PWMU.CO– Dita Nur Aulia Anggraini, siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo tetap bisa mengukir prestasi di tengah kegiatan sekolah online. Dia memenangkan lomba pidato.
”Air beriak tanda tak dalam, air tenang menghanyutkan. Izinkan saya ucapkan salam, untuk teman-teman sekalian.” Itulah mukadimah dalam video berdurasi enam menit. Video itu mengantarkan Dita Nur Aulia Anggraini sebagai juara 2 lomba dai muda yang dilaksanakan Tahfidh Online Sarah Cabang Jawa Timur tanggal 27 Maret 2021 secara virtual.
”Selama lomba saya hanya konsultasi sama ustadzah asrama, tidak melaporkan ke sekolah,” terang siswa kelas X MIPA 1 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda).
Hal ini beralasan karena sekolah belum melakukan pembelajaran tatap muka langsung sehingga semuanya dilakukan dari rumah. Maka semua komunikasi berlangsung secara daring dengan Musyrifah, pengampu asrama Smamda Boarding School.
”Kebetulan sebenarnya saya hanya suka saja sama lomba-lomba pidato. Jadi saya asal-asalan ikut lomba tersebut. Malu mau lapor ke sekolah,” lanjut gadis asal Lamongan ini.
Secara intens ia membicarakan dengan Musyrifah terkait isi Bahasa Arab, dan juga gaya. ”Terus saya konsultasi sama Ustadzah Amalina, guru Bahasa Arab asrama, kemudian saya dibimbing beliau, dan ustadzah lainnya. Alhamdulillah banyak masukan,” papar putri dua bersaudara ini.
Belajar dari Pondok
Tampil memukau dalam video berdurasi enam menit, mungkin tidak ada yang menyangka bahwa ini lomba pertama yang diikuti. ”Belum pernah ikut lomba pidato. Soalnya saya baru mulai SMA ini,” lanjutnya lewat WA.
Namun demikian alumnus pondok al-Islah Sendang Agung Lamongan ini sering mendengarkan dan mengikuti pidato di pondok. ”Dulu di pondok sering mendengar pidato dari temen-temen. Hanya saja saya belum percaya diri,” lanjut Dita.
Mengenai persiapan yang harus dilakukan ternyata cukup banyak. Pertama, membuat materi pidato. Tema yang diangkat adalah generasi rabbani berjiwa Qurani. Kedua, melatih penampilan (performance). Mulai cara menyampaikan pidato (intonasi), gerak tubuh (gesture), dan raut muka (mimik).
Ketiga, menyiapkan media, membuat video, editing, dan pengiriman. ”Saya buat dua video. Video pertama itu hanya latihan buat dievaluasi sama ustadzah. Terus video kedua untuk lomba,” tegas penghobi kerajinan tangan ini.
Berkat video ini, Dita berhasil meraih juara dua, bersaing dengan peserta dari Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Probolinggo, Kediri, Tasikmalaya, Nganjuk, Bengkulu, dan Bekasi.
Kebiasaan Dita ternyata sudah terbaca wali kelas X MIPA 1. Kelas khusus anak asrama ini digawangi oleh Silwana Mumtazah. Guru Smamda pengampu biologi. ”Memang kesukaannya di bidang public speaking. Ibunya juga sering posting media pembelajaran,” terangnya saat dihubungi via WA.
Walaupun sekolah masih belum melakukan tatap muka tapi sebagai wali kelas bisa membaca kebiasaan anak didiknya. ”Sebagai siswa asrama yang berasal dari pondok pesantren, maka tidak mengherankan jika Dita menguasai public speaking dengan baik.” papar Pembina IPM Smamda ini. (*)
Penulis Moh Ernam Editor Sugeng Purwanto