PWMU.CO – Lima karakter kunci yang harus kita miliki jika ingin sukses. Yaitu ketuhanan, kepedulian, kerendahan harti, ketangguhan, dan inovasi.
Demikian disampaikan Dr (HC) Dra Nurhayati Subakat Apt, Founder dan Komisaris Utama Wardah dalam Kajian dan Silaturrahmi yang diselenggarakan 212 Mart Pondok Jati Sidoarjo dengan tema Hidup Bermakna dengan Lima Karakter via Zoom, Ahad, (18/10/20).
Lima Karakter Kunci Sukses
Nurhayati menjelaskan, lima karakter kunci sukses yang pertama adalah ketuhanan. “Yaitu kita bekerja sungguh-sungguh, optimis sebagai bagian dari ibadah, bertanggungjawab, menjaga kejujuran, dan menebar kebaikan untuk manusia,” tuturnya.
Kedua adalah kepedulian dengan menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan kasih sayang. Senantiasa memberi manfaat dan inspirasi positif bagi sesama dalam semua aktifitas serta berupaya saling memahami dan saling peduli.
“Kalau semua orang saling peduli di tengah pandemi Covid-19 ini, insyaallah Covid-19 akan cepat selesai. Dan salah satu pedulinya adalah kita menerapkan protokol kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan,” ajaknya.
Yang ketiga menurutnya adalah kerendahan hati dan menyadari bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
“Jadi kita jangan merasa paling hebat, selalu mengoptimalkan sumber daya yang ada sesuai kebutuhan. Menerima nasehat dari orang lain, selalu belajar terus-menerus, bersemangat dan menghormati perbedaan demi kepentingan bersama,” tandas lulusan terbaik ITB ini.
Keempat adalah ketangguhan menjalankan hidup, berani, sabar, tekun, ulet, disiplin, penuh semangat. Dan yang kelima selalu berinovasi atau mengembangkan hal yang baru.
“Jadi inovasi itu bukan hanya menemukan suatu produk yang baru, tapi juga menemukan suatu cara yang baru itu juga inovasi,” tuturnya.
Nurhayati menegaskan, selain lima karakter kunci tersebut, dalam menjalani hidup dan bisnis dia selalu memegang prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, memenuhi harapan pelanggan, visioner dan kreatif dalam menciptakan terobosan baru.
“Kemudian berpikiran terbuka, mencari segala informasi dan menghadapi berbagai perubahan,” tandasnya.
Memulai Usaha dari Dua Karyawan
Nurhayati pun berbagi pengalaman memulai usaha dari industri rumah tangga yang dimulainya dari dua orang karyawan asisten rumah tangga.
“Sekarang alhamdulillah sudah bergabung di seluruh Indonesia lebih dari 10 ribu karyawan dan sudah punya pabrik 20 hektar termasuk industri kosmetik lokal yang saat ini paling besar di Indonesia dan punya 40 distributor center salah satunya ada di Malaysia,” terangnya.
Nurhayati bercerita, dia anak keempat dari delapan bersaudara. Almarhum bapaknya adalah pedagang kecil yang sukses dan juga Ketua Muhammadiyah Padang Panjang Sumatra Barat. Ayahnya sosok yang berjiwa sosial tinggi dan visioner sehingga menginspirasi Nurhayati sampai saat ini.
“Pada Tahun 60an ayah sudah menyampaikan tentang Imtaq dan Iptek, makanya kami semua anak perempuannya masih SMP sudah masuk pesantren diniyah putri, kemudian masuk SMA dan lanjut kuliah di ITB,” kisahnya.
Ibu Tunggal Sukses Antarkan 8 Anak Jadi Sarjana
Nurhayati menceritakan, ayahnya meninggal sejak ia masih duduk di bangku SMP.
“Dan yang luar biasa adalah ibu saya. Meski menjadi orang tua tunggal dengan delapan anak namun bisa mengantarkan semua anaknya ke perguruan tinggi,” ucapnya.
Dari delapan bersaudara, lanjutnya, alhamdulillah yang enam bersaudara alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB)
“Dan pesan ayah yang sering disampaikan kepada saya adalah yang terdapat dalam surah al-Insyirah, Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, dan ini yang menginspirasi saya sampai saat ini,” tuturnya.
Dia mengatakan, sebelum mendirikan Wardah dia pernah bekerja di Rumah Sakit kemudian menikah dan kembali ke Jakarta. Namun kembalinya ke Jakarta itu pun tidak langsung mendapatkan pekerjaan.
“Saya melamar di apotek, setelah itu juga diterima di perusahan kosmetik yang gajinya lebih besar tiga sampai empat kali lipat dari apotek. Pekerjaan itu saya jalani dengan nyaman selama lima tahun, tapi setelah mempunyai tiga anak akhirnya saya pilih mundur,” kenangnya.
Atas pengalaman dan ilmu yang didapat dari pekerjaan sebelumnya serta latar belakang dari farmasi itulah maka Nurhayati memberanikan diri membuat industri rumah tangga dengan dua karyawan.
“Yang intinya membuat produk, berinovasi menemukan formula, lalu dimodifikasi sehingga harganya lebih murah tapi kualitasnya sama,” ucapnya.
Dia mengatakan, produknya itu dijual ke salon-salon di daerah pinggiran Tangerang dan tidak sampai satu tahun semua sudah memakai produknya.
“Jadi bapak-bapak dan Ibu-ibu kalau mau usaha buatlah produk yang bagus sehingga bisa bersaing,” ajaknya.
Tempat Usahanya Terbakar
Nurhayati menceritakan, selama perjalanan lima tahun usahanya itu berkembang namun pada tahun 90-an tempat usahanya terbakar dan kondisinya waktu itu minus.
“Minus karena saya punya hutang dengan supplier sedangkan faktur-faktur banyak terbakar dan langganan kami banyak yang tidak mau membayar jadi kondisinya minus,” kisahnya.
Namun dia bisa bangkit lagi karena memikirkan karyawan dan kewajiban membayar hutang.
“Kalau memikirkan diri sendiri ya tutup saja, suami juga bekerja dan gajinya lebih dari cukup. Tapi kami memilih bangkit lagi dan pada waktu itu banyak pertolongan dari Allah. Salah satunya teman yang meminjamkan rumahnya untuk usaha,” ungkapnya.
Saat itu supplier juga memberikan kepercayaan, dan di waktu yang sama ada kenalan yang memberi info bahwa ada program pinjaman dari bank untuk menyalurkan kreditnya ke usaha kecil sebesar 25 persen.
“Nah, saya minta pinjaman 50 juta, eh malah banknya ngasih 150 juta. Akhirnya dengan uang tersebut kami belikan rumah dan pabrik kecil di daerah Tangerang,” ucapnya.
Pabrik pun cepat berkembang. Tahun 1995 ia kedatangan tamu dari Pesantren Hidayatullah, lalu dari sini produk kosmetik Wardah lahir.
Waktu Krismon Justru Jayamon
Nurhayati mengatakan, saat terjadi krisis moneter tahun 1998 sehingga terjadi banyaknya pengangguran justru banyak yang bergabung dengan multilevel dan bisnisnya berkembang pesat.
“Pada tahun 1998 itu kami bisa bangun pabrik yang kedua, jadi krismon waktu itu bagi saya jayamon,” ucap Nurhayati dengan senyuman.
Karena terus berkembang, lanjut dia, maka pada tahun 2002 anak saya yang pertama dan kedua mulai gabung.
“Dan ini adalah pertolongan yang kesekian kalinya dari Allah. Namun pada tahun 2004 kami kembali mengalami penurunan karena multilevelnya yang membuat orang lain,” tuturnya.
Setelah itu, tidak sampai satu tahun dia menemukan multilevel dari perusahan Perancis dan kembali lagi berkembang.
“Setelah diperbaiki akhirnya Tahun 2009 Wardah dibuat lebih modern lagi. Di tahun ini, kosmetik Wardah adalah satu-satunya yang menjawab kebutuhan di Jawa Barat. Sehingga terjadi loncatan besar dan bisa iklan di TV,” ungkapnya.
Dia mengatakan, di Tahun 2011 perusahannya berganti nama dari Pusaka Tradisi Ibu menjadi PT Paragon Teknolgy And Innovation.
“Dalam perjalanan ini pun banyak kemudahan dari Allah. Kalau dilihat, Wardah memang berkembang Karena banyak inovasi. Setiap tahun ada produk-produk baru dan setiap akhir tahun itu mengeluarkan sekitar 300 produk baru,” ucapnya.
Umrahkan 500 Karyawan tiap Tahun
Bagi karyawan yang telah bekerja selama tujuh tahun atau lebih Wardah memberikan bonus umrah. Selama tiga tahun terakhir ini Wardah telah memberangkatkan 1500 karyawan dan targetnya adalah minimal 500 orang per tahun.
“Sebetulnya tahun ini yang mau berangkat umrah ada 500 karyawan, tapi karena ada Covid-19 jadi ya ditunda dulu,” ujar Nurhayati.
Dia mengatakan, tidak ada perbedaan generasi, perusahan ini memberikan kepercayaan penuh pada generasi muda.
“Dari sini saling kolaborasi dan menciptakan lingkungan kerja yang baik,” katanya.
Sumbangkan Rp 40 M untuk Rumah Sakit
Dia mengatakan, perusahaan ini juga memberikan beasiswa pendidikan, bantuan kesehatan dan kerjasama dengan beberapa lembaga antara lain Muslimat, Aisyiyah dan beberapa lembaga sosial.
“Kepedulian itu juga kami wujudkan dalam bentuk bantuan untuk penanganan Covid-19 di Jakarta. Kami berikan bantuan untuk Rumah Sakit yang kekurangan APD,” terangnya.
Dia menjelaskan, perusahaan mempunyai tabungan dari sisa tiap tahun yang terkumpul 40 Milyar. Reencana uang itu untuk beasiswa, namun akhirnya dialihkan untuk bantuan penanganan Covid-19.
“Akhirnya kami putuskan semua dana tabungan itu disumbangkan untuk beberapa rumah sakit rujukan di DKI dan juga bantuan APD ke-130 rumah sakit seluruh Indonesia,” ujarnya. (*)
Penulis Slamet Hariadi Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni