Ulama Bersahaja KH Abdul Fatah: Pergi Dijemput Ajudan Bupati, Pulangnya Ngojek ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan.
PWMU.CO – KH Abdul Fatah dikenal sebagai pemimpin yang sederhana dan merakyat. Dia mencapai puncak kepemimpinan Muhammadiyah Lamongan benar-benar “merangkak” dari bawah.
Dari Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Takerharjo Kecamatan Solokuro, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Laren, Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PDM) Lamongan, Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan wlayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, hingga menjadi Ketua sebagai PDM Lamongan selama tiga periode.
Santri KH Abdurrahman Syamsuri
KH Abdul Fatah Lahir di Desa Takerharjo, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan pada, 20 April 1950. Sekolah sampai kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di desanya, meneruskan nyantri di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran. Lulus tahun 1963 dia melanjutkan ke PGAM di Karangasem dan lulus tahun 1968.
Selama di Karangasem KH Abdul Fatah langsung nyantri pada pengasuhnya: KH Abdurrahman Syamsuri, Ketua PDM Lamongan periode 1978-1992.
Setelah lulus dari Karangasem, KH Abdul Fatah mondok di Pesantren Persis Bangil, Pasuruan. Lulus tahun 1971 dia pulang kampung untuk menjadi guru di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Takerharjo.
Tak lama tinggal di desa, Abdul Fatah dipilih sebagai Ketua PRM Takerejo tahun 1972-1973 dan tercatat sebagai anggota Muhammadiyah dengan NBM (nomor baku Muhammadiyah) 497.766.
Kepintaran KH Abdul Fatah sebagai guru dan mubaligh menarik perhatian Kepala Desa Bulubrangsi Laren saat itu. KH Abdul Fatah diambil menantu dinikahkan dengan putrinya Sumarmah. Dari pernikahan itu lahir enam orang anak, yaitu Rifqi, FiKri, Dliya’, Burhan, Anita dan Basitun.
Pada saat KH Abdul Fatah bertempat tinggal di Bulubrangsi, aktivitasnya adalah menjadi guru MIM dan MTsM setempat dan bertani. Sebagai mubaligh KH Abdul Fatah hampr tidak berhenti berdakwah. Pagi mengajar, sore ke sawah, dan malamnya membina pengajian. Hari libur Jumat juga digunakan untuk anjang sana ke PRM-PRM. Hal ini dilakukan saat KH Abdul Fatah menjabat sebagai Ketua PCM Laren.
Menjabat Ketua PDM Tiga Periode
KH Abdul Fatah menjabat sebagai Ketua PDM selama tiga periode. Yaitu 1990-1995, 1995-2000, dan periode 2005-2010. Pada periode kettiga kepemimpinan KH Abdul Fatah tidak sampai tuntas, karena beliau dipanggil kehadirat Allah SWT. Selanjutnya kepemimpinan dijabat oleh KH Kusnan Sumber sebagai Pjs dan diteruskan oleh KH Musthofa Nur sebagai ketua definitif.
Selama periode pertama KH Abdul Fatah sering tidur di Kantor PDM Lamongan. Sedikitnya sepekan sekali. Kebetulan di kantor itu disediakan satu kamar dengan dua tempat tidur. KH Abdul Fatah sering tidur bersama dengan aktivis Ikatan pelajar Muhammadiyah (IPM). Tapi tak jarang tidur sendirian.
KH Abdul Fatah menjadikan Kantor PDM Lamongan sebagai rumah kedua. Hal ini dilakukan agar mobilisasinya memimpin Muhammadiyah berjalan lancar. Saat itu dia sering berkunjung ke PCM atau PRM pada malam hari untuk memberikan pengajian.
Selama menjalankan amanah itu, KH Abdul Fatah tidak sungkan-sungkan makan di warung kaki lima bersama anak-anak muda. Saat itu mereka sambil berdiskusi tentang aktivitas Persyarikatan dan angkatan muda Muhammadiyah (AMM). Tentu para aktivis senang menemani KH Abdul Fatah, karena setiap makan di warung selalu ditraktir.
Tak jarang juga, para aktivis masak masak di dapur Kantor PDM Lamongan. KH Abdul Fatah tidak segan-segan untuk bergabung masakan liwetan nasi hangat dengan sambal ala kadarnya dan ikan asin. Pada kesempatan makan bersama inilah, KH Abdul Fatah sering menyampaikan nasihat dan petuah.
Pada saat kepemimpinan KH Abdul Fatah dibentuklah jadwal piket ngantor di Kantor PDM Lamongan. Bagi KH Abdul Fatah urusan apapun termasuk keluarga harus ditinggalkan bila saat itu sedang piket.
Sering pada saat KH Abdul Fatah melaksanakan piket diminta mengisi pengajian atau tasyakuran. Tapi beliau selalu menolak dengan alasan sedang melaksanakan amanat di Persyarikatan. KH Abdul Fatah sangat disiplin waktu dan teguh janji memegang janji.
Membidani Lahirnya STIE dan Stikes
Di bawah kepemimpinan KH Abdul Fatah periode 1995-2000 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) KH Ahmad Dahlan Lamongan didirikan pada tahun 1997. KH Abdul Fatah diamanahi sebagai Ketua BPH dan sekaligus sebagai dosennya. Kampus ini berada di Jalan KH Ahmad Dahlan, satu kompleks dengan SMAM 4 dan SMKM 4 Lamongan.
Pada periode ketiga kepemimpinan KH Abdul Fatah tahun 2005-2010 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Lamongan didirikan. Peletakan batu pertamanya oleh Prof Din Syamsudin bersamaan dengan peresmian Gedung Dakwah Muhammadiyah Lamongan. Kegiatannya dilakukan setelah pelantikan PDM Lamongan dan Majelis/Lembaga.
Di luar Muhammadiyah, KH Abdul Fatah menjabat sebagai Ketua MUI Lamongan (1990-2005) dan menjadi Wakil Dewan Pendidikan Lamongan (2002-2007). Sewaktu di Desa Bulubrangsi KH Abdul Fatah sangat aktif di pemerintahan desa sebagai LKMD (sekarang BPD).
Hijrah Ke Lamongan
Sebagai Ketua PDM Lamongan, mobilisasi KH Abdul Fatah sangatlah padat. Selama ini ke mana-mana dia memakai sepeda motor Honda Prima.
Tetapi karena usia semakin bertambah dan kondisi kesehatan juga mulai menurun, maka pada tahun 1999 KH Abdul Fatah memutuskan memboyong seluruh keluarganya hijrah ke Lamongan, tepatnya di Jalan Sunan Giri gang Nusa Permai Lamongan. Dengan berhijrah ke Lamongan dia berharap agar lebih fokus mengurus Muhammadiyah dan berdakwah.
Sementara itu, Pondok Pesantren al-Mizan Muhammadiyah Lamongan yang didirikan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lamongan pada tahun 2000 mengalami perkembangan yang cukup bagus. Tentu untuk kemajuannya dibutuhkan figue yang pas. Maka dimintalah KH Abdul Fatah sebagai pengasuhnya.
Sebelum mudzirnya dipegang KH Abdul Fatah, Pesantren al-Mizan mengalami stagnanasi. Ada banyak persoalan intern yang menghambat perkembangan pondok ini. Di era KH Abdul Fatah inilah pesantren ini berkembang pesat.
Dijemput Mobil Ajudan Bupati, Pulangnya Ngojek
Pada era Orde Baru, setiap pimpinan ormas di Kabupaten Lamongan harus dekat dengan bupati dan jajarannya. Setiap pergantian bupati, para ketua ormas termasuk instrument penting yang harus dimintai restu.
Suatu hari akan ada pemilihan Bupati Lamongan oleh DPRD—zaman Bupati Moch. Faried. Pejabat di tingkat pusat dan propinsi hadir untuk memberikan evaluasi. Pejabat lama bisa dipilih lagi atau tidak tergantung rekom dan evaluasi pimpinan parpol dan ormas besar seperti Muhammadiyah.
Sebagai Ketua PDM KH Abdul Fatah didatangkan ke pondopo kabupaten untuk dimintai tanggapan oleh sebuah tim evaluasi dan rekomendasi. Maka di hari yang ditentukan KH Abdul Fatah dijemput oleh ajudan bupati di Desa Bulubrangsi. Saat itu jalan ke desa masih makadam (berbatu) dan menuju Lamongan harus berputar ke Babat atau Gresik karena jembatan Karanggeneng belum dibangun.
Usai acara, KH Abdul Fatah lihat ke sana ke mari. Ternyata sopir dan ajudan yang menjemput tidak ada. Akhirnya KH memutuskan ke Kantor PDM yang jaraknya dengan pendopo 0,5 km dengan naik becak.
Ditunggu di Kantor PDM sampai sore, ternyata tidak ada jemputan dan pemberitahuan dari ajudan. Maka diputuskan oleh KH Abdul Fatah untuk pulang dengan ojek. Mengapa harus meng ojek. Karena saat itu PDM Lamonga belum mempunyai inventaris kendaraan. Para tenaga sekretariat dan aktivis IPM yang berada di PDM tidak ada yang mempunyai sepeda motor.
Di bawah kepemimpinan KH Abdul Fatah, dinamika Muhammadiyah Lamongan berkembang pesat. Amal usahanya menjadi teladan seperti Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML) yang dikenal di mana-mana.
RSML mulai berbenah tahun 1995 di periode pertama kepemimpinan KH Abdul Fatah setelah membangun gedung baru di Jalan Raya Lamongan-Surabaya. Dan di tempat inilah KH Abdul Fatah menghembuskan nafas terakhirnya untuk menghadap Allah SWT pada tanggal 19 Juni 2009. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.