Jihad Ekonomi Jangan Cuma Slogan oleh Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-Ada yang bagus yang terselip di sela demo anti-Macron di Jakarta beberapa hari lalu. Habib Al Habsyi mengatakan, sudah saatnya kita melakukan Jihad Ekonomi.
”Mengapa Presiden Macron berani melakukan itu. Karena ekonomi mereka sangat kuat. Karena itulah, kita harus menirunya. Membuat ekonomi umat kuat. Jihad Ekonomi mulai sekarang,” katanya.
Jihad Ekonomi itu, kata Al Habsyi, dengan cara memberdayakan ekonomi umat. ”Mau makan, makanlah di restoran umat. Mau belanja, belanjalah di toko tetangga,” katanya. ”Kita ini aneh. Pengajian yang bikin kita sendiri, ustadznya, ustadz kita sendiri, yang dengerin, ya kalangan kita sendiri, lho mengapa minumannya, bukan minuman dari kalangan kita sendiri. Aneh kan,” katanya. ”Saya kalau mendapati pengajian yang mengundang saya, ada minuman bukan dari kalangan sendiri, saya tak jadi bicara,” katanya.
Mengapa itu penting dilakukan, kata Al Habsyi,”Kalau pedagang kita kuat, pengusaha kita kuat, pasti zakatnya banyak, menyumbang untuk masjidnya banyak. Sumbangan untuk kegiatan sosialnya besar. Kita ini sering aneh, meminta sumbangan kepada saudagar muslim, tapi belanjanya tidak kepada mereka.”
Al Habsyi memberikan cerita keanehan lain dari umat ini. ”Saya ini disuruh dakwah bil lisan, mengutip Quran dan hadits, tapi dakwah bil halnya, saya disuruh pegang dan minuman yang tidak cocok. Saya tidak mau karena antara lisan dengan perbuatan harus cocok,” katanya.
Belum Digarap
Mengapa saya memilih angle ini di tengah kehebohan anti-Macron? Karena, menurut saya, inilah pekerjaan rumah umat Islam yang hingga kini belum selesai. Banyak sekali yag mengingatkan, tapi belum ada yang serius melakukannya.
Hanya sedikit ustadz seperti Al Habsyi yang mengingatkan ini. Kebanyakan justru ’menakut-nakuti’ umat dalam mencari kekayaan. Saya khawatir penyampaian yang salah terhadap hubbud dunya bisa demotivasi etos kerja umat untuk menjadi the New Abdurrahman bin Auf, konglomerat zaman Nabi. Dialah penyumbang logistik terbesar dakwah dan peperangan Nabi. Perang Tabuk misalnya, dia menyumbang 200 uqiyah emas. Satu uqiyah setara 31,7475 gram emas.
Padahal, begitu banyak ayat dan hadits agar umat ini menjadi pekerja keras dan jadi umat yang kuat. Bukankah itu lebih baik dan dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Al mu’min qowiyyu khoirun wa ahabbu ilallah minal mu’minidh dho’if (HR Muslim).
Semoga kali ini kita dapat mengambil hikmah terbesarnya. Bukan hanya kegaduhan anti-Macronnya. Salam!
Editor Sugeng Purwanto