PWMU.CO – Mugeb School Gelar Pelatihan Excellent Service. Hakikat service adalah mempermudah. Dan itu cerminan hati yang ikhlas. Demikian pernyataan Agni S. Mayangsari SS MPSDM, pemateri Pelatihan Excellent Service yang diseenggrakan Sinergi Sarana Mugeb School, Gresik, Sabtu (27/3/2021).
Berpakaian rapi dengan perpaduan jas warna gelap dan jilbab cerah, Agni memulai dengan sapaan ceria kepada seluruh peserta pelatihan yang merupakan karyawan Mugeb Schools alias sekolah Muhammadiyah GKB.
“Biar semangat, saya mau tanya nih kepada Bapak-Ibu sekalian, ‘Are you ready?’,” tanya trainer dan motivator helaty service dari Surabaya itu.
“Ready” jawab peserta yang merupakan karyawan Mugebs School. Yaitu SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb), SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School), SMP Muhammadiyah12 GKB (Spemdalas), dan SMA Muhammadiyah 10 GKB (Smamio).
Kemudian semua bertepuk tangan dengan cara memutar sebagaimana pemateri mencontohkan. Karena unik, peserta jadi tersenyum. Ketegangan yang sempat terjadi di awal acara pun sirna. Kini mereka serius menyimak materi dengan sersan, serius tapi santai.
Mempermudah Urusan
Untuk memperkuat landasan pentingnya mempermudah dalam layanan yang memuaskan, Agni mengutip hadits riwayat Muslim: “Barang siapa mempermudah urusan orang lain maka Allah akan mempermudah urusan kita di dunia dan akhirat.”
Dia menjelaskan, sebelum memulai beraksi memberikan pelayanan kepada customer maka yang harus ditancapkan dalam hati adalah kesungguhan dan ketulusan hati.
“Serta menyakini bahwa saat kita memberikan kemudahan kepada orang lain maka Allah akan permudah segala urusan kita, ujarnya sambil melakukan visualisasi khas Agni yang ceria dan ringan tapi bermakna.
Atasi Problem Psikologi semasa Pandemi
Agni mengatakan, selama pandemi berlangsung beragam sektor mengalami perubahan drastis dalam operasionalnya. Demikian juga sekolah atau sektor pendidikan.
“Melayani di tengah pandemi tentu menjadi tantangan baru dalam penyediaan excellent service yang sepenuh hati. Tapi itu semua dapat diatasi dengan mengenali problem psikologis yang rentan terjadi,” ungkap Agni.
Menurutnya, terdapat tujuh permasalahan yang rentan terjadi, yaitu munculnya rasa putus asa, cemas, stres, jenuh, depresi, psikosomatis, dan munculnya emosi negatif”.
Agar tetap konsisten dalam performa pelayanan yang excellent agni mmeberi resep. “Prinsip yang harus diyakini agar terhindar dari problem tersebut adalah hearty service dengan poin pertama, kita berkeyakinan bahwa getting pleasure by giving pleasure,” ungkapnya. “Sebagaimana timbal balik, apabila memberikan pelayanan yang baik maka hal baik akan berbalas kebaikan.”
Dialog Interaktif
Pelaihan semakin seru saat pemateri membuka dialog interaktif. “Coba Bapak-Ibu sebutkan apa saja hal baik yang akan diterima bila pelayanan yang kita berikan dilakukan dengan baik dan sepenuh hati!” tanyanya.
Muncul beragam jawaban yang peserta sampaikan melalui kolom chat. Di antaranya customer puas, munculnya customer baru, peningkatan income yang berdampak pada perkembangan fasilitas dan performa layanan, serta kesejahteraan.
“Nah begitulah alur dari getting pleasure by giving pleasure bahwa pemberian pelayanan yang baik akan kembali kepada kita atau pemberi layanan itu sendiri,” ulas Agni.
Poin lain dari hearty service ialah pelayanan terbaik berasal dari hati yang baik. Bahwa keikhlasan dan ketulusan adalah hal penting dalam menjaga konsistensi pelayanan yang prima.
Agni memaparkan, heart—atau bermakna jantung—sejatinya menjadi pusat diri yang mempengaruhi otak dalam menjalankan aktivitas.
Termasuk dalam pemberian pelayanan harus dengan cara yang tepat karena akan mampu mempengaruhi customer. Dengan pengendalian diri secara visual, vokal, dan verbal.
“Secara visual dapat berupa senyum dari hati. Dengan rumus 227 yang bermakna bibir ditarik ke kanan dan kiri 2 centimeter selama 7 detik,” urainya.
Senyum 227 itu, sambungnya, perlu diimbangi dengan pengendalian vokal melalui pengaturan intonasi suara yang menurun dan tempo yang rendah.
“Ini akan dapat mempengaruhi ritme jantung dari orang yang diajak berkomunikasi sehingga mempermudah dalam pemahaman dan penerimaan informasi,” jelas dia.
“Selanjutnya pengendalian verbal dengan penggunaan kata-kata magic. Ialah kata yang sopan dan menenangkan hati tetapi mengena pada maksud yang ingin disampaikan tanpa menyakiti hati lawan bicara,” tambahnya.
Keseruan pelatihan berlangsung hingga ujung acara. Pemateri dan peserta berinteraksi aktif meski pelatihan beralan secara hybrid melalui Zoom Clouds Meeting dengan beberapa orang di studio. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah Editor Mohammad Nurfatoni