PWMU.CO – Warga Muhammadiyah harus bawa kemaslahatan, bukan jadi masalah. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir MSi.
Dia menyampaikannya saat menjadi pemateri pada Kajian Ramadhan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan tema Muhammadiyah dan Misi Pencerahan Kemanusiaan, Selasa (20/4/2021).
Kegiatan ini dilaksanakan secara luring di Dome UMM dan daring melalui kanal YouTube UMM. Kajian ini diikuti seluruh karyawan dan dosen UMM.
Mengawali paparannya Haedar Nashir memberikan ucapan selamat kepada UMM yang ditetapkan menjadi Top Islamic University di dunia.
“Ini adalah hasil dan bukti kerja keras yang mencerahkan dari seluruh keluarga besar UMM,” ungkapnya.
Makna Pencerahan
Menurut Haedar kata pencerahan sudah dipopulerkan sejak tahun 2000-an. Kata ini dinisbahkan pada pergerakan Muhammadiyah generasi awal, utamanya saat KH Ahmad Dahlan baru saja mendirikan organisasi Muhammadiyah. Selain itu juga menjadi mata rantai penghubung kepada risalah Rasulullah SAW.
“Kata pencerahan atau tanwir dalam bahasa Arab diambil dari kata nur. Dalam kamus Munjid, nur memiliki tiga arti. Pertama nur diartikan sebagai cahaya yang menerangi. Kemudian juga bisa dipahami sebagai naara atau api dan panas. Istilah ketiga merujuk ke kata arr’yu yang berarti akal pikiran,” ujarnya.
Salah satu contoh gerakan pencerahan yang terjadi di masa lalu adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah lahir dan hadir di tengah sistem masyarakat jahiliah dan bodoh. Kemudian Islam hadir dan mencerahkan dengan ajaran-ajarannya.
“Dalam tempo 23 tahun Islam mampu mengubah bangsa Arab yang dulunya dikenal dengan kejahiliyahannya menjadi pemegang kunci peradaban kemajuan umat manusia. Bahkan bisa bertahan hingga kurang lebih tujuh abad lamanya,” jelasnya.
Pikiran Mencerahkan Harus Dimiliki setiap Insan
Mengutip yang disampaikan KH Ahmad Dahlan, lanjutnya, manusia dalam beragama harus memiliki lima hal. Dimulai dengan perlunya wajibnya beragama. Kedua pada mulanya agama itu bercahaya, namun lama kelamaan berubah menjadi suram karena manusia yang salah menggunakannya.
“Ketiga manusia juga harus menuntut dari syarat yang sah dan pikiran yang suci. Keempat mencari tambahan pengetahuan juga menjadi aspek penting. Hingga yang terakhir kelima yaitu menjalankan pengetahuan yang utama,” paparnya..
Haedar berpesan pikiran yang mencerahkan haruslah dimiliki setiap insan. Hal itu bisa menjadi kekuatan utama, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan masyarakat secara luas.
“Selain itu gerakan pencerahan harus terwujud dalam gerakan keilmuan. Tidak hanya diwakili oleh banyaknya perguruan tinggi, tapi juga tingkat keilmuan yang hadir di tengah masyarakat,” harapnya.
Dia menegaskan gerakan ini harus melahirkan gerakan yang moderat dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Warga Muhammadiyah harus membawa kemaslahatan bagi umat. Bukan malah sebaliknya, memberikan masalah yang tak kunjung usai. Pencerahan yang dilakukan seyogyanya juga melahirkan rahmatan lil alamin, rahmat bagi alam semesta,” tuturnya.
Hidup Haruslah Mencerahkan
Sementara itu Rektor UMM Dr Fauzan MPd dalam sambutannya menyampaikan tema kajian merupakan bentuk semangat dari jargon UMM dari Muhammadiyah untuk Bangsa. Selain itu juga untuk mempertegas fungsi kehidupan kampus bagi kemaslahatan masyarakat.
“Tema ini juga menjadi salah satu langkah menegakkan kembali bahwa hidup haruslah mencerahkan, baik secara personal maupun institusional,” jelasnya.
Tema yang diusung, sambungnya, berangkat dari salah satu ayat al-Quran yang mengajak untuk mengeluarkan dan mengentaskan diri dari kegelapan menuju ke arah yang lebih cerah.
“Tentu saja saya berharap agar tema ini tidak hanya menjadi tema kajian pada hari ini saja. Tapi juga bisa menjadi tema kehidupan bapak dan ibu sekalian,” pesannya.
Agenda Kajian Ramadhan ini, ungkapnya, merupakan rangkaian panjang kegiatan Ramadhan UMM. Selain kajian tematik, akan ada tadarus ramadhan, baitul arqam hingga safari ramadhan.
“Di samping itu ada pula gelaran dialog lintas generasi, bakti sosial, hingga kajian ramadhan mahasiswa. Rangkaian tersebut akan dilangsungkan hingga 30 hari selama ramadhan,” jelasnya. (*)
Penulis Maharina Novi. Editor Sugiran.