Hari Kanker Sedunia, Pengalamanku Idap Penyakit Ini oleh Sirikit Syah, jurnalis dan pakar komunikasi.
PWMU.CO– Hari ini, 4 Februari, Hari Kanker Sedunia. Aku ingin berbagi pengalaman dan sedikit pengetahuanku tentang kanker. Tujuannya bukan sok-sokan, atau memohon belas kasihan, atau riya’.
Niatku agar para perempuan lain bisa belajar dari pengalamanku, yang salah jangan ditiru, yang kelihatan benar boleh diikuti. Namun kisahku bisa tidak sama dengan yang dialami penyandang atau penyintas kanker lain. Jadi jangan dianggap sebagai kebenaran mutlak.
Kanker itu tidak sakit. Saya ternyata menyimpan kanker selama 17 tahun dan tidak sakit. Sudah terasa benjolannya di payudara selama itu. Tahun ke 18 dan 19 baru sakit lalu sakit banget, yang membuat suami memutuskan harus periksa.
Kanker yang sudah terasa sakit berarti sudah lanjut. Jangan sampai telat periksa. Jangan tiru aku: takut periksa dokter karena takut hadapi kenyataan. Takut karena adik dan kakakku meninggal karena kanker.
Kanker payudara ternyata bisa sembuh. Tahun ke 19 aku dioperasi, kemoterapi 6 kali, radiasi 25 kali. Dan aku sembuh selama 5 tahun. Kontrol 6 bulan sekali. Tiap tahun total control.
Kunci kesembuhan: bertemu dokter, rumah sakit, obat, dan perawat yang tepat. Keluarga yang telaten, sabar, dan memiliki teman-teman serta tetangga yang peduli. Ramuan-ramuan herbal aneka macam aku konsumsi. Hindari atau kurangi yang jadi pantangan.
Kanker Liver
Akhir tahun kelima ketika aku akan celebrate status baru sebagai penyintas (survivor), hasil total control: ada metastase sel ca di liverku. Metastase sel ca adalah penyebaran sel kanker ke organ lain. Sekali lagi, aku tidak merasa sakit. Tak ada keluhan apa pun. Aku gagal jadi survivor. Aku masih penyandang kanker.
Sel ca tumbuh lagi/metastase karena, ini analisisku sendiri, aku melewati masa-masa stressful di tahun kelima itu. Menyelesaikan disertasi doktor di tahun deadline.
Karena letaknya di liver, gak bisa dioperasi. Kecuali aku punya duit 3 M kayak Dahlan Iskan yang ganti hati dan diradiasi. Satu-satunya cara penyembuhan adalah kemoterapi. Aku dikemo lagi pada tahun keenam, enam kali.
Tak ada efek kemo yang berarti, kecuali tangan terbakar kena bocoran obat kemo, melepuh mengerikan dan sakit sekali benar-benar kayak terbakar. Itu baru rembesan cairan obat kemo yang diinfuskan, bocor di tangan di lokasi jarum infus masuk. Bisa bayangkan kejamnya obat kemo? Selama setahun setelahkemo, aku merasa sehat.
Tahun ketujuh tumor markerku naik tinggi sekali. Analisisku: stress lagi. Ada pergantian pimpinan di kampus yang membuat suasana kampus sangat tidak nyaman.
Lalu aku PET scan ke Siloam Jakarta. Scanning menyeluruh untuk mendeteksi adanya sel ca. Jawabannya: tidak ada metastase. Bersih. Perasaan lega dan bahagia. Itu Maret 2020.
Muncul Kanker Lagi
September 2020 saat kontrol, terdeteksi lagi sel ca di liver. Kok bisa ya? Ini pertanyaan yang belum terjawab. Hasil PET scan baik kok 6 bulan kemudian ada lagi. Dokter anjurkan kemo lagi. Kali ini kemo oral pakai obat telan.
Oktober sampai November 2020, aku jatuh sakit karena efek kemo. Semua organ tubuh jadi bermasalah. Gak bisa makan minum, gak bisa bicara, gak bisa jalan, dan lain-lainnya. Sampai masuk ICU dan rawat inap. Di rumah pun setelah pulang, aku masih seperti lumpuh.
Hanya karena ketelatenan keluargaku dan dukungan tetangga dan teman-teman, aku melampaui masa itu. Belajar berjalan, makan minum, bicara. Sungguh pengalaman yang luar biasa.
Saat ini aku merasa sehat. Tapi aku belum kontrol lagi. Harapanku semoga sel ca ilang karena sudah dikemo dan hidupku yang berubah. Aku sudah jauh lebih rileks, lebih bahagia, sudah ikhlas, tidak kemrungsung, tidak ngoyo, smooth aja jalani hidup. Tambahan usia yang dianugerahkan Allah ini mungkin memang ada maksudNya, yang sedang kurenungi dan kucoba mencari jawabnya.
Kesimpulan. Para perempuan sebaiknya lakukan sadari alias periksa payudara sendiri. Kemudian sadani: periksa payudara sejak dini. Jangan takut dokter. Mencegah lebih baik, dan percaya bahwa kanker bisa sembuh. Para pendamping (keluarga) harus sabar, telaten, dan ikhlas, karena pasien yang sedang jalani kemo itu pasti menyulitkan karena dia mengalami masa-masa sulit.
Selamat Hari Kanker se-Dunia untuk semua rekanku, penyandang atau penyintas, dan yang sehat semoga terhindar dari kanker. Aamiiin. (*)
Editor Sugeng Purwanto