Tak cukup 5W+1H, berita perlu 3E+1N. Rumus itu mencuat dalam “Latihan Menulis Berita untuk Pandu HW” yang digelar Kwarpus HW.
PWMU.CO – Bidang Komunikasi dan Teknologi Informasi Kwartir Pusat (Kwarpus) Hizbul Wathan (HW) menyelenggarakan “Latihan Menulis Berita untuk Pandu HW” secara daring, Rabu, (24/2/2021).
“Kegiatan ini untuk menumbuhkan semangat menulis, bagi yang sudah terbiasa atau yang baru memulai,” kata Muhammad Arsyad, Ketua Bidang Komunikasi dan TI Kwarpus HW, saat membuka acara.
Menulis ibarat Gerbong Kereta Api
Tampil sebagai nara sumber adalah Mohammad Ernam MPd dari Kwatir Wilayah HW Jatim. Menurut dia, menulis itu seperti gerbong kereta api.
“Diibaratkan ketika kereta api berhenti maka ia akan sulit berjalan lagi,” ujar Ernam, yang juga kontributor PWMU.CO ini.
Dia menjelaskan, sama halnya dengan menulis, harus tetap diasah dengan cara mempraktikkannya agar kemudian tidak berhenti.
“Kalau sudah berhenti sama halnya seperti kereta, butuh waktu untuk berjalan lagi,” ujarnya.
Waka Kesiswaan SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo tersebut menjelaskan teknik penulisan berita yang menggunakan piramida terbalik.
Pertama diawali dengan lead (kepala berita) atau informasi penting yang merupakan rangkuman atau intisari sehingga pembaca bisa tahu informasi yang terkandung di bawahnya.
“Kalimat pembuka yang menarik juga akan mempengaruhi ketertarikan pembaca untuk membaca lebih lanjut,” ujarnya.
3E+1N
Kedua, bodi. “Pada bodi terkandung intisari berita.” Informasi sepintas yang sudah dijelaskan di lead, kata Ernam, dijelaskan lebih lengkap dengan mengandung unsur 5W+1H pada bagian ini.
5W+1H diambil dari kata-kata tanya dalam bahasa Inggris yaitu, what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa), dan how (bagaimana).
Yang terakhir yaitu tail atau tambahan. Pada bagian ini penjelasan terkait latar belakang berita atau hal yang terkait dengan inti berita dijelaskan.
Tak cukup 5W+1H, unsur 3E+1N juga mempengaruhi kualitas dari sebuah berita. Yaitu, educating (mendidik), enlightening (mencerahkan), empowering (memberdayakan), dan nationalism (kebangsaan/NKRI).
Misalnya, salah satu hal yang mengandung unsur nationalism adalah mengambil info positif dari setiap hal atau kejadian yang diberitakan.
“Tunjukkan yang bagusnya agar bisa dicerna baik oleh pembaca,” ujarnya. (*)
Penulis Disa Yulistian Editor Mohammad Nurfatoni