Berharap Syafaat di Hari Kiamat ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Berharap Syafaat di Hari Kiamat ini berangkat dari hadits riwayat Ahmad.
عَن عبدالله بن عمرو رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصيَامُ: أَيْ رَب مَنَعْتُهُ الطعَامَ وَالشهَوَاتِ بِالنهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِالليْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ”. رواه أحمد
“Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda: “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata:
‘Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya.’ Lalu al-Qur’an berkata, ‘Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya.’ Maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.'”
Syafaat dalam Al-Quran
Ada beberapa kata Syafaat dalam al-Quran, sebagai berikut:
مَن ذَا ٱلَّذِي يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ
“Siapa yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?” (al-Baqarah: 255)
وَٱتَّقُواْ يَوۡمٗا لَّا تَجۡزِي نَفۡسٌ عَن نَّفۡسٖ شَيۡئًا وَلَا يُقۡبَلُ مِنۡهَا شَفَٰعَةٞ
“Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at.” (al-Baqarah: 48)
وَلَا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ عِندَهُۥٓ إِلَّا لِمَنۡ أَذِنَ لَهُۥۚ
“Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu.” (Saba’: 23)
يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡ وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ وَهُم مِّنۡ خَشۡيَتِهِۦ مُشۡفِقُونَ
“Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (al-Anbiya’; 28)
Izin dan Ridla Allah
Syafaat merupakan bantuan atau menjadi perantara untuk orang lain dalam rangka menolak bahaya atau dalam rangka mendapatkan manfaat. Dalam hal sebagaimana ayat di atas mutlak haruslah dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi persoalan Syafaat ini adalah hak mutlak prerogative Allah bagi siapa saja dan apa saja yang telah diberikan izin-Nya.
Dia antara yang diberikan izin adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam. Syafaat dari Rasulullah merupakan harapan yang sangat besar dari kaum muminin, baik menjelang di masukkan ke dalam surga atau setelah menjalani hukuman dalam neraka. Khususnya dalam hal ini bagi orang-orang yang beriman yang banyak dosa karena bermaksiyat kepada Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat syafaat Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam. Allahumm shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi.
Bagi orang kafir, syafaat ini tidak berguna yakni tidak termasuk yang mendapatkan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
قَالُواْ لَمۡ نَكُ مِنَ ٱلۡمُصَلِّينَ وَلَمۡ نَكُ نُطۡعِمُ ٱلۡمِسۡكِينَ وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ ٱلۡخَآئِضِينَ وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ حَتَّىٰٓ أَتَىٰنَا ٱلۡيَقِينُ فَمَا تَنفَعُهُمۡ شَفَٰعَةُ ٱلشَّٰفِعِينَ
“Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at.” (al-Mudatstir; 43-48)
Di antara para Malaikat juga dengan izin Allah dan dengan keridlaan-Nya dapat memberikan syafaat kepada hamba-hamba Allah.
وَكَم مِّن مَّلَكٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغۡنِي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيًۡٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن يَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرۡضَىٰٓ
“Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (an-Najm; 26)
ٱلَّذِينَ يَحۡمِلُونَ ٱلۡعَرۡشَ وَمَنۡ حَوۡلَهُۥ يُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَيُؤۡمِنُونَ بِهِۦ وَيَسۡتَغۡفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْۖ رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا فَٱغۡفِرۡ لِلَّذِينَ تَابُواْ وَٱتَّبَعُواْ سَبِيلَكَ وَقِهِمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ رَبَّنَا وَأَدۡخِلۡهُمۡ جَنَّٰتِ عَدۡنٍ ٱلَّتِي وَعَدتَّهُمۡ وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan):
‘Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shaleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana'” (Ghafir; 7-8)
Syafaat dan Rahmat Allah
Pemberian izin dan ridla Allah untuk memberi syafaat kepada siapa dan apapun yakni amal shalih kepada kaum mukminin merupakan wujud kasih saying Allah yang tidak terbatas. Allah sedikitpun tidak berbuat dhalim kepada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana dalam hadits yang sangat panjang dan bagiannya sebagai berikut:
وَكَانَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ يَقُولُ إِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِي بِهَذَا الْحَدِيثِ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظۡلِمُ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖۖ وَإِن تَكُ حَسَنَةٗ يُضَٰعِفۡهَا وَيُؤۡتِ مِن لَّدُنۡهُ أَجۡرًا عَظِيمٗا. (النساء. 40) فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتْ الْمَلَائِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنْ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ قَدْ عَادُوا حُمَمًا..
“Abu Sa’id al Khudri berkata, ‘Jika kalian tidak mempercayai hadis ini silahkan kalian baca ayat: (Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.)’ (an-Nisa: 40).
Allah lantas berfirman: ‘Para Malaikat, Nabi dan orang-orang yang beriman telah memberi syafaat, sekarang yang belum memberikan syafaat adalah Dzat Yang Maha Pengasih.’ Kemudian Allah menggenggam satu genggaman dari dalam neraka, dari dalam tersebut Allah mengeluarkan suatu kaum yang sama sekali tidak melakukan kebaikan, dan mereka pun sudah berbentuk seperti arang hitam. (Muttafaqun alaih)
Hadits ini menjelaskan bahwa yang mendapat izin memberi syafaat adalah para malaikat, para Nabi, dan orang-orang yang beriman antara satu dengan yang lainnya dapat saling menolong dari azab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Termasuk dalam pembahasan hadits yang menjadi pembahasan ini adalah puasa dan al-Quran juga dapat memberikan syafaat bagi pelaku dan pembacanya. Sungguh rahmat Allah meliputi segala sesuatu.
Dengan demikian sebagai sesama Muslim hendaknya saling bergandeng tangan, tidak saling berseteru apalagi saling menghakimi terhadap amalan orang lain yang tidak sepaham. Insyaallah kita tetap bersaudara di dunia sampai di akhirat. Amin. Wallahu a’lam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni