PWMU.CO – Perjuangan Mendirikan UMAM, Kampus Indonesia Pertama di Luar Negeri. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir MSi menyampaikannya dalam Konferensi Pers Pendirian Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM), Kamis (12/8/21).
PP Muhammadiyah mengadakan rapat koodinasi dengan para rektor dan pengurus Universiti Muhammadiyah Malaysia, Kamis (12/8/21) siang. Rapat ini diawali konferensi pers permakluman tentang berdirinya perguruan tinggi Muhammadiyah yang ke-164.
Dalam konferensi pers itu, Haedar menyampaikan hal ikhwal berdirinya Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) yang telah memperoleh izin pendirian. “Kami ingin berbagi informasi sebagai bentuk dari tasyakur bin nikmah,” ujar Haedar Nashir.
Haedar menyatakan, “Alhamdulillah, PP Muhammadiyah telah memperoleh izin resmi dengan nama ‘Universiti Muhammadiyah Malaysia’ disingkat UMAM dari pemerintah Malaysia melalui jabatan pendidikan tinggi pada kementerian Pengajian Tinggi Malaysia tertanggal resmi 5 Agustus 2021.”
Tonggak Perguruan Tinggi Pertama di Luar Negeri
Menurut Haedar, pendirian UMAM merupakan tonggak perguruan baru pendirian perguruan tinggi Indonesia pertama di luar negeri. “UMAM adalah perguruan tinggi Indonesia pertama di luar negeri, sehingga kami mengatakan milestone, ma’alimu fi thariq,” terangnya.
Selain itu, pendirian UMAM juga menjadi tonggak perluasan gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan pendidikan tinggi di ranah global. Tentunya, diawali dari negara serumpun regional Asean yang berfungsi strategis mewujudkan kemajuan dan persatuan antarbangsa.
Tujuannya, kata Haedar, untuk membangun kehidupan bersama yang mencerahkan di bawah panji Islam berkemajuan yang berwawasan rahmatal lil alamin.
Kelahiran UMAM, tambahnya, merupakan wujud intenasionalisasi Muhammadiyah yang Muhkamar Muh 2015—di Makassar Sulawesi Selatan—amanatkan. Yaitu dalam wujud membangun center of excellent di luar negeri.
Tiga Tahun Perjuangkan Izin Resmi
Haedar Nashir menyatakan, proses perjuangan dan usaha sungguh-sungguh selama lebih dari 3 tahun membuahkan kelulusan pendirian UMAM. Perjuangan mereka tiada henti sejak awal 2017.
Untuk sampai memperoleh izin resmi yang diumumkan hari ini, ada beberapa tahapan yang telah PP Muhammadiyah lakukan secara sungguh-sungguh dan serius. Berbagai tahapan prosedur resmi itu dilalui, baik di Indonesia maupun Malaysia.
Sebab, Haedar menekankan, Muhammadiyah biasa bekerja dengan sistem yang objektif, menjunjung tinggi hukum yang berlaku, dan tidak biasa dengan menerabas dan instan.
Temui Menteri Pendidikan Malaysia
Keberhasilan kelulusan pendirian UMAM, kata Haedar, tak lepas dari tim yang PP Muhammadiyah tunjuk, University Consortium Muhammadiyah Malaysia (UCMM), dan para pihak di Malaysia.
Haedar menerangkan, tahap pertama usaha mendirikan UMAM dilalui dengan membentuk UCMM Konsortium Sdn Bhd (8/2/2017) yang diwakili Lembaga Pengarah Syarikat atas nama Haedar Nasir, Mohd Noh bin Dalimin (guru besar dari Malaysia), Ahmad Dahlan Rais, dan Marpuji Ali Mu’anam.
Usaha pengajuan kelulusan, lanjutnya, diawali dengan menyiapkan semua dokumen yang memenuhi persyaratan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Prof Dr Bambang Setiaji—saat itu Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan sekarang menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT)—mengomandaninya.
Selanjutnya, PP Muhammadiyah bersama tim dan Majelis Dikti langsung bertemu dengan Menteri Pengajian Tinggi (Menteri Pendidikan Malaysia) Dr. Maszlee Malik. Haedar menilai respon yang diperoleh saat itu sangat positif. Para pimpinan Muhammadiyah itu terdiri dari Haedar Nashir bersama anggotanya, Ahmad Dahlan Rais, Mu’ti, dan Syafiq A Mughni.
Kemudian, Haedar memimpin delegasi bertemu Raja Perlis, Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis. Saat itu, menurut dia sambutannya luar biasa. Pertemuan itu berlanjut dengan pertemuan-pertemuan lain dari berbagai pihak oleh tim yang sudah mereka bentuk.
Dukungan Menteri Pendidikan Indonesia dan Malaysia
Haedar menjelaskan, usaha pendirian ini didukung dan sudah memperoleh persetujuan dari dalam negeri, yaitu pemerintah Republik Indonesia. Mereka sudah menyampaikan ke presiden, beberapa menteri, dan secara khusus ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu.
“Bahkan MasMenteri Nadiem Anwar Makarim mengeluarkan rekomendasi tanggal 7 September 2020 sebagai wujud legalitas kita menempuh prosedur resmi,” ungkapnya.
Tak hanya dari Indonesia, usaha pendirian UMAM ini mendapat sokongan (dukungan penuh) dari Kerajaan Perlis melalui Raja Perlis Datuk Yang Teramat Mulia Tuanku Syed Faizuddin Putra Ibni Tuanku Syed Sirajuddin Jamalullail.
Selain itu, Majelis Agama Islam dan adat-istiadat Melayu Perlis, khususnya Mufti Perlis Dr Mohd Asri bin Zainul Abidin. Ini dibuktikan dengan dikeluarkannya surat resmi (8/10/2020 atau 21 Safar 1442 H).
Dukungan dan persetujuan juga datang dari Kementerian Pendidikan Tinggi Prof Dato’ Dr. Husaini Bin Omar. Juga para perintis yang sejak awal membersamai. “Dato’ Dr. Mohd Noh Bin Dalimin bersama para guru besar yang bersedia bersama kami membantu dan mendukung pendirian UMAM,” ujar Haedar.
Haedar pun mengucap terima kasih kepada seluruh pihak, di Indonesia dan Malaysia, yang dia sebutkan.
Kado Monumental
Haedar pun menceritakan, kelanjutan setelah semua dokumen resmi itu lengkap terpenuhi. “Pak Waluyo Adi bersama tim Prof Dr Sonny Zulhuda presentasi terakhir pada 2 Juni 2021 di hadapan Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia sebagai pertanggungjawaban wujud proses legal kami,” ungkapnya.
Akhirnya, pada 10 Agustus 2021, bertepatan dengan 1 Muharram 1443 H, anggota PP Muhammadiyah menyelenggarakan pertemuan khusus. Pertemuan virtual itu terjadi atas undangan Raja Perlis, Majelis Agama Islam, dan Adat Istiadat Melayu Perlis diwakili Dato’ Dr Mohammad Zainal Abidin. Prof Dato’ Dr Husaini Bin Omar membacakan secara langsung Penubuhan Universiti Muhammadiyah Malaysia (SK Pendirian).
Haedar menyatakan, ini merupakan hadiah kado munomental yang penuh makna bagi Muhammadiyah. Sebab, bersamaan dengan peringatan dan menyongsong 1 Muharram tahun baru Hijriah: 1443H.
“Inilah momentum yang sangat penting dalam perjalanan sejarah PP Muhammadiyah di mana UMAM memperoleh pengumuman resmi dalam pertemuan langsung kami dengan para pihak di Malaysia sebagai sah dan legal,” ungkapnya.
Dengan mengucapkan hamdalah, Haedar mengumumkan pada tanggal 2 Muharram 1443 H (11/8/21) PP Muhammadiyah melalui UCMM maupun langsung pada sekretariat PP Muhammadiyah dan tim memperoleh salinan resmi berdirinya UMAM yang dinyatakan lulus sebagai institusi pendidikan tinggi swasta Malaysia.
Berdasarkan surat resmi per tanggal 5 Agustus 2021, terdapat program studi yang terdiri dari 5 program studi doktor (PhD), 5 program studi master, dan 5 program studi bachelor. (*)
Perjuangan Mendirikan UMAM, Kampus Indonesia Pertama di Luar Negeri: Penulis Ichwan Arif dan Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni