PWMU.CO– Hari terakhir hidup Rasulullah dikisahkan dalam kitab Sirah Nabawi Ibnu Hisyam. Hari Senin, dalam kondisi sakit Rasulullah sempat ikut shalat Subuh dengan imam Abu Bakar. Nabi shalat dengan duduk di samping imam.
Pulang dari masjid, Rasulullah berbaring di atas pangkuan Aisyah. Kemudian masuklah Ali bin Abu Thalib dan seseorang dari keluarga Abu Bakar membawa siwak berwarna hijau.
Rasulullah melihat siwak di tangan sahabat itu. Dari isyarat itu, Aisyah memahami suaminya menginginkan siwak tersebut.
Aisyah berkata, ”Wahai Rasulullah, apakah engkau mau aku beri siwak ini?”
Rasulullah menjawab, ”Ya.”
Aisyah ambil siwak lalu mengunyahnya hingga lembek. Lantas memberikannya kepada Rasulullah yang langsung menggosok giginya dengan siwak itu. Setelah merasa giginya bersih, kemudian Nabi meletakkan siwak tersebut.
Aisyah makin merasa tubuh Rasulullah terasa berat di pangkuannya. Dilihatnya wajah Nabi yang pandangannya terbuka tajam. Tiba-tiba Nabi bergumam,”Bersama teman yang paling tinggi di surga.”
Aisyah berkata kepada Rasulullah,”Engkau diperintah untuk memilih, lalu engkau engkau telah memilih. Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran.”
Tak lama kemudian Aisyah merasakan Rasulullah telah wafat di atas pangkuannya. Setelah itu tersebarlah berita duka itu keluar.
Umar Marah
Mendengar Rasulullah saw diberitakan wafat, Umar bin Khaththab berdiri di halaman masjid. Dia berteriak marah. ”Orang munafik menyangka Rasulullah telah wafat. Demi Allah, Rasulullah tidak wafat, ia hanya pergi menemui Tuhannya seperti Nabi Musa yang pergi dari kaumnya selama empat puluh hari kemudian kembali kepada mereka setelah dikabarkan telah wafat,” katanya.
”Demi Allah, Rasulullah saw pasti kembali seperti Nabi Musa, kemudian beliau pasti memotong tangan dan kaki orang-orang yang berkata bahwa Rasulullah telah wafat,” teriak Umar bin Khaththab lagi.
Abu Bakar juga bergegas datang ke rumah Aisyah. Berhenti di depan pintu masjid, sementara Umar bin Khaththab masih berbicara di depan kerumunan kaum muslimin.
Abu Bakar mengabaikan ulah Umar. Dia langsung masuk ke rumah Aisyah. Dia melihat wajah Rasulullah ditutup dengan kain di sudut rumah. Abu Bakar mendekat. Menyingkap kain kemudian menciumnya.
”Kematian yang telah ditetapkan Allah kepadamu, kini telah engkau rasakan dan setelah itu engkau tidak akan lagi merasakan kematian selama-lamanya,” ujarnya.
Abu Bakar menutup kembali wajah Rasulullah lalu keluar. Umar bin Khaththab masih berbicara menyangkal berita duka itu. Abu Bakar berkata, ”Berhentilah bicara, wahai Umar.”
Umar bin Khaththab menolak. Melihat Umar bin Khaththab tak mau diam, ia menuju kerumunan. Orang-orang mendekatinya dan meninggalkan Umar.
Abu Bakar memuji Allah dan menyanjungNya, lalu berkata, ”Wahai manusia, barangsiapa menyembah Muhammad, maka sesungguhnya dia telah wafat. Namun barangsiapa menyembah Allah, maka ketahuilah Allah Maha Hidup dan tidak pernah mati.”
Setelah itu Abu Bakar membaca firman Allah ta’ala
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ ۚ أَفَإِي۟ن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ ٱنقَلَبْتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيْـًٔا ۗ وَسَيَجْزِى ٱللَّهُ ٱلشَّٰكِرِينَ
”Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya bebe- rapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”(Ali Imran: 144)
Orang-orang yang hadir seperti tak sadar. Merasa seolah-olah baru mendengar ayat yang dibacakan Abu Bakar itu setelah menerima kabar duka ini. Merekapun mengulang-ulang ayat itu.
Umar bin Khaththab berkata, ”Demi Allah, tatkala Abu Bakar membaca ayat itu, aku tersadar dari apa yang aku katakan hingga akupun jatuh ke tanah karena kedua kakiku tidak sanggup lagi menahan jasadku. Saat itulah, aku baru menyadari bahwa Rasulullah benar-benar telah tiada.” Hari terakhir hidup Rasulullah telah sampai pada masanya.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto