Sumatera dilanjutkan.
Nehru menepati janjinya berbicara di PBB, diplomasi internasional, dan wartawan asing mengecam penyerangan Belanda ke Indonesia itu. ”Tiga tahun kemudian, setelah penyerahan kedaulatan dan permulaan RIS, Januari 1950, Nehru menjadi tamu negara pertama sebagai perdana menteri India,” ujar Hatta.
Patnaik membantu Angkatan Udara Indonesia sejak 1946. Pesawatnya Dakotanya dipakai latihan perwira AURI seperti Adisucipto, Iswahjudi dan Abdulrahman Saleh.
Dia juga pilot pejuang India. Pernah menjadi anggota parlemen dan menteri pada era PM Moraji Desai tahun 1977. Meninggal dunia 17 April 1997 dalam usia 81 tahun. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto