PWMU.CO – Fenomena melemahnya figur ulama dan pimpinan diakibatkan kurangnya keteladanan mereka pada umat. Akhirnya umat mencari figur lain yang dianggap lebih pas, meskipun mereka tidak paham tentang kualitas ulama yang dianut. ”Maka diperlukan uswah yang kuat. Munculnya spiritualitas palsu adalah pelarian dari hal tersebut.”
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan KH Abdul Hamid Muhanan Lc meyampaikan hal itu saat memberikan tausiah pada acara “Konsolidasi Organisasi Menyongsong Rakerda PDM Lamongan”, di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Lamongrejo 109, Lamongan, Rabu (19/10).
(Baca: Dimas Kanjeng dan Kejumudan Baru Masyarakat Modern)
Hamid menjelaskan, Muhammadiyah sejak awal adalah gerakan amal atau percontohan. Maka setiap individu harus mencerminkan dan menunjukkan kualitas diri. Sebab, masyarakat kini semakin kritis, pandai memilih dan memilah. “Masyarakat instan akan semakin menggila bila kita tidak bisa mengambil hati mereka.”
Ketua PDM Lamongan Drs Shodikin MPd menambhakan, Muhammadiyah tetap harus mempertahankan identitasnya sebagai gerakan ilmu yang rasional sehingga tidak tertipu dengan bujukan dan rayuan palsu. “Muhammadiyah adalah menjadi gerakan pemurnian. Kesyirikan dan khurafat dalam bentuk-bentuk baru akan semakin kuat kalau didukung penguasa. Maka Muhammadiyah harus tetap menjaga jati diri,” kata dia.
(Baca juga: Waspada! Tahayul Bisa Masuk dan Terwariskan dalam Dunia Pendidikan)
Menghadapi situasi dan kondisi umat Islam di Indonesia terkini, PDM Lamongan merasa perlu mengumpulkan unsur pembantu pimpinan (UPP) Persyarikatan. Para Ketua dan Sekretaris Majelis dan Lembaga dikumpulkan untuk diberi pengarahan dan pembekalan.
Pada sesi kedua dibahas agenda persiapan Rakerda, yang dipimpin oleh para Wakil Ketua PDM, di antarnaya Drs Musthofa Nur, M. Ghufron, KH Mutholib Sukandar, Subagio, KHAbdul Hamid Muhanan, KH Ali Hilmy Lc, KH Kasuwi Thoriq, dan M Tsabit. (M Su’ud)