ILC pun Terkubur bersama Enam Syuhada, kolom ditulis oleh Ady Amar, pengamat masalah sosial-politik.
PWMU.CO – Setiap Selasa malam pemirsa televisi menanti tayangan talk show Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne. Jika tidak sempat melihatnya karena sebab-sebab tertentu, maka keesokan harinya bisa melihat via YouTube.
Tapi mulai pekan depan acara itu sudah tidak akan lagi kita jumpai. ILC lalu menjadi kenangan, bahwa pernah ada tayangan bermutu, yang mengajarkan kekritisan pemirsanya atas isu-isu yang ada.
Lewat akun Twitter @karniilyas, Selasa (15/12/2020), Karni llyas mengumumkan bahwa diskusi ILC berjudul, “Renungan Akhir Tahun: Dampak Tekanan Ekonomi, Ibu Bunuh Anak, Suami Bakar Istri” menjadi tayangan pamungkas ILC di tvOne.
Lanjutnya, “Berdasarkan keputusan manajemen tvOne, ILC dicutipanjangkan sementara waktu. Mohon maaf sebesar-besarnya kepada Pecinta ILC.”
Tentu banyak yang menyayangkan jika talk show paling poluler, yang mengetengahkan pada masalah berbau politik harus cuti panjang.
Orang awam pun bisa menilai penyebutan cuti panjang. Itu sebenarnya bahasa halus dari dihentikan penayangannya selama-lamanya.
Tersurat penggalan kalimat dari Karni Ilyas, bahwa edisi malam tadi merupakan episode terakhir di akhir tahun ini, dan merupakan episode perpisahan.
Maka ungkapan prihatin muncul dari banyak pihak yang selama ini kerap hadir dI ILC, di antaranya Fadli Zon dan Rizal Ramli.
“Terima kasih atas peran @ILCtv1 selama ini. Kelihatannya demokrasi memang telah dimatikan,” cuit Fadli Zon dengan pedasnya.
Sedang Rizal Ramli lewat Twitter-nya, “Bang Karni ikut prihatin. Yang kuasa makin lama semakin panik, semakin tidak percaya diri, dan semangat otoriternya sedang menggebu-gebu, takut dengan bayangannya sendiri. This is a tempory retreat. Kegelapan tidak akan lama, akan terbit terang.”
ILC memang kerap tiba-tiba tidak tayang disebabkan isu pada pekan di mana tema tayangnya seharusnya mengangkat isu besar, tapi karena muatan politiknya tinggi, maka ILC pilih tidak tayang.
Seperti saat kedatangan Habib Rizieq Shihab dari Mekkah, dan disambut ratusan ribu pendukungnya, bahkan ada yang mengatakan jutaan, dan itu tepat Selasa 10 November 2020. Dan sedianya—setidaknya kabar yang disampaikan Fadli Zon, yang diundang sebagai salah satu narasumber—ILC akan tayang dengan tema berkenaan dengan kedatangan HRS.
Tapi siang hari pada tanggal penayangannya, muncul pemberitahuan dari Twitter Karni Ilyas, “Dear Pencinta ILC: Dengan berat hati, kami umumkan, bahwa rencana diskusi ILC, Selasa malam ini, kami tiadakan. Untuk itu kami mohon maaf.”
Ada pula cara ILC untuk ngeles tidak membicarakan big issue yang punya bobot berat, dan lebih menjual, tapi lalu memilih isu yang bobotnya di bawah isu besar tadi.
Itu bisa dilihat dari isu “Bansos yang dikorupsi Mensos”, sebenarnya menjadi isu besar nomor dua jika dibandingkan dengan tertembaknya 6 laskar FPI oleh polisi.
Tapi ya itu tadi, ILC lebih memilih isu berkenaan dengan bansos, yang bobot isunya tidak sedahsyat tragedi km 50, di mana enam anak manusia yang relatif masih muda lalu harus terbunuh.
Dan puncak klimaksnya selasa (15/12/2020) malam, episode akhir yang mengakhiri tayang ILC dengan memilih tema yang membuat pecinta ILC kecewa.
ILC Ikut Terkubur
ILC sudah berumur hampir 12 tahun. Pertama kali tayang tanggal 18 Februari 2008. Tapi malam tadi harus disudahi.
ILC menyajikan dialog berimbang antara oposan dan pemerintah, setidaknya pihak pendukung pemerintah. Maka terkadang dialog tampak keras antara dua kubu yang saling serang.
Karni Ilyas sebagai host amat piawai mengatur jalannya diskusi. Ia memang tegas, tampak berwibawa. Senioritasnya sebagai jurnalis dan hubungan personalnya dengan banyak pihak, itu yang mampu menghadirkan narasumber berkelas. Menjadikan ILC tontonan mengasyikkan.
Nama Rocky Gerung, misalnya, menjadi merakyat. Dia dikenal tidak di kalangan terbatas, tapi kalangan elite dan akar rumput sekalipun. Orang lalu akrab dengannya. No Rocky, No Party memang benar adanya.
Pada awal-awal penayangan ILC, Rocky hampir hadir setiap tayang. Ia bisa berbicara apa saja dalam kemasan narasi apik dan tajam. Narasi yang digunakan tidak biasa. Pemirsa dibuat kagum. Terkadang sang host pun tampak tersenyum dan geleng-geleng kepala jika ada hal unik yang disampaikan.
Filsuf Rocky Gerung mampu menghipnotis pemirsa. Tapi setahun belakangan ini Rocky jarang dihadirkan. Bisa jadi itu kekhawatiran setidaknya dari pemilik tvOne jika kritiknya pada penguasa akan merepotkan sang pemilik.
Atau jika Rocky terpaksa diundang, waktu berbicaranya agak dikurangi, tidak bebas mengeksplor isi kepalanya. Dan Rocky dihadapkan dengan beberapa figur yang lalu mengeroyoknya ramai-ramai. Tapi Rocky tetaplah Rocky, ia tetap tenang dan tidak kehabisan akal untuk menangkis keroyokan itu.
Lalu, apa yang menyebabkan ILC harus diakhiri? Semua bisa menganalisisnya. Karni Ilyas sudah menyampaikan bahkan secara tersurat, bahwa berdasarkan keputusan manajemen tvOne, ILC dicutipanjangkan. Bisa disimpulkan, bahwa itu pada keberatan manajemen, jika tema yang diangkat adalah isu terhangat pekan-pekan ini.
Sedang isu terhangatnya adalah terbunuhnya enam laskar FPI dan pernak-pernik yang menyertainya—perang pernyataan antara FPI dan Kepolisian, pernyataan polisi yang berubah-ubah, rekonstruksi polisi, dan lainnya—di samping ditahannya HRS, dimana banyak pihak mengatakan tindakan polisi sewenang-wenang.
Karenanya, ILC tidak dapat menghadirkan tema yang menyangkut isu besar itu, dan lalu memilih terkubur bersama enam syuhada laskar FPI.
Selasa depan kita tidak akan bisa lagi menemui Pak Karni Ilyas dalam tayangan ILC di tvOne. Pastilah saya setidaknya akan kangen dengan suaranya yang serak-serak seksi itu. Semoga ILC husnul khatimah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.