PWMU.CO – Noordjannah Ajak Bersyukur, Aisyiyah Tetap Eksis Bela Umat dan Bangsa, di tengah berbagai tantangan dan problem yang dihadapi.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Dr Hj Siti Noordjannah Djohantini menyampaikan hal itu pada resepsi Milad Ke-104 Aisyiyah yang digelar Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Malang secara virtual dari studio Fakultas Kedokteran UMM, Rabu (26/5/21).
Sebab, kata dia, Aisyiyah hingga saat ini masih tetap eksis untuk membela kepentingan masyarakat, umat, keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta.
“Kami ingin mengapresiasi pada seluruh para nara sumber dan juga yang memberikan testimoni pada milad ini—yang semuanya menyatakan doa untuk kesyukuran dan harapan pada Aisyiyah di manapun berada,” ujar Noordjannah.
Menurutnya doa-doa yang dipanjatkan para tokoh dan anggota merupakan support dan motivasi kebersamaan Aisyiyah untuk terus mengerakkan dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid, sebagaimana yang diamanahkan di dalam konstitusi Aisyiyah dan Muhammadiyah.
Milad di Tengah Pandemi Covid-19
Itu sebabnya, kata Noordjannah, memperingati milad ke-104 yang masih dalam suasana pandemi Covid-19 ini, secara otomatis berdampak luas dalam segala aspek kehidupan antara lain, bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kedidupan sosial lainnya.
“Pandemi Covid-19 dan dampaknya dalam berbagai aspek kehidupan merupakan tantangan cukup berat bagi kehidupan umat dan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Noordjannah mengatakan, permasalahan pandemi saat ini beriringan dengan permasalahan lainnya, yakni perkembangan teknologi informasi dengan penggunaan media sosial yang tidak bertanggung jawab. Seperti maraknya hoax, pandangan dan narasi yang memunculkan konflik, fitnah, perpecahan, dan pencemaran nama baik.
“Permasalahan lainnya yang masih memprihatinkan seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, kekerasan—termasuk kekerasan dan ketidakadilan terhadap perempuan dan anak—korupsi, dan penyalahgunaan wewenang dalam pemerintahan,” urainya.
“Juga kebijakan pemerintah yang belum optimal termasuk dalam menangani pandemi Covid-19, produk legislasi yang kontroversi, oligarki politik dan masalah keumatan dan kebangsaan lainnya,” tambah dia.
Noordjannah menegaskan, permasalahan yang begitu kompleks tersebut jika tidak memperoleh perhatian yang serius dan penuh tanggung jawab dari pemerintah dan para elite bangsa—dengan mandat kontitusi—maka akan semakin berat beban dan dikhawatirkan terjadi perpecahan di tubuh bangsa.
Makna Tema Milad
Dalam kesempatan tersebut Noordjannah juga mengulas makna Miad Ke-104 Asyiyah: Merawat Persatuan Menebar Kebaikan di Masa Pandemi.
Dia menyampaikan, bangsa Indonesia yang majemuk dengan kekayaan alam yang berlimpah merupakan anugerah Allah yang harus dikelola dengan penuh tanggung jawab sesuai konstitusi.
Oleh karena itu, merawat persatuan bagi semua komponen warga bangsa merupakan modal sosial dan budaya bangsa kita yang harus terus dilestarikan.
Menurutnya, dampak pandemi yang kompkeks dan berat bagi masyarakat perlu disangga bersama dengan jiwa kegotong-royongan atau ta’awun sosial. Yakni merawat persatuan dan menebar kebaikan bagi sesama tanpa diskriminasi dalam ikatan persaudaraan kemanusian yang melintasi.
“Sedangkan bagi masa depan bangsa, persatuan merupakan modal sosial dan keruhanian yang sangat penting. Persatuan harus kita jadikan energi positif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dan memajukan kehidupan bangsa,” terangnya.
Menurut Noordjannah, bangsa ini tidak akan maju jika terpecah-belah dan yang dikedepankan kepentingan kelompok.
“Ini sebagai bentuk tasyakur dan tidak melepaskan refleksi, melihat ulang perjalanan Aisyiyah untuk muhasabah diri. Sehingga Aisyiyah Kota Malang menjadi Aisyiyah mencerahkan,” tambahnya.
PDA Kota Malang Jadi Bukti
Aisyiyah yang cemerlang ini, lanjut Noordjannah Djohantini sudah dibuktikan PDA Kota Malang yang selalu bersinergi dengan PDM (Pimpnan Daerah Muhammadiyah) dalam dakwah berkemajuan.
“Dakwah Aisyiyah di Jatim ini menjadi sinar yang mencerahkan, karena menerapkan praktik-praktik keunggulan beraisyiyah dalam menjalankan dakwah yang hasil dan kehadirannya langsung dirasakan masyarakat,” puji Noordjannah.
Dia menyatakan, PDA Kota Malang sudah melaksanakan amanat tanwir untuk menjadi contoh cara berorganisasi secara sistematis dan organisatoris. Sehingga Aisyiyah menjadi organisasi terbesar di dunia menurut sosiolog James Peacock 40 tahun yang lalu.
Yaitu organisasi perempuan Muslim, yang dalam gerakan dakwahnya menggunakan cara modern berkolaborasi dengan kolektifitas yang tinggi sehingga menjadi sebuah fenomena perempuan muslim.
Organisasi Aisyiyah yang besar ini, kata Noordjannah, tidak lantas membuat anggotanya bangga. “Itu sebabnya Aisyiyah harus bisa bersyukur dan merefleksi menjadi sangat penting pada milad ini, khususnya menjalankan amanat-amanat yang sudah menjadi keputusan organisasi,” ujarnya
Istri Ketua Umum PP Muhamamdiyah Haedar Natsir itu menambahkan, menurut Robert Hefner, kebesaran Aisyiyah karena amanat terhadap aturan organisasi, taat pada aturan dan ideologi organisasi. “Ini penting agar kita rawat dan kembangkan lebih maju di era kedepan, kita harus compatable,” ujarnya.
Noordjannah juga mengingatkan agar kita bijak terhadap penggunaan media informasi dengan tetap berfokus pada fikih ‘medsosiah’ yang ditetapkan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Dia juga mengajak tetap konsentrasi pada program yang terukur dan sistematis. “Tidak bisa mburok, artinya tidak bisa sak karepe dewe tanpa ilmu dan panduan agama, dan jadikan bertaawun dengan menggembirakan dan menyenangkan sebagai ciri wajah Aisyiyah,” tutur Noordjannah. (*)
Penulis Uzlifah Editor Mohammad Nurfatoni