PWMU.CO– Penjara menciptakan karya besar bagi dua orang ini. Buya Hamka dan William Addis. Dalam jeruji penjara Hamka bisa menyelesaikan kitab Tafsir al-Azhar 30 juz. Sementara William Addis di penjara London mendapat inspirasi membuat sikat gigi yang kemudian membuatnya kaya raya.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah, nama panjang Hamka, ditangkap pada awal Ramadan 1964 oleh rezim Sukarno atas tuduhan makar berkomplot merencanakan pembunuhan terhadap presiden.
Tuduhan itu mengada-ada. Sebab tahun itu Hamka tak lagi berpolitik. Karena Partai Masyumi sudah dibubarkan Sukarno tahun 1960. Hanya saja Hamka bersikap kritis terhadap rezim Sukarno yang mempraktikkan Nasakom dan Demokrasi Terpimpin.
Di penjara Sukabumi, dia mendapat siksaan siang hingga malam saat interograsi hingga sakit. Setelah dirawat di RS Persahabatan, dia ditahan di Rumah Tahanan Militer Jakarta. Di tempat inilah dia punya banyak waktu meneruskan penulisan Tafsir Al-Azhar hingga selesai 30 juz sebagai karya besarnya. Inilah tafsir Quran bahasa Indonesia yang lengkap analisisnya.
Hamka mengatakan, penjara selama dua tahun enam bulan merupakan hikmah sehingga dia punya waktu longgar menyelesaikan tafsir Quran itu. Karena itu dia mensyukurinya walaupun diperlakukan zhalim oleh Sukarno tanpa jelas kesalahannya dan tanpa pengadilan.
Tafsir Al-Azhar mendapat penghargaan dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir dan Universitas Kebangsaan Malaysia dengan menganugerahi gelar doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa). Sedangkan gelar profesor dari Universitas Moestopo Jakarta.
Hamka adalah sosok humanis. Gaya bicaranya santun dan berisi. Tapi tak kenal kompromi soal akidah. Seperti kritik dia terhadap konsep Nasakom Bung Karno. ”Bagi saya, agama Islam tak dapat dicampur dengan komunis. Tidak mungkin,” kata Buya Hamka.
Ketika majalahnya Panji Masyarakat yang diterbitkan pada 15 Juni 1959 terpaksa tutup pada Mei 1960, akibat menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul Demokrasi Kita yang mengkritik Demokrasi Terpimpin yang dijalankan Bung Karno. Majalah itu dibreidel pemerintah.
Sikat Gigi Addis yang Membuat Kaya
Sikat gigi yang menjadi kebutuhan kita setiap hari ternyata inspirasinya muncul dari penjara. William Addis, seorang aktivis yang masuk penjara London tahun 1770 karena tuduhan sebagai dalang kerusuhan. Dalam penjara dia membuat sikat gigi berbulu.
Waktu itu William Addis merasakan kelemahan cara menggosok gigi gaya Eropa yang menggunakan stik berujung kain. Dengan cara ini sisa makanan yang terselip di celah gigi susah dibersihkan.
Addis menemukan ide membuat sikap gigi dari sebatang tulang kecil sisa makannya. Ujung tulang dia lubangi kecil-kecil lalu memasukkan bulu yang diambil dari sikat kamar milik penjara. Agar menempel kuat bulu itu dilem.
Setelah keluar dari penjara, William Addis memproduksi sikat gigi penjara ini. Gagangnya tetap dari tulang atau kayu. Bulunya dari ekor kuda. Ternyata peminatnya sangat besar di masyarakat.
Setelah penyempurnaan produksi massal sikat giginya mulai tahun 1780. Dari sikat gigi ini dia menjadi kaya raya. Apalagi setelah tahun 1937, perusahaan Du Pont menemukan bulu sintetis dari nilon. Sikat gigi itu disempurnakan lagi dengan gagang plastik dan bulu nilon hingga populer hari ini.
Pengalaman dari penjara ini dapat menjadi pelajaran bahwa kondisi serba terbatas tidaklah menjadi alasan seseorang selalu mengeluh. Justru memunculkan inspirasi menciptakan karya besar.
Alladzi kholaqal mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu amalan wa huwal azizul hakim. (dialah) yang menciptakan kematian dan kehidupan sebagai ujian bagi kalian untuk beramal terbaik dan dialah Yang Maha Perkasa dan Bijaksana. (surat al-Mulk : 2).
Penjara dunia bisa menjadi jembatan menuju surga dengan karya besar yang menjadi amal jariyah yang terus mengalir hingga ke akhirat hingga menyelamatkan hidup sesudah matinya. (*)
Penulis Bahrur Surur Iyunk Editor Sugeng Purwanto