PWMU.CO – Noe Letto menceritakan awal bermain musik dalam Simponi Cinta Indonesia pada siswa Muhammadiyah GKB (Mugeb) secara virtual, Selasa (9/3/21).
Pemilik nama lengkap Noe Sabrang Mowo Damar Panuluh ini memulainya dengan teriak-teriak ketika memanggil teman dengan nada tertentu.
“Juga memukul-mukul ember sambil nyanyi-nyanyi. Pukul bedug dan lama-kelamaan berkembang ke alat musik,” ujarnya pada 280 siswa dari SD Muhammadiyah 1-2 GKB, SMP Muhammadiyah 12 GKB, dan SMA Muhammadiyah 10 GKB.
Dalam acara memperingati Hari Musik Nasional yang diikuti siswa Olah Raga Seni (OST) Collaboration dia mengatakan musik sebenarnya sering dialami dari hal-hal kecil setiap harinya. Dari hal kecil itu, lanjutnya, bisa bermusik sampai sekarang.
Sukses Datang dari Perubahan
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Tim Sinergi Kesiswaan ini Noe menjelaskan sukses itu bukan datang dari inspirasi, melainkan datang dari perubahan.
“Inspirasi itu pendorong seseorang tertarik lebih, namun sukses itu dari kemauan belajar terus, usaha terus, berubah terus dan mencoba terus,” jelasnya.
Dia memberikan nasihati siswa untuk terus banyak belajar, baik belajar musik, belajar film, belajar dari membaca tanpa berhenti.
“Kesuksesan itu akan datang dengan sendirinya. Tidak perlu mikir berhasil atau gagal,” tegasnya.
Cara Bisa Menjadi Penyanyi
Noe mengatakan untuk bisa menjadi penyanyi syarat yang harus dipenuhi adalah berlatih dengan giat, banyak ngomong dan banyak nyanyi, napas dijaga agar stabil dan tidak tersengal-sengal.
“Menyanyi itu harus bisa jujur dan menyampaikan dengan rasa,” katanya.
Dia mengatakan main musik itu mudah. Musik itu, lanjutnya, adalah ketidakaturan yang ditata. Musik itu membutuhkan kejujuran dan kemauan.
“Intinya, adek-adek harus serius.”
Cara Ciptakan Lirik Lagu
Dalam kesempatan yang sama, Noe pun berbagi resep bagaimana cara menciptakan lirik lagu yang bagus.
“Pertanyaan Mas Farel Adira Putra siswa kelas XI Mia 1 Smamio bagus sekali. Tipsnya adalah targetkan satu hari dalam tiga bulan untuk bikin lirik lagu,” ungkapnya.
Dia memaparkan targetkan bisa menghasilkan 20 lagu dari pukul 08.00-16.00. Tidak peduli bagus atau jelek.
“Entah liriknya ambil dari koran atau ambll dari mana saja. Entah musiknya asal ngejreng dan mukuli kursi atau meja yang penting lagu jadi.”
Hal ini, sambungnya, memaksa kita tidak berpikir baik atau buruk, yang penting berkarya. Dari 20 lirik lagu yang sudah dibuat akan ditemukan satu yang terbaik. Maka, lanjutnya, kita harus terus berlatih karena musik itu bisa dinilai kalau sudah jadi.
Awal Terbentuknya Letto
Noe menceritakan cerita-cerita lucu dan pengalaman selama manggung bersama band Letto. Dia membagikan tips menjaga keharmonisan selama 10 tahun berkiprah dalam dunia musik.
“Bagi saya pertemanan dan persaudaraan itu jauh lebih penting dari sekedar band-bandan. Selama 10 tahun kerja bersama dalam satu kelompok tidak mungkin bersih tanpa gesekan dan berselisih.
Letto sendiri, tuturnya, merupkan kumpulan personil yang suka bereksplorasi terhadap seni. Ada yang berpantomim, berteater, dan seni lainnya. Kemudian satu saat kami diberi kesempatan untuk mengelola sebuah studio musik. Di situlah mulai terbentuknya kelompok tanpa nama itu.
“Kami konsentrasi pada karya dan tidak mimpi menjadi band karena kami yakin karya yang terbaik akan mendapatkan tempat yang sepantasnya,” ujarnya.
Dia mengatakan setelah proses itu, karyanya dikirimkan kepada satu label musik. “Ketika ditanya apa nama band-ya. Sempat bingun, kemudian disepakatilah namanya menjadi Letto,” ingatnya.
Program Kesiswaan Mugeb
Ketua Sinergi Kesiswaan Wirda Uliyana SPd dalam wawancaranya menyampaikan agenda ini merupakan program kesiswaan dalam bentuk OST Collaboration.
“Kami memilih Noe dikarenakan dia selain sukses di musik dia masih menjadikan pendidikan sebagai prioritas,” tandasnya. (*)
Penulis Irma Sonya Suryana. Editor Ichwan Arif.