Orang Madura Menghadapi Covid, catatan perjalanan Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO– Segera hilangkan semua persoalan yang menyangkut pandemi covid-19 dari perhatian dan pikiranmu, agar covid cepat berlalu. Begitulah kira-kira sikap hidup di masa wabah ini.
Dua hari di seputaran Madura Raya sungguh saya melihat fakta kehebatan orang Madura. Khususnya warga Sampang dan sekitarnya. Seperti tidak ada persoalan apa-apa terhadap adanya pandemi.
Penelusuran kita mulai dari Pasar Rong Tengah, Alun-alun Masjid Jami’, Pasar Wargamalela, Pasar Srimangunan, alun-alun sekitar Kantor Bupati dan tentu juga sepanjang jalan. Semuanya berjalan seperti biasa, seperti tidak ada pandemi.
Apa nggak ada yang merasa terpapar? Iya ada lah, Pak, jawab warga. Yang meriang-meriang juga ada malah. Ada juga yang tidak bisa merasakan makanan yang dimakannya. Tetapi dengan minum wedang jahe dan empon-empon lainnya bahkan dengan beberapa upaya yang diyakini bisa menyembuhkannya.
Orang Madura melakukan semua cara agar kebal terjadap covid. Berapa angka pesakitannya tentu seperti halnya yang sudah dirilis dan terus di-update oleh teman-teman MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center). Menurut data Gugus Tugas Covid Sampang hingga Ahad, 21 Maret 2021 jumlah warga terkonfirmasi positif 881 orang, sembuh 831 orang. Meninggal 39 orang. Sekarang kondisi Sampang relatif aman dari wabah karena dominasi warna hijau di delapan kecamatan. Sementara enam kecamatan status kuning. Tak ada status merah.
Saya sebetulnya sedang mencari data berapa jumlah penduduk Sampang yang wafat di tahun 2018, 2019, dan 2020. Adakah trend kematian (mortalitas) meningkat pesat di tahun 2019 dan 2020?
Karena dengan perilaku keseharian seperti yang ada sekarang ini kemudian juga didukung oleh data bahwa total jumlah kematian penduduk juga tidak menunjukkan trend kenaikan yang tajam. Bahkan mungkin malah menurun. Menurut saya, justru mereka bisa lebih cepat keluar dari persoalan pandemi yang mendera.
Mengatasi Sendiri
Saya memang bukan ahli statistik sehinga kesimpulan yang saya ambil bisa bias. Bahkan mungkin salah karena kurangnya parameter atau tolok ukur yang semestinya harus dilakukan sebagai pengujian terhadap suatu masalah.
Tapi setidaknya saya sangat bangga dan ikut senang ketika rakyat bisa hidup tenang, bahagia seperti tidak ada persoalan pandemi yang mendera dengan cara hidup biasa seperti biasanya, apa adanya.
Mereka tidak membebani negara dengan tes PCR atau swab gratis. Atau juga perawatan covid gratis karena mereka bisa mengatasinya sendiri dengan cara mereka. Mudah-mudahan tidak ada risiko yang berat yang menimpa mereka. Seperti meningkatnya angka pesakitan ataupun kematian kepada mereka.
Seperti itu pulalah saya bisa melihat rakyat yang diterjang banjir seperti di Gresik dan Jombang. Semestinya itu menjadi persoalan. Menjadi musibah buat mereka. Tetapi sebagian mereka malah menikmati bencana itu. Untuk rekreasi memancing dan anak-anak menikmatinya untuk berenang bersuka ria dengan sesama temannya.
Kondisi itu menjadi gambaran utuh ketika kita semua berada di pusaran gerak persyarikatan. Persoalan demi persoalan yang harus kita selesaikan mungkin menggunung yang kalau kita harus mengurainya satu per satu rasanya dengan satu hari 24 jam atau seminggu tujuh hari tak cukup memadai untuk menyelesaikannya. Tetapi ketika semua persoalan itu lolos dari perhatian kita atau sama sekali tidak ada dalam benak pikiran kita maka semuanya menjadi fine-fine saja. Seperti tidak ada persoalan apa-apa.
Peka dengan Masalah
Tentu tidak semua persoalan harus kita hadapi dengan cara seperti itu karena kita bisa terjerumus menjadi orang yang tak peka terhadap persoalan. Menjadi orang yang abai terhadap amanah yang harus ditunaikan. Bahkan bisa menjadi orang yang sak karepe dhewe.
Saya pikir agar hidup ini tetap indah dengan tetap bersemangat menebar kebermanfaatan, sudah semestinya harus ada hal-hal yang harus kita delete dari pikiran. Ketika itu menyangkut hal-hal membawa kita kepada keburukan.
Tetapi sekaligus sama sekali tidak boleh abai dan harus ada dalam pikiran dan perhatian kita ketika hal-hal tersebut akan mengantarkan kita kepada kebaikan. Kepada kemaslahatan umat.
Ternyata cara paling cepat kita keluar dari berbagai persoalan adalah dengan menghapus dan menghilangkan persoalan itu dari pikiran dan perhatian kita.
Tetap semangat berbagi dan tebar manfaat. Bismillah.
Editor Sugeng Purwanto