PWMU.CO– Kisah Pak AR ikut pilihan lurah terjadi tahun 1946. Desa Bleberan Kulon Progo Yogyakarta ada pergantian lurah. Lurah Saebani Mangunsemedi adalah kakak tertua AR Fachruddin. Dia meminta adiknya ikut pilihan lurah untuk menggantikannya. Pak AR bersedia. Umurnya waktu itu 30 tahun.
Pada tahun itu Pak AR, sapaan AR Fachruddin Ketua PP Muhammadiyah 1968-1990, sudah aktif di banyak kegiatan. Mengajar di Sekolah Darul Ulum, menjadi pimpinan Muhammadiyah Sewugulur, dan ketua RT yang zaman Jepang disebut asacho.
Namanya sudah populer di Desa Bleberan karena dia membantu kakaknya, Lurah Saebani, mengurus zakat hingga terkumpul 4 ton beras yang dibagikan kepada fakir miskin. Saat Idul Adha bisa mendapatkan 42 kambing kurban.
Untuk jadi calon lurah desa itu harus mengantongi minimal 300 suara. Ada 12 orang yang daftar. Pak AR ikut pilihan lurah hasil perolehan suaranya di luar dugaan. Dia mendapat 900 suara. Mengalahkan kakak iparnya, Mohammad Darobi, yang dapat 600 suara.
Setelah pemungutan suara tidak otomatis langsung jadi lurah. Masih ada wawancara calon lurah oleh panitia pemilihan. Darobi yang usianya paling tua dipanggil wawancara lebih dulu. Ditanya soal kesanggupan . Darobi menyatakan siap dan sanggup jadi lurah dengan menjalankan tugas sebaik-baiknya.
Pak AR yang usianya paling muda dapat giliran terakhir. Ketika ditanya kesanggupannya, jawabannya mengejutkan warga desa. Termasuk Lurah Saebani. Dia menyatakan tak sanggup jadi lurah. Padahal perolehan suaranya terbanyak.
”Saya tidak sanggup jadi lurah sebab Kangmas Darobi sudah sanggup mengemban jabatan itu. Dia jauh lebih siap jadi lurah daripada saya,” kata Pak AR mengungkapkan alasannya. Pak AR bersyukur penjelasannya itu dipahami warga desa sehingga pendukungnya tak ada yang kecewa.
Namun calon lurah yang dapat suara tidak boleh mundur begitu saja. Maka Pak AR ditawari menjadi carik. Jabatan itu ditolak. Alasannya carik harus siap di kantor desa. Padahal dia sebagai guru dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sewugulur banyak aktif di luar. Akhirnya setelah tawar menawar akhirnya Pak AR bersedia menerima jabatan sebagai kamituwo. Yaitu wakil lurah di bidang sosial kemasyarakatan.
Kisah Pak AR ikut pilihan lurah diambil dari Haidar Musyafa dalam buku Pak AR & Jejak-Jejak Bijaknya.berdasar tulisan Memoar KH AR Fachruddin, Majalah Tempo Edisi 15 Desember 1990.
Editor Sugeng Purwanto