Perangkap Pisang dan Perubahan Sederhana, kolom ditulis oleh Ichwan Arif guru SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik.
PWMU.CO – Papo adalah nama sangkar di Afrika. Biasanya, para pemburu yang ingin menangkap kera kecil di hutan, mereka akan meletakkan pisang di dalam sangkar sebagai umpan. Mereka mengharapkan kera itu mengambil pisang sebagai umpannya.
Kera itu akan masuk dan memegang pisang tersebut. Setelah pisang dipegang kera kecil, pintu sangkar akan tertutup. Kera kecil tersebut tidak menyadari bahwa dia telah terangkap akibat memegang pisang yang ditaruh di dalam sangkar.
Kera kecil ketika memutuskan memegang pisang yang menjadi buah kesukaannya, maka kebebasan dia hilang. Andaikata kera itu tidak memegang pisang, mungkin keadaan bisa berubah lebih baik.
Sob, kita pun bisa demikian. Ketika kita lupa dan asyik memegang pisang padahal pintu di belakangnya terbuka, maka masa depan bisa terbelenggu. Nyaman memegang pisang berlama-lama, padahal di depan tantangan, perubahan, dan masa depan menunggu.
Perubahan Sederhana dalam Diri
Sob, cerita sangkar Afrika dan kera kecil bisa menjadi pengingat sekaligus pelecut bagi kita untuk bisa melakukan perubahan demi perubahan dalam diri. Tentunya, perubahan positif yang bisa dijadikan sebagai modal perbaikan.
Karakter yang percaya diri adalah pribadi yang harus dan terus berpikir. Pola pikir ini menjadi modal utama dalam memulai start membuat perubahan sederhana dalam hidup. Perubahan demi perubahan yang mampu menjadi awalan yang tepat dalam melangkah lebih tinggi lagi.
Perubahan sederhana adalah tolakan awal untuk membuat keluar dari zona aman dan nyaman. Bergerak dari tempat yang tidak disukai menuju tempat yang diimpikan. Memperoleh tiket untuk pergi ke tempat yang benar-benar diharapkan dan diinginkan.
Jika pingin melesatkan diri jangan sampai asyik pegang pisang. Dia menjadi momok sekaligus virus yang bisa meninabobokkan diri. Pribadi yang terlalu asyik dengan dirinya sendiri, maka dia masih seperti kera kecil di sangkar Papo.
Kadang Butuh Pendorong
Sob, untuk menjadi pribadi yang memiliki tekad mengadakan perubahan diri lebih baik perlu orang lain sebagai pendorong. Selain dia akan memosisikan sebagai motivator, mentor, sekaligus pelatih yang bisa memberikan masukan, arahan, dan semangat dari luar.
Seperti cerita bebek yang mendorong anak-anaknya dari atas gunung. Pertama, anak-anak bebek ketakutan ketika induknya menyuruh naik meskipun pada akhirnya mereka pun mengikuti ajakan induknya. Hati anak bebek diliputi perasaan was-was.
Apa yang dirasakan anak bebek pun terjadi. Setelah itu anak bebek berada di puncak gunung, induknya pun benar-benar mendorong anak-anaknya. Anak bebek terbang melayang-layang. Barulah anak bebek tahu bahwa dirinya bisa terbang.
Kadang kita membutuhkan seseorang untuk bisa mendorong untuk ‘menyadarkan kita’ bahwa kita itu bisa melakukan sesuatu lebih baik. Dalam diri ada energi superdahsyat yang bisa dioptimalkan. Inilah yang seringkali dilupakan. Sering tidak mengetahui bahwa energi itu tersimpan dan menunggu untuk digerakkan.
Berkelanjutan dan Simultan
Sob, mengapa pribadi hanya diam saja. Inilah saat yang paling tepat untuk mengadakan perubahan itu. Tidak dilihat perubahan besar apa yang dilakukan, tetapi perubahan kecil apa yang sudah dimulai.
Semisal kita hobi menonton televisi. Kalau itu yang kita rasakan, jangan kita diperbudah olehnya sepanjang hari. Menghabiskan waktu hanya di depannya. Kalau pun suka, cukuplan menonton hanya pada acara yang disukai saja. Masih ada waktu yang bisa dioptimalkan, diberdayagunakan dalam memproses kemampuan kita.
Pribadi sukses adalah mereka yang bisa melakukan perbaikan diri secara bertahap. Meskipun sederhana, lakukan berkelanjutan dan simultan. Kita harus bisa mencapai pusat tertinggi. Di mana pusat yang menjadi mimpi kita. Butuh tenaga dan pikiran, maka kekuatan diri harus dijadikan sumbernya. (*)
Perangkap Pisang dan Perubahan Sederhana, Editor Mohammad Nurfatoni.